Djawa Tengah atau dikenal dalam bahasa Mandarin sebagai 壟川中央爪哇日報 (Lǒngchuān Zhōngyāng Zhǎowā Rìbào), adalah sebuah koran peranakan Tionghoa berbahasa Melayu yang terbit di Semarang, Hindia Belanda mulai tahun 1909 hingga 1938. Koran ini dikatakan sebagai koran Tionghoa pertama di Semarang.[1]
Sejarah
H. C. Goldman
Djawa Tengah diluncurkan pada akhir tahun 1909 di bawah arahan editorial dari H.C. Goldman, yang sebelumnya menjadi editor di Bintang Pagi, sebuah koran berbahasa Melayu yang berhenti terbit sebulan sebelumnya.[2] Koran ini awalnya ditulis sebagian dalam bahasa Melayu dan sebagian lain dalam bahasa Tiongkok, tetapi tulisan berbahasa Tiongkok kemudian tidak dilanjutkan.[1] Selama dekade 1910-an, seperti Sin Po di Batavia, koran ini mengembangkan editorial yang nasionalis dan mengkritik sistem Kapitan Cina dari Belanda.[3] Koran ini juga meliput Kebangkitan Nasional Indonesia, dengan kerap menampilkan rincian rapat Sarekat Islam di halaman depannya selama dekade 1910-an.
Pada tahun 1910, Goldman tersandung kasus akibat Undang-Undang Sensor Pers (Persdelict) yang ketat, yakni karena mencetak tulisan yang "mencemarkan nama baik" pegawai pemerintah.[4] Ia akhirnya divonis penjara selama satu bulan.[5]
Tan Thwan King
Tidak jelas kapan Goldman mengundurkan diri sebagai kepala editor, tetapi pada tahun 1914, kepala editor telah dijabat oleh Tan Thwan King, seorang jurnalis asal Malang yang juga menjadi editor di Tjahaja Timoer, Andalas, dan koran-koran lain selama periode perang.[6] Pada tahun 1914, Tan juga terlibat dalam kasus Persdelict, yang akhirnya membuatnya divonis penjara selama satu bulan karena menghina seorang Kapitan Cina di tulisannya.[7]
Selama Perang Dunia I, saat Hindia Belanda diputus dari sebagian besar kantor berita internasional,[8] Djawa Tengah mempekerjakan Theo Tong Hai, yang sebelumnya pernah menjadi editor di Sin Po, sebagai koresponden keliling dan mengutusnya ke Tiongkok dan Jepang agar dapat memperoleh berita yang lebih akurat mengenai keadaan di Eropa dan Asia.[9]
K. T. Kwee
Pasca perang, Tan Thwan King mengundurkan diri dari jabatannya, sehingga ia digantikan oleh Kwee Kee Tie yang biasa disingkat menjadi K.T. Kwee. Walaupun begitu, Tan tetap berkontribusi di koran ini, antara lain dengan menulis liputan mengenai Kerusuhan Kudus 1918.[10] Kerusuhan tersebut pun menjadi peristiwa yang penting bagi koran ini, dan Kwee bahkan mengikuti Auw Yang Kee, konsul Tiongkok untuk Hindia Belanda, yang berkunjung ke Kudus untuk mensurvei kerusakan yang terjadi pasca kerusuhan tersebut.[11] Selama beberapa bulan, koran ini juga mengadakan pengumpulan dana untuk para korban dari kerusuhan tersebut.[12]
Editor lain yang bergabung ke koran ini pasca perang adalah Raden Mas Tjondrokoesoemo, seorang elit Jawa yang kemungkinan berkontribusi meliput Sarekat Islam dan organisasi-organisasi lain. Pada tahun 1921, Tjondrokoesoemo keluar dari Djawa Tengah untuk bergabung ke Warna Warta, karena ada perselisihan mengenai independensinya.[13] Editor lain yang juga bergabung ke koran ini adalah Kwik King Hien, seorang penulis novel berbahasa Melayu.[14] Sebagian besar novel karyanya pun diterbitkan dalam bentuk serial di Djawa Tengah sebelum diterbitkan sebagai sebuah buku.[14]
Pada tahun 1922, sejumlah pegawai Djawa Tengah terlibat dalam pendirian Tjoe Piet Hwee, sebuah asosiasi untuk jurnalis Tionghoa.[15] Walaupun rapat pendirian asosiasi tersebut juga dihadiri oleh delegasi dari kota lain, hampir semua pimpinan dari asosiasi tersebut berasal dari Semarang, termasuk chairman Lauw Koug Huy, editor di Warna Warta; wakil chairman Yap Kong Hwat, editor di Djawa Tengah; dan bendahara Kwee Kee Tie, kepala editor di Djawa Tengah.[15] Asosiasi tersebut didirikan untuk melindungi kepentingan dari Tionghoa Indonesia dan tidak menerima pribumi Indonesia sebagai anggota.[15]
Chan Kok Cheng
