Abdul Malik Isami (1311 – setelah 14 Mei 1350) adalah seorang penulis dan sejarawan India dari abad ke-14 yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah kesusastraan Indo-Persia. Ia paling terkenal karena karyanya yang berjudul "Futuh-us-Salatin" (Penaklukan Para Raja), sebuah puisi epik sejarah yang mendokumentasikan penaklukan Muslim di India. Isami hidup pada masa pemerintahan Kesultanan Delhi dan berasal dari keluarga terhormat yang memiliki akar budaya Persia. Ia bekerja sebagai seorang pejabat istana dan penulis di bawah pemerintahan Ala-ud-Din Bahman Shah, pendiri Kesultanan Bahmani di India Selatan.
Biografi
Abdul Malik Isami lahir tahun 1311. Ia keturunan Fakhr Malik Isami, yang bermigrasi ke India dari Baghdad ketika Iltutmish menjadi sultan Kesultanan Delhi. Isami pindah ke Daulatābād bersama keluarganya ketika Muhammad bin Tughluq memindahkan ibu kotanya dari Delhi ke Daulatābād pada tahun 1327. Selama kepindahan ini, Abdul Malik Isami kehilangan kakeknya yang berusia 90 tahun.[1]
Di Daulatabad, Isami terkejut dengan apa yang dianggapnya sebagai kelakuan buruk dan tirani Tughluq. Pada suatu saat, ia memutuskan untuk hijrah ke Mekah, namun ia bertekad untuk menulis sejarah pemerintahan Muslim di India sebelum meninggalkan negara tersebut.[2] Ia bercita-cita untuk meniru penyair terkenal Persia, Ferdowsi, yang menulis Syahnameh, sebuah puisi epik yang menguraikan sejarah Persia.[3]
Qazi Bahauddin dari Daulatabad memperkenalkannya kepada Ala-ud-Din Bahman Shah, yang memberontak melawan Tughluq.[4] Bahman Shah, yang kemudian mendirikan Kesultanan Bahmani di wilayah Deccan, menjadi pelindung Isami.[3] Isami kemudian menjadi penyair istana pertama di istana Bahmani.[5] Di bawah naungan Bahman Shah, ia mulai menulis Futuh-us-Salatin pada tahun 1349. Isami mengklaim telah menyusun 12.000 syair dalam 5 bulan.[6] Menurutnya, ia mulai menulis buku tersebut pada 10 Desember 1349, dan menyelesaikannya pada 14 Mei 1350.[7] Menurut Isami, sumbernya antara lain anekdot, legenda, dan laporan teman serta kenalannya.[3] Tidak seperti beberapa kronik sebelumnya, bahasa buku ini tidak mengandung "kecerdasan retoris dan pernyataan berlebihan yang tidak menyenangkan".[7] Di antara isinya ialah Isami mengkritisi proyek-proyek Muhammad Tughluq sambil memuji pencapaian Alauddin Bahman Shah.[8]
Tidak ada yang diketahui tentang kehidupan Isami setelah ini.[4]
Referensi