Visualisasi keseluruhan alam semesta teramati. Skala ini amat besar, tiap titik kecil melambangkan sejumlah supergugus. Supergugus Virgo – tempat dimana Bima Sakti berada - ditandai di tengah, tetapi sangat kecil untuk bisa dilihat.
Alam semesta teramati (bahasa Inggris: Observable universe) terdiri dari berbagai galaksi dan materi lainnya yang dapat diamati dari bumi pada saat ini karena cahaya dan signal lainnya dari objek ini telah mencapai bumi sejak awal mula Ekspansi kosmologis. Diasumsikan alam semesta adalah isotropik, jarak ke ujung-ujung alam semesta teramati kira-kira sama ke segala arah. Maka, alam semesta teramati adalah sebuah volume bola yang pusatnya di pengamat. Setiap lokasi di alam semesta memiliki alam semesta teramatinya masing-masing, yang mungkin atau mungkin juga tidak tumpang tindih dengan yang berpusat di bumi.
Kata teramati di sini tidak ada hubungannya dengan kemampuan teknologi modern untuk mendeteksi radiasi dari objek di dalam daerah ini, melainkan dengan kemungkinan cahaya atau radiasi lain dari objek mencapai pengamat. Pada praktiknya, kita hanya dapat melihat cahaya sejauh ketika foton terbelah ketika masarekombinasi. Hal ini terjadi ketika partikel pertama kali dapat melepas foton yang kemudian tidak cepat terserap kembali oleh partikel lainnya. Sebelum itu, alam semesta terisi oleh plasma yang tidak tembus cahaya ke foton. Gelombang gravitasi yang terdeteksi menandakan bahwa saat ini ada kemungkinan untuk mendeteksi sinyal non-cahaya dari masa sebelum rekombinasi.
Estimasi terbaik usia alam semesta hingga 2015[update] adalah 13,799±0,021 milyar tahun[5] namun karena adanya ekspansi ruang angkasa manusia mengamati objek yang awalnya sangat dekat namun saat ini menjadi sangat jauh, lebih dari jarak tetap 13,8 miliar tahun cahaya.[7] Diperkirakan diameter alam semesta teramati adalah sekitar 28.5 gigaparsecs (93 miliar tahun cahaya, 88×1026 meter or 5,5×1024 mil),[8] menjadikan ujung alam semesta teramati berjarak sekitar 46,5 miliar tahun cahaya.[9][10]
Ukuran
Jarak pindah bersama dari bumi ke ujung alam semesta teramati sekitar 14,26 gigaparsecs (46.5 milyartahun cahaya atau 4,40×1028 meter) ke segala arah. Maka alam semesta teramati berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 28.5 gigaparsecs[11] (93 Gly or 8,8×1026 m).[12] Diasumsikan ruang angkasa rata, ukuran ini sama dengan volume pindah bersama (comoving volume) sekitar 1,22×104 Gpc3 (4,22×105 Gly3 atau 3,57×1080 m3).[13]
Angka diatas adalah jarak sekarang (dalam waktu kosmologis), bukan jarak pada saat cahaya muncul. Misalnya, radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik yang kita saat ini dipancarkan saat foton terbelah, diperkirakan 380.000 setelah Ledakan Besar,[14][15] sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Radiasi ini dipancarkan oleh materi yang seiring waktu terkondensasi menjadi galaksi, dan galaksi-galaksi ini sekarang diperkirakan berjarak 46 miliar tahun cahaya dari kita saat ini.[10][16] Untuk memperkirakan jarak ke materi pada waktu cahaya dipancarkan, kita dapat mencatat bahwa menurut Metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker, digunakan untuk memodelkan alam semesta yang mengekspansi, jika pada saat ini kita menerima cahaya dengan redshift sebesar z, maka faktor skala pada waktu cahaya pertama kali dipancarkan dirumuskan dengan[17][18]
.
Hasil pengamatan 9 tahun WMAP digabungkan dengan pengukuran lainnya akan menghasilkan pergeseran merah pembelahan foton z = 1.091,64±0,47,[19] yang menyimpulkan bahwa faktor skala pada waktu foton membelah adalah ⅟1092.64. Maka jika materi yang awalnya dipancarkan latar belakang gelombang kosmikfoton memiliki jarak saat ini sebesar 46 miliar tahun cahaya, maka waktu pada foton terpancar, jaraknya kira-kira hanya 42 juta tahun cahaya.
Diagram lokasi bumi kita pada alam semesta teramati. (Gambar alternatif.)
^Davis, Tamara M.; Charles H. Lineweaver (2004). "Expanding Confusion: common misconceptions of cosmological horizons and the superluminal expansion of the universe". Publications of the Astronomical Society of Australia. 21 (1): 97. arXiv:astro-ph/0310808. Bibcode:2004PASA...21...97D. doi:10.1071/AS03040.
^Bennett, C. L.; Larson, D.; Weiland, J. L.; Jarosik, N.; et al. (1 October 2013). "Nine-year Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) Observations: Final Maps and Results". The Astrophysical Journal Supplement Series. 208 (2): 20. arXiv:1212.5225. Bibcode:2013ApJS..208...20B. doi:10.1088/0067-0049/208/2/20.
Bacaan lanjutan
Vicent J. Martínez; Jean-Luc Starck; Enn Saar; David L. Donoho; et al. (2005). "Morphology Of The Galaxy Distribution From Wavelet Denoising". The Astrophysical Journal. 634 (2): 744–755. arXiv:astro-ph/0508326. Bibcode:2005ApJ...634..744M. doi:10.1086/497125.Parameter |name-list-style= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Mureika, J. R.; Dyer, C. C. (2004). "Review: Multifractal Analysis of Packed Swiss Cheese Cosmologies". General Relativity and Gravitation. 36 (1): 151–184. arXiv:gr-qc/0505083. Bibcode:2004GReGr..36..151M. doi:10.1023/B:GERG.0000006699.45969.49.Parameter |name-list-style= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)