Batista awalnya naik ke tampuk kekuasaan sebagai bagian dari kudeta yang dikenal dengan "Revolt of the Sergeants" 1933, yang menggulingkan pemerintahan otoriter Gerardo Machado. Batista kemudian mengangkat dirinya sebagai kepala angkatan bersenjata yang mengendalikan 5 angkatan bersenjata dengan pangkat kolonel. Dia menjabat posisi ini dengan mengatur beberapa presiden boneka hingga pada 1940 dia terpilih sebagai Presiden Kuba. Dia mengesahkan konstitusi Kuba tahun 1940 karena dianggap paling progresif saat itu dan menjabat sampai 1944. Setelah dia selesai menjabat Presiden dia tinggal di Amerika Serikat, dan kembali lagi ke Kuba tahun 1952 untuk mengikuti pencalonan Presiden. Karena dapat dipastikan kalah dalam pemilihan ini dia melakukan kudeta.
Kembali berkuasa, Batista menangguhkan Konstitusi 1940 termasuk melakukan pelarangan hak untuk mogok. Dia kemudian bekerja sama dengan pemilik tanah terkaya yang memiliki perkebunan gula terbesar di Cuba yang menyebabkan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin semakin lebar. Pemerintahan Batista semakin korup dan represif terhadap rakyat kemudian mulai secara sistematis memonopoli bisnis komersial di Kuba dengan menguasai bisnis narkoba, perjudian, dan prostitusi dengan bantuan mafia Amerika. Dia juga mengundang perusahaan multinasional di Amerika untuk berinvestasi di Kuba. Hal ini menyebabkan banyaknya demonstrasi dan kerusuhan yang di pelopori mahasiswa dan kaum komunis. Batista pada akhirnya melakukan sensor yang ketat terhadap media dengan memanfaatkan polisi anti komunis dengan skala luas untuk melakukan penangkapan, penyiksaan dan pengeksekusian didepan umum. Jumlah yang dibunuh oleh pemerintahan Batista sekitar 1000 - 20.000 orang. Pemerintahan Batista juga mendapatkan suntikan dana segar berupa batuan finansial, militer dan logistik dari Amerika Serikat hingga tahun 1959 atau saat pemerintahan ini jatuh.
Agar gerakan perlawanan semakin solid. Selama 2 tahun (Desember 1956 - Desember 1958) Gerakan Fidel Catro yang dikenal dengan Gerakan 26 Juli dan elemen perlawanan lainnya melakukan perlawanan secara militer ke pedesaan dan kota-kota secara gerilya. Yang pada puncaknya pasukan Che Guevara memenangkan pertempuran di Santa Clara pada akhir desember 1958. Batista pun mengundurkan diri dari jabatan Presiden dan melarikan diri ke sebuah pulau di Republik Dominika dengan membawa hartanya. Yang kemudian dialihkan kekuasaannya ke Rafael Trujillo orang kuat dan sekutu militernya. Batista akhirnya mendapatkan suaka politik di Oliver Salazar Portugal, dan dia meninggal karena serangan jantung pada 6 Agustus 1973, dekat Marbela, Spanyol.
Masa muda
Batista dilahirkan di Banes, Cuba, pada 1901, Ayahnya bernama Belisario Batista Palermo[3] dan ibunya Carmela Zaldívar González, Mereka adalah pejuang disaat Perang Kemerdekaan Kuba. Dia merupakan perpaduan antara Spanyol, Afrika, dan Indian dia juga memiliki darah Cina dari Ayahnya.[4][5] Ibunya menamainya dengan Rubén dan memberikan nama belakang, Zaldívar. Ayahnya tidak ingun memberikan nama Batista. Di dalam akta kelahirannya di Pengadilan Banes namanya tertera Rubén Zaldívar sampai 1939. Ketika dia mencalonkan diri sebagai Presiden Kuba, dia mendaftarkan diri dengan nama Fulgencio Batista dan tentunya nama ini tidak terdaftar. Beberapa orang menuduh bahwa hakim telah di suap sebesar 15.00 peso (sekitar jumlah yang sama dalam dollar Amerika waktu itu) untuk menyelesaikan perbedaan administrasi ini.
Kudeta 1933
Pada tahun 1933, Batista memimpin pemberontakan yang dikenal dengan Revolt of the Sergeants, sebagai bagian dari kudeta yang menggulingkan pemerinthan Gerardo Machado.[6] Machado digantikan oleh Carlos Manuel de Céspedes y Quesada, yang tidak memiliki dukungan politik yang bisa mempertahankan kekuasaannya yang pada akhirnya berhasil digulingkan.
Sebuah Dewan Kepresidenan di bentuk, yang dikenal dengan Pentarchy of 1933. Dewan ini merepresentasikan faksi-faksi anti Machado. Batista tidak masuk kedalam bagian ini, tetapi dia mengendalikan Angkatan Bersenjata Kuba. Dalam beberapa hari perwakilan dari Cendikiawan dan Profesor University of Havana, Ramón Grau San Martín, diangkat sebagai Presiden dan Batista menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, dengan pangkat Kolonel, secara efektif dia bisa mengendalikan Presiden boneka ini.[7] Mayoritas Perwira dipaksa untuk mengundurkan diri beberapa diperkirakan di bunuh.[7]
Grau tetap dianggap sebagai presiden selama lebih dari 100 hari, sebelum Batista bersekongkol dengan utusan AS Sumner Welles, memaksa dia untuk mengundurkan diri pada Januari 1934.[6] Grau digantikan dengan Carlos Mendieta, dan pemerintahnya hanya bertahan 11 bulan.Batista menjadi dalang atas pergantian presiden bonekanya hingga dia mencalon diri dalam pemilihan presiden pada tahun 1940.[6] Setelah Mendieta, Pemerintahan Kuba di pimpin José Barnet (5 bulan) dan Miguel Mariano Gómez (7 bulan) sebelum Federico Laredo Brú memimpin dari Desember 1936 to Oktober 1940.