Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Antonio Gramsci

Antonio Gramsci
Antonio Gramsci, 1916
Lahir(1891-01-22)22 Januari 1891
Ales, Sardinia, Italia
Meninggal27 April 1937(1937-04-27) (umur 46)
Roma, Lazio, Italy
EraFilsafat abad ke-20
KawasanFilsafat barat
AliranMarxisme
Minat utama
Politik, Ideologi, Budaya
Gagasan penting
Hegemoni, war of position, perbedaan antara "tradisional" dan "organik" intelektual

Antonio Gramsci (22 Januari 1891 – 27 April 1937) adalah filsuf Italia, penulis, dan teoritikus politik. Anggota pendiri dan pernah menjadi pemimpin Partai Komunis Italia, Gramsci sempat menjalani pemenjaraan pada masa berkuasanya rezim Fasis Benito Mussolini. Tulisan-tulisannya menitikberatkan pada analisis budaya dan kepemimpinan politik. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir orisinal utama dalam tradisi pemikiran Marxis. Ia juga dikenal sebagai penemu konsep hegemoni budaya sebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara dalam sebuah masyarakat kapitalisme.

Kehidupan pribadi

Masa kanak-kanak

Antonio Gramsci dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1891 di sebuah kota kecil bernama Ales.[1] Tempat kelahirannya terletak di Pulau Sardinia yang termasuk bagian dari Provinsi Cagliari yang berada di Italia bagian selatan.[2] Pada masa kelahirannya, Italia merupakan sebuah negara baru. Pembentukan Italia sendiri berasal dari berbagai provinsi yang sebelumnya dikuasai oleh monarki tradisional maupun kekuatan asing.[3]

Keluarga Antonio Gramsci hidup secara sederhana dan bukan dari kalangan ilmuwan. Nama ayah Antonio Gramsci adalah Francesco Gramsci.[2] Sementara itu, nama ibu Antonio Gramsci adalah Guiseppina Marcias.[4] Ayahnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil.[2] Keluarga ayah Antonio Gramsci merupakan keluarga kaya yang tinggal di Campania dan Calabria yang terletak di Italia bagian selatan. Keluarga ayah Antonio Gramsci merupakan keturunan Italia–Albania. Ayahnya sendiri lahir di Gaeta, Provinsi Latina, Lazio.[5]

Dalam keyakinan Antonio Gramsci, keluarga ayahnya meninggalkan Albania pada tahun 1821. Nama keluarganya yaitu Gramsci merupakan kata dalam bahasa Italia yang berasal dari bahasa Albania Gramshi. Kata Gramshi berasal dari nama kota kecil di bagian timur ke tengah Albania.[6] Ayah Antonio Gramsci memiliki masalah dengan polisi. Kondisi keuangan mereka juga memburuk sehingga harus berpindah-pindah tempat tinggal di beberapa desa di Pulau Sardinia. Keluarga Gramsci akhirnya menetap di Ghilarza.[7] Di sisi lain, keluarga dari ibu Antonio Gramsci adalah pemilik tanah di Pulau Sardinia. Asal keluarga ibunya dari Sogono di Provinsi Nuoro.[7]

Antonio Gramsci adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Kakak tertuanya bernama Gennaro.[2] Antonio Gramsci telah menderita penyakit tulang belakang sejak berusia 3 tahun. Tubuhnya menjadi bungkuk secara permanen. Karena kondisinya ini, tubuhnya menjadi pendek secara tidak normal. Keluarganya mengklaim bahwa kondisi tersebut akibat kejadian jatuhnya Antonio Gramsci dari tangga akibat kesalahan pengasuh yang kikuk. Namun, ada dugaan bahwa Antonio Gramsci terkena rakitis.[8] Ayah Antonio Gramsci ditangkap pada tahun 1897 akibat penggelapan dan korupsi yang dilakukannya. Penggelapan ini merupakan hasil kerja samanya dengan seorang calon anggota perlementer yang gagal dalam pemilihan tahun 1897. Ayahnya kemudian dipenjara selama lima setengah tahun.[8] Ketika ayahnya dipenjara, usia Antonio Gramsci baru 6 tahun.[2]