Pada tahun 1927, Kwee keluar dari koran ini dan digantikan oleh Chan Kok Cheng atau biasa disingkat menjadi K. C. Chan, seorang ekonom yang fasih berbahasa Inggris.[16] Ia adalah teman dekat dari Kwee Kek Beng dan Liem Khoen Hien.[16] Pada bulan Juli 1927, Tio Tjin Boen, mantan kepala editor di Perniagaan dan Tjondrokoesoemo, mantan editor di Djawa Tengah, meluncurkan koran Asia.[17]
Selama menjabat sebagai kepala editor, K.C. Chan juga pernah menulis artikel mengenai pengendalian kelahiran, yang hampir tidak pernah dibahas di koran berbahasa Melayu pada saat itu. Ia kemudian menerbitkan artikel tersebut dalam bentuk buku.[16] Chan juga aktif di Partai Tionghoa Indonesia, dan kemudian mendirikan cabang dari partai tersebut di Semarang pada tahun 1932.[16]
Sekitar tahun 1930, jurnalis dan sejarawan Liem Thian Joe, yang sebelumnya pernah menjadi editor di Warna Warta dan Perniagaan, bergabung sebagai editor di Djawa Tengah.[18] Ia lalu menerbitkan versi serial dari Riwajat Semarang 1416–1931 di Djawa Tengah Review, koran bulanan yang baru diluncurkan oleh Djawa Tengah, mulai bulan Maret 1931 hingga Juli 1933.[19]
Pouw Kioe An
Pada tahun 1936, Chan Kok Cheng mengumumkan bahwa ia keluar dari Djawa Tengah untuk menjadi kepala editor di Soeara Semarang.[16] Walaupun sejumlah daftar bisnis masih mencantumkan Chan Kok Cheng sebagai kepala editor di Djawa Tengah hingga akhir tahun 1937, kepala editor di Djawa Tengah sebenarnya telah dijabat oleh Pouw Kioe An.[20] Pouw sebelumnya pernah menjadi editor di koran asal Semarang yang lain setidaknya sejak pertengahan dekade 1920-an, termasuk di Kamadjoean dan Pewarta, dengan fokus pada jurnalisme olahraga.[21][22]
Tidak jelas kapan dan kenapa Djawa Tengah berhenti terbit. Karena tidak lagi disebutkan pada tahun 1938, maka koran ini kemungkinan ditutup pada saat itu.
Referensi
- ^ a b Willmott, Donald Earl (1960). The Chinese of Semarang: A Changing Minority Community in Indonesia. Ithaca, NY: Cornell University Press. hlm. 31.
- ^ "Djawa-tengah". De Locomotief (dalam bahasa Belanda). December 3, 1909.
- ^ Claver, Alexander (2014). Dutch commerce and Chinese merchants in Java: colonial relationships in trade and finance, 1800–1942. Brill. hlm. 197.
- ^ "Persdelict". Het vaderland (dalam bahasa Belanda). August 10, 1910.
- ^ "Rechtzaken". Bataviaasch nieuwsblad. October 17, 1910.
- ^ "Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië, Part 1". 1914: 389.
- ^ "Gemengd Indisch Nieuws. - Persdelict". Bataviaasch nieuwsblad. 1 September 1914.
- ^ van Dijk, Kees (2007). The Netherlands Indies and the Great War, 1914-1918. Leiden: Brill. hlm. 13. ISBN 9789004260474.
- ^ "Journalistiek". Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië. 30 June 1915.
- ^ "Pertimbangan: Aken halnja keriboetan Di Koedoes". Djawa Tengah. November 11, 1918.
- ^ "Keriboetan di Koedoes". Tjahaja Timoer. November 6, 1918.
- ^ "Comite Fonds Perampokan di Koedoes". Djawa Tengah. November 8, 1918.
- ^ "Overzicht der Inlandsche Beweging". De Preanger-bode. 3 January 1921.
- ^ a b Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l’Homme. hlm. 219.
- ^ a b c "Tjoe Piet Hwee - Chineesche Journalistenbond". De Expres (dalam bahasa Belanda). August 21, 1922.
- ^ a b c d e Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l’Homme. hlm. 161.
- ^ "JOURNALISTIEK - EEN NIEUW DAGBLAD". Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 1927-07-26.
- ^ Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l’Homme. hlm. 245.
- ^ Suryadinata, Leo (2012). Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary, Volume Vol. 1. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 581.
- ^ "Chineesch-Maleische Bladen". Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers (dalam bahasa Belanda). 52: 18. 1937-12-24.
- ^ "Chineesche journalistiek". De Locomotief (dalam bahasa Belanda). 1926-12-03.
- ^ ""Liberty."". De Indische courant. 1939-09-08.