Sebagaimana Apicomplexa lainnya, Babesia memiliki daur hidup yang membuatnya memiliki beberapa bentuk dan karakteristik sel yang berbeda. Babesia masuk ke dalam tubuh caplak sebagai inang definitif dalam bentuk gametosit saat caplak tersebut menggigit vertebrata terinfeksi. Sel-sel gamet mengalami reproduksi seksual di dalam tubuh caplak dan mengalami sporogoni yang menghasilkan sporozoit. Ketika caplak menggigit vertebrata, termasuk manusia, sporozoit dalam air liur caplak berpindah ke dalam tubuh vertebrata tersebut, yang menjadi inang perantara Babesia. Dalam sel darah merah vertebrata, tropozoit mengalami merogoni yang menghancurkan sel darah merah tersebut dan menghasilkan banyak merozoit yang mencari sel darah lain sebagai inang baru. Sebagian merozoit membentuk gametosit yang dapat berpindah ke tubuh caplak dan melengkapi daur ini. Manusia merupakan inang akhir dan tidak menularkan ke organisme lainnya. Meskipun demikian penularan antarmanusia bisa terjadi akibat transfusi darah.[4]
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (2021), Chapter 3.4.2. Bovine Babesiosis(PDF), Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals, World Organisation for Animal Health (OIE)