Masa remaja

Setelah ayah Antonio Gramsci dipenjara, keluarganya mengalami kemelaratan. Antonio Gramsci hanya bersekolah hingga usia 11 tahun. Dirinya dikeluarkan karena persoalan keuangan meskipun dirinya bersekolah dengan baik.[8] Kebutuhan keluarganya oleh dipenuhi oleh Antonio Gramsci dengan bekerja pada usia muda ketika Gennaro ikut wajib militer di Turin.[2] Setelah menjalani hukuman penjara, ayah Antonio Gramsci dibebaskan. Kondisi keuangan keluarganya kemudian mulai membaik. Antonio Gramsci akhirnya disekolahkan kembali ketika berusia 17 tahun. Ia disekolahkan ke Lisea Klasika untuk belajar tata bahasa meskipun kondisi keluarganya masih dalam kemiskinan.[8] Antonio Gramsci mulai melanjutkan pendidikannya pada tahun 1908 di Cagliari. Ia tinggal bersama kakaknya yang telah menjadi aktivis Partai Sosialis Italia.[1]

Masa dewasa

Pada tahun 1908, Gramsci mulai mempelajari pemikiran Karl Marx.[1] Antonio Gramsci memperoleh beasiswa untuk belajar di Fakultas Sastra Universitas Turin pada tahun 1911. Beasiswa ini merupakan beasiswa khusus bagi rakya miskin di bekas Kerajaan Sardinia di Provinsi Sardinia.[9]

Selama kuliah, Antonio Gramsci berkawan dengan Palmiro Togliatti dan Angelo Tasca. Mereka bertiga kemudian menjadi aktivis Partai Sosialis Italia di Turin. Ketertarikannya pada politik mempengaruhi kuliahnya. Perbedaan kehidupan kota Turin di wilayah Italia bagian utara dan kehidupan pedesaan di wilayah Italia bagian selatan mengubah Antonio Gramsci menjadi revolusioner. Antonio Gramsci melihat perbandingan antara kelas buruh di kota dan petani di desa. Ia kemudian memulai politik di Turin.[10] Antonio Gramsci bergabung dengan Partai Sosialis Italia pada tahun 1913.[1]

Antonio Gramsci mulai menulis ide-ide intelektual sambil melibatkan diri dalam organisasi massa miltan. Isi tulisan berkaitan dengan setiap aspek masyarakat Turin dan kondisi sosial politiknya. Antonio Gramsci juga menganalisa sejumlah pemogokan dan unjuk rasa oleh buruh di Turin. Tulisan-tulisan Antonio Gramsci juga menulis tentang peristiwa politik di Italia maupun mancanegara. Pada tahun 1915, Antonio Gramsci berhenti kuliah untuk sementara dan bekerja penuh waktu pada kantor surat kabar partai sosialis di Turin. Ia mengerjakan dua buletin yaitu Avanti! dan buletin Il Grido del Popolo. Antonio Gramsci kemudian kembali kuliah dan menyelesaikan tesis pada tahun 1918.[11]

Antonio Gramsci juga mendirikan Partai Komunis Italia dan pernah menjadi salah satu pemimpinnya.[12] Pada tahun 1922–1923, Antonio Gramsci terpilih sebagai perwakilan Partai Komunis Italia di Moskow.[1] Pada tahun 1924, Antonio Gramsci terpilih menjadi perwakilan sosialis sebagai anggota Parlemen Italia.[13] Lalu pada tahun 1924, Antonio Gramsci ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Italia.[1] Antonio Gramsci kemudian mengadakan pembaharuan dalam Partai Komunis Italia. Arah pergerakan Partai Komunis Italia berusaha diubahnya kembali dari partai kaum buruh ke gerakan massa.[13]

Masa di penjara hingga kematian

Pada tahun 1926, Antonio Gramsci dipenjara dengan masa hukuman penjara selama 20 tahun 4 bulan 15 hari.[1] Antonio Gramsci dipenjara di Pulau Ustik yang berdekatan dengan pantai Sisilia.[13] Ia dipenjara oleh rezim Benito Musollini karena aktivitas politik yang dilakukannya selama memimpin Partai Komunis Italia.[12] Antonio Gramsci dipindahkan lagi ke penjara di Milan pada tanggal 20 Januari 1927. Proses pemindahannya dalam kondisi diisolasi dari dunia luar.[13]

Pada tahun 1928, Antonio Gramsci diadili bersama dengan para pembangkang politik lainnya. Lokasi pengadilan diadakan di Roma. Keputusan pengadilan menetapkan bahwa Antonio Gramsci dipenjara selama 20 tahun di Penjara Turin. Antonio Gramsci dipindahkan ke Turin dalam keadaan kelelahan dan sakit. Di dalam penjara, Antonio Gramsci menulis catatan harian sambil dijaga secara ketat oleh penjaga penjara.[14] Setelah menerima hukuman penjara, Antonio Gramsci mulai menulis ide-idenya tentang hegemoni di dalam penjara. Antonio Gramsci meninggal di sebuah penjara di Roma pada tanggal 27 April 1937.[15]

Pemikiran

Sosialisme

Sebelum tahun 1927, Antonio Gramsci awalnya telah menggagas sosialisme yang bersifat humanisme pada tahun 1927. Gagasannya ini merupakan koreksi atas Marxisme–Leninisme yang hanya dipenuhi oleh gagasan-gagasan organisasi semata. Antonio Gramsci menggagas sosialisme yang mengutamakan moral. Pandangan Antonio Gramsci dianggap menyimpang dengan komunisme yang berlaku di Italia.[16]   

Teori kekuasaan

Antonio Gramsci merupakan salah satu tokoh pemikiran yang memberikan teori kekuasaan sebagai suatu bentuk kekuatan. Teori kekuasaan yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci dilandasi oleh masyarakat yang berbasis kelas sosial.[17]

Intelektual

Selama dipenjara oleh rezim Benito Mussolini pada dekade 1930-an, Antonio Gramsci menulis pemikiran-pemikiran tentang definisi intelektual. Antonio Gramsci mengemukakan bahwa pada dasarnya semua orang adalah intelektual karena setiap orang memiliki akal. Namun, Antonio Gramsci juga mengemukakan bahwa peran dan fungsi intelektual tidak dilakukan oleh semua orang.[18]

Orang-orang yang melaksanakan fungsi intelektual dibagi lagi oleh Antonio Gramsci menjadi dua golongan. Golongan pertama ialah golongan intelektual yang mengerjakan pekerjaan di bidang yang sama secara terus-menerus di tiap generasi tanpa mempersoalkan apa yang dikerjakannya. Antonio Gramsci menamai golongan ini sebagai golongan intelektual tradisional. Para intelektual tradisional bekerja antarkelas sosial dan tidak terikat oleh satu kelas sosial tertentu. Pekerjaan yang termasuk dalam intelektual tradisional antara lain guru, administrator, imam, rohaniwan dan pemuka agama.[18]

Sementara golongan kedua dinamakan oleh Antonio Gramsci sebagai intelektual organik.[19] Para intelektual organik melakukan afiliasi dengan kelas sosial tertentu dan terikat padanya. Ada pula intelektual organik yang terikat dengan organisasi-organisasi besar dalam ekonomi dan politik. Dalam kelas sosial atau organisasi, para intelektual organik bertugas memenuhi kepentingan dari organisasi atau kelas sosialnya. Sambil melaksanakan tugas tersebut, para intelektual organik mengusahakan perolehan kekuasaan yang lebih besar dan pengaruh yang lebih luas. Para intelektual organik tidak berperan dalam mempertahankan kondisi masyarakat seperti apa adanya, melainkan mengadakan perubahan dann kemajuan bagi masyarakatnya. Perubahan dan kemajuan ini dicapai oleh para intelektual organik dengan menghasilkan cara berpikir yang baru disertai dengan selera dan kebutuhan baru di dalam masyarakat. Pekerjaan yang termasuk dalam intelektual organik antara lain para teknisi dalam industri, konsultan bisnis dalam perusahaan besar penasihat politik untuk penguasa politik, ahli strategi dan ahli persenjataan dalam militer, ahli periklanan dan spesialis dalam hubungan masyarakat.[20]

Sosiologi sastra

Pemikiran Antonio Gramsci dalam sosiologi sastra dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Marxisme. Antonio Gramsci membentuk pemikiran dalam sosiologi sastra sebagai strategi budaya. Tujuannya untuk menata kembali budaya, membentuk jenis sejarah baru dengan budaya hegemoni yang baru. Pemikiran sosiologi sastra oleh Antonio Gramsci juga untuk menciptakan individu dan negara dengan pemikiran yang baru. Antonio Gramsci menilai bahwa seni sastra memiliki kemampuan untuk mendapatkan perhatian, memberikan motivasi dan kemudian mempengaruhi perasaan pembaca. Kemampuan ini mempermudah penerimaan ide dan penyampaiannya kepada pembaca dengan cara tertentu.[21]   

