Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Ikan lentera

Ikan lentera (bahasa Inggris: lanternfish) (atau myctophids, dari bahasa Yunani: μυκτήρ myktḗr, "hidung" dan ophis, "ular") adalah ikan mesopelagik kecil dari famili Myctophidae. Salah satu dari dua famili dalam ordo Myctophiformes, Myctophidae diwakili oleh 246 spesies dalam 33 genera, dan ditemukan di samudera di seluruh dunia. Nama ikan lentera diberikan karena mereka cukup mencolok menggunakan bioluminesensi. Kerabat mereka, Neoscopelidae, jumlahnya jauh lebih sedikit tetapi sekilas sangat mirip; setidaknya terdapat satu neoscopelid memiliki nama yang sama 'ikan lentera': ikan lentera ukuran besar, Neoscopelus macrolepidotus.

Pengambilan sampel melalui deep trawling menunjukkan bahwa jumlah ikan lentera mencapai 65% dari semua biomassa ikan laut dalam.[2] Ikan lentera memang salah satu yang paling banyak penyebarannya, padat populasinya dan lebih beragam dari semua vertebrata, memainkan peran ekologi penting sebagai mangsa bagi organisme-organisme yang lebih besar. Dengan perkiraan biomassa global sebesar 550-660 juta metrik ton, jumlahnya berkali-kali lipat dari hasil penangkapan ikan di seluruh dunia, ikan lentera juga biasanya adalah biomassa yang bertanggung jawab atas deep scattering layer di lautan dunia. Di Samudera Selatan, myctophid menjadi sumber makanan pengganti krill bagi predator seperti cumi dan king pinguin. Meskipun berlimpah dan produktif, saat ini hanya ada sedikit perikanan komersial ikan lentera: kegiatan terbatas dari Afrika Selatan, di sub-Antartika, dan di Teluk Oman.

Deskripsi

Myctophum punctatum

Ikan lentera biasanya memiliki tubuh ramping dan pipih yang ditutupi sisik bundar (cycloid) kecil keperakan (sisik ctenoid pada empat spesies), kepala bulat besar dan tumpul, mata besar berbentuk bulat panjang sampai bulat lateral (dorsolateral pada spesies Protomyctophum), dan mulut terminal (terminal mouth) besar dengan rahang yang rapat dengan barisan gigi kecil. Sirip umumnya kecil, dengan sirip punggung tunggal yang tinggi, sirip ekor bercagak, dan sebuah sirip adiposa. Sirip dubur didukung oleh lapisan tulang rawan pada dasarnya, dan berpangkal di bawah, atau sedikit di belakang bagian belakang sirip punggung. Sirip dada, biasanya dengan delapan jari-jari, dapat berukuran besar dan berkembang dengan baik hingga ukuran kecil dan merosot, atau sama sekali tidak ada pada beberapa spesies. Pada beberapa spesies, seperti genus Lampanyctus, dadanya sangat memanjang. Kebanyakan ikan lentera memiliki gelembung gas, tetapi mengecil atau terisi dengan lipid selama pematangan pada beberapa spesies. Gurat sisi tidak terputus.

Semua ikan lentera kecuali satu spesies, Taaningichthys paurolychnus, memiliki photophore (organ penghasil cahaya); berpasangan dan terkonsentrasi di baris permukaan bawah atau sisi (ventrolateral) tubuh dan kepalanya. Beberapa mungkin juga memiliki photophore khusus pada pangkal ekor, di dekat mata (misalnya, "headlights" pada spesies "Diaphus"), dan bercak bercahaya di dasar sirip. Photophore memancarkan cahaya lemah berwarna biru, hijau, atau kuning, dan diketahui tersusun dalam pola yang spesifik-spesies. Pada beberapa spesies, polanya bervariasi antara jantan dan betina. Terutama untuk bercak-bercak ekor yang bercahaya, dengan jantan biasanya berada di atas ekor dan betina berada di bawah ekor.[2]

Ikan lentera umumnya ikan kecil, mulai dari panjang sekitar 2 sampai 30 cm, kebanyakan di bawah 15 cm. Spesies yang hidup dangkal adalah berwarna-warni dari biru ke hijau atau perak, sementara spesies yang hidup lebih dalam berwarna coklat gelap sampai hitam. Mereka adalah spesies ikan yang paling banyak di laut terbuka dengan perkiraan kepadatan sekitar satu ekor per meter kubik.[3]

Ekologis

Ikan lentera dikenal karena migrasi vertikal mereka: selama siang hari, sebagian besar spesies tetap berada di dalam zona batipelagik, kedalaman antara 300 sampai 1500 m, tetapi menjelang matahari terbenam, ikan-ikan tersebut mulai naik ke dalam zona epipelagik, di kedalaman 10 sampai 100 m. Ikan lentera melakukan ini untuk menghindari pemangsaan, dan karena mereka mengikuti migrasi vertikal zooplankton, sebagai makanan mereka. Setelah semalaman makan di lapisan permukaan kolom air, ikan lentera mulai turun kembali ke kedalaman dan menghilang saat fajar menyingsing.[2]

Sebagian besar spesies tetap berada di dekat pantai, berkumpul di atas landaian benua. Spesies yang berbeda memisahkan diri mereka sendiri sesuai kedalaman, membentuk lapisan yang padat dan terpisah, mungkin untuk menghindari persaingan antar spesies yang berbeda. Karena gelembung gas mereka, lapisan ini terlihat pada pindaian sonar dan memberi kesan "dasar laut palsu"; ini adalah lapisan yang disebut deep-scattering layer yang sangat membingungkan ahli samudra awal.

Variabilitas besar dalam pola migrasi terjadi di pada famili ini. Beberapa spesies yang hidup lebih dalam mungkin tidak bermigrasi sama sekali, sementara yang lain mungkin melakukannya hanya secara sporadis. Pola migrasi juga dapat bergantung pada tahap kehidupan, jenis kelamin, garis lintang, dan musim.

Susunan photophore ikan lentera berbeda untuk setiap spesies, sehingga bioluminesensi mereka dianggap berperan dalam komunikasi, khususnya dalam kawanan dan perilaku bercumbu. Konsentrasi photophore di sisi-sisi ikan juga menunjukkan penggunaan cahaya sebagai kamuflase; dalam strategi yang disebut counterillumination, ikan lentera mengatur kecerahan cahaya kebiruan yang dipancarkan oleh photophore untuk menyesuaikan dengan tingkat cahaya di atasnya, secara efektif menutupi siluet ikan lentera jika dilihat dari bawah.

Sebagai sumber makanan utama bagi banyak hewan laut, ikan lentera adalah mata rantai penting dalam rantai makanan dari ekosistem lokal, paling sering dimangsa oleh ikan paus dan lumba-lumba, ikan pelagik besar seperti salmon, tuna dan ikan hiu, grenadier dan ikan laut dalam lainnya (termasuk ikan lentera lain), pinniped, burung laut, terutama penguin, dan squid besar seperti jumbo squid, Dosidicus gigas. Ikan lentera sendiri juga memakan potongan-potongan puing plastik yang terakumulasi di lautan.[4]

Kutipan

  1. ^ Sepkoski (2002), hlm. 560.
  2. ^ a b c Hulley (1998), hlm. 127–128.
  3. ^ Newitz (2012).
  4. ^ Rochman (2014).

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya