Boraks atau bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi. Sinonim lainnya yakni natrium borat, natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa.[2] Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).[3]
Legalitas
Pemerintah melarang penggunaan boraks pada makanan. Penggunaan boraks secara rinci diatur dan dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional.
Sebagai aditif makanan
Boraks tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia.[4] Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.[5]
Boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:[6]
- karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
- mi [5]
- lontong, sebagai pengeras
- ketupat, sebagai pengeras
- bakso, sebagai pengawet dan pengeras
- kecap, sebagai pengawet
- cenil, sebagai pengeras
Substitusi
Karena penggunaan boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama. Air merang dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak memengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.
Referensi
Pranala luar
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|
Lain-lain | |
---|