Filsafat praksis

Filsafat praksis merupakan sebutan Antonio Gramsci atas hasil pemikiran filsafat oleh dua tokoh filsuf yaitu George Lucas Adamopoulos dan Karl Korsch. Antonio Gramsci menamakan filsafat praksis berdasarkan kepada tujuan pengadaan filsafat untuk mencapai tujuan-tujuan praktis. Tujuan-tujuan praktis ini dikaitkan dengan idealisme umum di Jerman. Filsafat praksis menurut Antonio Gramsci dapat mengembangkan Marxisme.[22]  

Materialisme sejarah

Antonio Gramsci memiliki pandangan yang berbeda atas materialisme sejarah. Ia menganggap materialisme sejarah bukanlah bagian dari positivisme nomotetik. Sebaliknya, Antonio Gramsci menganggap materialisme sejarah sebagai filosofi praksis. Materialisme sejarah menurutnya memandang dunia sosial dibentuk oleh praktik manusia dan menolak determinisme struktural. Antonio Gramsci berpendapat bahwa ekonomi merupakan hasil turunan dari determinan politik. Ekonomi menjadi bidang praktik yang memungkinkan penerapan aturan hegemoni. Di saat yang bersamaan, ekonomi membatasi dirinya dalam parameter sejarah tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan material. Pandangan Antonio Gramsci ini memperluas ruang lingkup praktik ekonom menjadi ideologi.[23]

Hegemoni

Antonio Gramsci merupakan tokoh yang memperkenalkan teori tentang hegemoni. Teori ini merupakan bagian dari penerapan analisis Karl Marxis pada masyarakat modern di Eropa.[24] Antonio Gramsci mengartikan hegemoni sebagai suatu kondisi kepemimpinan oleh kelas yang berkuasa secara moral dan intelektual dengan dilandasi oleh ideologi. Hegemoni ini disertai dengan usaha untuk memberikan bentuk dan makna mengenai kelompok yang berkuasa secara alami.[25] Dalam hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci, penindasan oleh negara dapat terjadi tanpa adanya perasaan terindas di masyarakat. Hegemoni semacam ini membuat masyarakat dikendalikan oleh negara tanpa menyadari kendali tersebut.[26]

Antonio Gramsci tidak menganggap hegemoni sebatas ideologi kelas dominan terhadap kelas bawahan. Hegemoni menurut Antonio Gramsci juga meliputi pengendalian secara berkesinambungan dalam pengubahan kondisi sejarah.[27] Antonio Gramsci melalui teori hegemoni dan teori perubahan sosial noreduksionis yang dikemukakannya menyatakan bahwa berbagai macam gerakan masyarakat tidak langsung berkaitan dengan perjuangan kelas dari kelas buruh. Teori hegemoni Antonio Gramsci menjadikan kelas buruh tidak lagi dianggap sebagai pusat gerakan revolusioner. Kelas buruh menurut Antonio Gramsci tidak lagi menjadi unsur utama dalam gerakan perubahan sosial. Antonio Gramsci mengemukakan bahwa akan ada kemungkinan terbentuknya aliansi antara unsur kelas buruh dengan kelompok lainnya. Aliansi ini merupakan hasil dari kesadaran kelas yang menjadi bagian dari proses revolusioner.[28]

Hegemoni menurut Antonio Gramsci dapat tercapai akibat keberadaan pendidikan dan mekanisme kelembagaan. Kaum buruh tidak menerima kemampuan berpikir kritis dan sistematis melalui pendidikan. Sebaliknya, kelas sosial yang berkuasa menjadi mekanisme kelembagaan sebagai alat yang menentukan ideologi yang dominan.[29] Hegemoni yang dilakukan dengan ideologi maupun budaya menjadi penjelas bagi Antonio Gramsci atas keberadaan suatu kelompok atau kelas sosial yang secara sukarela mau menuruti kelompok atau kelas sosial lain. Kondisi yang sama berlaku pula pada suatu kelompok atau kelas sosial yang menerima konsensus untuk menuruti kelompok atau kelas sosial lain.[30]

Hegemoni menurut Antonio Gramsci dapat dilaksanakan oleh berbagai kelas sosial dan tidak dibatasi oleh kelas pemerintahan.[31] Wujud dari hegemoni menurut Antonio Gramsci dapat diwakili oleh keberadaan negara yang berstatus sebagai negara adikuasa dalam sistem internasional. Hegemoni juga dapat tampak pada  kota-kota yang perannya penting dalam sebuah negara. Keberadaan hegemoni menurut Antonio Gramsci memberikan kepastian akan adanya jaminan kerja sama melalui kekuatan sosial ataupun politik yang dipaksakan.[32]

Negara

Antonio Gramsci memandang kekuasaan negara dari segi hegemoni. Alat hegemoni menurut Antonio Gramsci dapat berupa tokoh yang berpengaruh dari segi ide, nilai dan pemikirannya.[33] Sifat kekuasaan negara menurut Antonio Gramsci adalah terpusat.[34] Antonio Gramsci berpandangan bahwa kepatuhan warga negara atas kekuasaan negara dapat dicapai tanpa memerlukan kekerasan fisik. Negara hanya memerlukan hegemoni dan tidak memerlukan dominasi. Kelas yang berkuasa di suatu negara hanya perlu melakukan kepemimpinan budaya. Antonio Gramsci menentang kekuasaan yang diperoleh melalui paksaan, baik yang diterapkan oleh kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif maupun kepolisian.[35]

Masyarakat sipil

Antonio Gramsci merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan pemikiran tentang masyarakat sipil yang dikembangkan oleh Thomas Hobbes. Masyarakat sipil dalam pandangan Antonio Gramsci merupakan elemen ideologis kelas dominan.[36] Analisis Antonio Gramsci atas masyarakat sipil dilakukannya dengan menggunakan konsep hegemoni budaya. Proses analisisnya melalui kritik atas determinisme Karl Marx.[37]

Antonio Gramsci mengemukakan bahwa masyarakat sipil ialah rakyat yang menciptakan kesadaran kelas bagi mereka sendiri untuk membuat perubahan dan menciptakan sejarah.[38] Kondisi masyarakat sipil bagi pembangunan menurut Antonio Gramsci bersifat kontra-hegemoni. Peran masyarakat sipil menurut Antonio Gramsci sebagai instrumen tindakan kolektif. Instrumen ini dibutuhkan untuk melindungi otonomi negara non-wilayah publik serta memengaruhi tipe rezim, politik, hingga kebijakan negara dan pasar. Karena konsep ini, sebuah pertemuan puncak ekonomi yang dilandasi oleh gerakan masyarakat sipil global tidak dapat dipandang menghasilkan sebuah putusan yang netral.[39]

Karya tulis

Karya tulis yang dibuat oleh Gramsci terbagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum dipenjara (1910–1926) dan periode selama dipenjara (1929–1935). Pada tahun 1916, Gramsci menulis Men or machines? yang diterbitkan oleh Avanti! pada tanggal 24 Desember. Lalu pada tanggal 29 April 1917, tulisannya yang berjudul Notes on The Russian Revolution diterbitkan dalam Grido del Popolo. Pada tanggal 24 Desember 1917, Avanti! menerbitkan lagi karya tulis Gramsci yang berjudul The Revolution Against ‘Capital’. Grido del Popolo kemudian menerbitkan tulisan Gramsci yang berjudul One Year of History pada tanggal 16 Maret 1918. Kemudian pada tahun 1920, L’Ordine Nuovo menerbitkan tulisan Gramsci yang berjudul Split or Disorder? yang ditampilkan untuk edisi 11-18 Desember 1918.[butuh rujukan]

Penulisan sebelum dipenjara

Gramsci banyak menerbitkan tulisan pada dekade 1920-an. Pada tanggal 28 Januari 1921, tulisannya yang berjudul Caporetto and Vittorio Veneto diterbitkan oleh L'Ordine Nuovo. Lalu pada tanggal 31 Januari 1921, tulisannya yang berjudul War is War diterbitkan oleh L'Ordine Nuovo. Kemudian pada tanggal 25 Februari 1921, L'Ordine Nuovo kembali menerbitkan tulisan Gramsci yang berjudul The General Confederation of Labour. L'Ordine Nuovo juga menerbitkan tulisan Gramsci yang berjudul Socialists and Communists pada tanggal 12 Maret 1921.[butuh rujukan]

Pada tanggal 21 Maret 1924, Gramsci bersama Togliatti, Scoccimarro dan Leonetti menerbitkan tulisan berjudul The Como Conference: Resolutions, The Italian Crisis dan Neither Fascism nor Liberalism: Sovietism!. Mereka kembali menerbitkan tulisan lainnya pada tanggal 1 Oktober 1926 dengan judul Once again on the Organic Capacities of the Working Class yang diterbitkan oleh L'Unità. Lalu pada tanggal 17 September 1926, L'Unità menerbitkan tulisan berjudul The Peasants and the Dictatorship of the Proletariat yang juga ditulis oleh Gramsci dan rekan-rekannya. Tulisan Gramsci yang terakhir pada tahun 1926 ialah We and the Republican Concentration yang juga diterbitkan oleh L'Unità pada tanggal13 Oktober.[butuh rujukan]

Penulisan selama dipenjara

Antonio Gramsci menulis Buku Catatan Penjara sejak tahun 1929 hingga tahun 1935 di dalam penjara. Ia menulisnya sebagai catatan harian.[40] Buku Catatan Penjara merupakan buku yang ditulis oleh Antonio Gramsci untuk mempopulerkan konsep hegemoni.[41] Dalam bukunya ini, hegemoni merupakan kondisi ketika manusia dikuasai  melalui pikirannya. Manusia tidak sadar akan penguasaan karena cara penguasaan itu sendiri memanfaatkan nilai-nilai budaya.[42]

Tokoh yang mempengaruhi

Karl Marx

Antonio Gramsci merupakan salah satu pendukung Marxisme. Namun dalam bidang politik, Antonio Gramsci tidak sepenuhnya mengikuti ajaran-ajaran politik Karl Marx. Antonio Gramsci memberikan kritik atas proposisi-proposisi teori Marx. Tujuan dari pemberian kritik ini untuk memberikan penjelasan bahwa dirinya memiliki kesamaan dan perbedaan dengan pemikiran-pemikiran politik Karl Marx dan penganut Marxisme yang lainnya.[43] Kritik yang diberikan oleh Antonio Gramsci atas ajaran-ajaran politik Karl Marx terbagi menjadi lima bagian pemikiran. Kritik pertama mengenai ekonomisme. Kritik kedua mengenai determinisme ekonomi. Kritik ketiga mengenai tendensi positivistik. Kritik keempat mengenai reduksionisme pendidikan. Sedangkan kritik kelima tentang definisi masyarakat sipil.[44]

Georg Wilhelm Friedrich Hegel

Antonio Gramsci merupakan tokoh Marxisme Hegelian. Gagasan Antonio Gramsci mengenai hegemoni banyak dipengaruhi oleh filsafat hukum Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci kemudian menjadi landasan paradigma basis-suprastruktur yang merupakan paradigma alternatif terhadap teori Marxis tradisional. Teori-teori hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci muncul sebagai kritik dan alternatif bagi pendekatan dan teori perubahan sosial yang mengutamakan determinisme kelas dan ekonomi Marxisme tradisional.[45]

Tokoh yang dipengaruhi

Louis Althusser

Pemikiran Marxisme dari Antonio Gramsci bersama dengan pemikiran filsafat dari Baruch de Spinoza membentuk pandangan Louis Althusser tentang ideologi. Louis Althusser mendukung mendukung kaum proletar. Karakteristik dari filsafat marxis adalah materialisme dengan penentangan ideologi atas dominasi borjuis.[46]

Henry Armand Giroux

Pemikiran Antonio Gramsci tentang hegemoni menjadi salah satu jenis pemikiran yang mendasari perintisan pedagogi kritis oleh Henry Armand Giroux. Bersama dengan pemikiran Mazhab Frankfurt dan sosiologi Pierre Bourdieu, Marxisme yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci memiliki pemikiran yang dominan dalam mempengaruhi pemikiran Henry Armand Giroux.[47]

Michael W. Apple

Michael W. Apple  dikenal sebagai penganut paham Antonio Gramsci mengenai hegemoni. Pemikiran-pemikiran Antonio Gramsci melandasi pencetusan teori kurikulum tersembunyi yang digagas oleh Michael W. Apple. Kurikulum tersembunyi menurut Michael W. Apple berasal dari konsep hegemoni yang berperan sebagai teks politik.[48]

Pengembangan pemikiran

Selama hidupnya, Gramsci dikenal sebagai penulis sekaligus teoritikus. Ia telah menghasilkan beberapa pemikiran tentang Marxisme, teori kritis dan teori lain mengenai pendidikan.[butuh rujukan]

Neo-Marxisme

Antonio Gramsci merupakan salah satu tokoh abad ke-20 Masehi yang mempelopori teori Neo-Marxisme.[49] Peran penting dari Antonio Gramsci adalah mengalihkan determinisme ekonomi ke teori-teori Marxisme yang lebih modern. Antonio Gramsci menulis sebuah esai berjudul Revolusi lawan Modal. Esai ini memberikan kritik kepada para penganut Marxisme yang bersifat deterministik, fatalistik dan mekanistik.[50]

Neo-Gamscianisme

Neo-Gamscianisme dicetuskan oleh Robert Warburton Cox  melalui penerapan konsep-konsep yang digagas oleh Antonio Gramsci dalam konteks internasional. Penerapannya berkaitan dengan proses pemahaman atas penerapan kekuasaan dalam tatanan dunia. Antonio Gramsci te,ah mengenmbangkan pemahaman Marxisme yang peka secara budaya dan kelembagaan melalui analisisnya tentang reunifikasi Italia pada tahun 1870 dan kebangkitan fasisme di Italia. Antonio Gramsci mampu menjelaskan cara melaksanakan kekuasaan dalam formasi sosial. Gramsci menemukan bahwa konfrontasi langsung akan terjadi ketika seorang pemimpin memerintah dengan paksaan dengan kondisi kekuasaan yang tidak merata du seluruh tatanan masyarakat. Konfrontasi yang dihasilkan akan menyebabkan kudeta kepemimpinan yang berlangsung secara brutal.[51]  

Robert Warburton Cox telah menggunakan teori hegemoni Antonio Gramsci untuk mengkaji tentang warga negara di beberapa negara di Dunia Barat.[52]

Kajian budaya

Cara kerja dari kajian budaya Gramsci sangat terbantu oleh pemikiran Antonio Gramsci tentang budaya, ideologi, dan hegemoni. Bantuan ini terutama dalam pengkajian terhadap berbagai fenomena kebudayaan dan praktik budaya yang berkaitan dengan kekuasaan. Pengetahuan mengenai kekuasaan merupakan salah satu aspek yang diketahui mempengaruhi berbagai bentuk kebudayaan.[53] Pandangan Marxisme dari Antonio Gramsci atas analisis-analisis budaya menghasilkan dua metode penguasaan yaitu dominasi dan hegemoni. Antonio Gramsci sendiri memilih hegemoni. Melalui hegemoni, penguasaan dapat dilakukan melalui penerapan ideologi sehingga peluang terjadinya konflik dapat dibatasi.[54]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g Abidin 2022, hlm. 61.
  2. ^ a b c d e f Tami, dkk. 2021, hlm. 10-11.
  3. ^ Jones 2006, hlm. 14.
  4. ^ Maliki, Zainuddin (Januari 2012). Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 194. ISBN 979-420-779-9. 
  5. ^ Alwi 2023, hlm. 23.
  6. ^ Alwi 2023, hlm. 23-24.
  7. ^ a b Alwi 2023, hlm. 24.
  8. ^ a b c d Jones 2006, hlm. 16.
  9. ^ Suyanto, B., dkk. (2018). Memahami Teori Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 12. ISBN 978-602-6606-86-0. 
  10. ^ Tami, dkk. 2021, hlm. 11-12.
  11. ^ Tami, dkk. 2021, hlm. 12.
  12. ^ a b Hidayat 2013, hlm. 126-127.
  13. ^ a b c d Amsalis 2022, hlm. 7.
  14. ^ Amsalis 2022, hlm. 8.
  15. ^ Abidin 2022, hlm. 61-62.
  16. ^ Wahid, Abdurrahman (Agustus 2006). Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi (PDF). Jakarta: The Wahid Institute. hlm. 55–56. ISBN 979-98737-0- 3. 
  17. ^ Nugroho, A., Suharno dan Subroto, T. (Mei 2016). Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan (PDF). Sleman: STPN Press. hlm. 5. 
  18. ^ a b Kleden 2020, hlm. 2.
  19. ^ Suharto, Toto (2017). Pendidikan Berbasis Masyarakat: Relasi Negara dan Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: LKiS. hlm. 135. ISBN 978-602-74505-9-2. 
  20. ^ Kleden 2020, hlm. 2-3.
  21. ^ Tami, dkk. 2021, hlm. 138-139.
  22. ^ Yunus 2019, hlm. 12.
  23. ^ Rakhmat 2021, hlm. 51.
  24. ^ Mukhlis, dkk. 2020, hlm. 125.
  25. ^ Hastuti, D. R. T., dkk. (Mei 2018). Ringkasan Kumpulan Mazhab Teori Sosial: Biografi, Sejarah, Teori, dan Kritikan (PDF). CV. Nur Lina dan Pustaka Taman Ilmu. hlm. 141–142. ISBN 978-602-51907-7-3. 
  26. ^ Kogoya, Willius (Oktober 2013). Rismawati, N., ed. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan bagi Mahasiswa (Suatu Kompilasi) (PDF). Kabupaten Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 30. ISBN 978-623-5811-65-9. 
  27. ^ Hidayat 2013, hlm. 85.
  28. ^ Suhaimi dan Hasibuan 2019, hlm. 9.
  29. ^ Anshori 2020, hlm. 97.
  30. ^ Anshori 2020, hlm. 85.
  31. ^ Kambo, Gustiana A. (Maret 2022). Budaya Politik sebagai Bahan Ajar. Makassar: Humanities Genius. hlm. 32. ISBN 978-623-99581-9-0. 
  32. ^ Ulum dan Jannah 2017, hlm. 18-19.
  33. ^ Anshori 2020, hlm. 93.
  34. ^ Mahfud, M., dkk. (November 2013). Dekonstruksi dan Gerakan Pemikiran Hukum Progresif (PDF). Bantul: Thafa Media. hlm. 7. ISBN 978-602-14207-4-4. 
  35. ^ Anshori 2020, hlm. 84.
  36. ^ Komarudin, U., dan Raman, A. (2020). Muchlis, M.R., ed. Sistem Sosial dan Politik Indonesia (PDF). Jakarta: Enlights. hlm. 82. ISBN 978-623-91630-2-0. 
  37. ^ Muthhar, Moh. Asy'ari (Desember 2018). Yudi, ed. The Ideal State. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 327. ISBN 978-602-7696-49-5. 
  38. ^ Suhaimi dan Hasibuan 2019, hlm. 12.
  39. ^ Hermawan, Yulius P. (Mei 2011). Proyek Riset G-20 Peran Indonesia dalam G-20: Latarbelakang, Peran dan Tujuan Keanggotaan Indonesia (PDF). Jakarta Selatan: Friedrich Ebert Stiftung, Kantor Perwakilan Indonesia dan Departemen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan. hlm. 110. ISBN 978-602-8866-03-3. 
  40. ^ Suryawan, I Ngurah (Februari 2010). Azhar, Syafruddin, ed. Genealogi Kekerasan dan Pergerakan Subaltern: Bara di Bali Utara. Jakarta: Kencana. hlm. 124. ISBN 978-979-3646-53-4. 
  41. ^ Bakri 2022, hlm. 5.
  42. ^ Santoso, Thomas (Juli 2019). Konflik dan Perdamaian (PDF). Surabaya: Pustaka Saga. hlm. 9. ISBN 978-602-5758-66-9. 
  43. ^ Jainuri dan Salahudin 2014, hlm. 1.
  44. ^ Jainuri dan Salahudin 2014, hlm. 2.
  45. ^ Bakri 2022, hlm. 5-6.
  46. ^ Yunus 2019, hlm. 68.
  47. ^ Hidayat 2013, hlm. 75.
  48. ^ Hidayat 2013, hlm. 126.
  49. ^ Saud, Ali dan Demmallino 2020, hlm. 221.
  50. ^ Saud, Ali dan Demmallino 2020, hlm. 228.
  51. ^ Rakhmat 2021, hlm. 40.
  52. ^ Ulum dan Jannah 2017, hlm. 19.
  53. ^ Mukhlis, dkk. 2020, hlm. 122.
  54. ^ Pudjitriherwanti, A., dkk. (Juli 2019). Hasanudin, ed. Ilmu Budaya: Dari Strukturalisme Budaya Sampai Orientalisme Kontemporer (PDF). Banyumas: CV. Rizquna. hlm. 36. ISBN 978-623-90846-8-4. 

Daftar pustaka

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya