Jogja Hip Hop Foundation, juga dikenal sebagai Ki Jarot, adalah grup musikhip hop Indonesia yang didirikan oleh Marzuki Mohamad tahun 2003 di Yogyakarta. Grup musik ini semula beranggotakan lima orang rapper asal Yogyakarta, yakni Marzuki Mohamad (dengan nama panggung Kill the DJ), duet rapper Jahanam (M2MX/Mamox dan Balance Perdana Putra), serta duet rapper Rotra (Ki Ageng Gantas dan Rajapati). Rajapati keluar dari grup ini pada tahun 2016. Nama grup musik ini cukup terkenal sejak lagu "Cintamu Sepahit Topi Miring" menjadi tren lewat iklan komersial Intel yang dibintanginya pada 2011.
Awalnya Jogja Hip Hop Foundation mengawali kariernya dengan acara seperti It’s Hip Hop Reunion dan Angkringan Hip Hop, kemudian pada tahun 2006–2009 memulai proyek Poetry Battle; eksplorasi karya puisi Indonesia dari puisi-puisi tradisional hingga kontemporer dengan media hip hop. Dari proyek itu menghasilkan dua buah album dwilogi kompilasi Poetry Battle 1 dan 2, dan berhasil membentuk identitas dan sikap berkarya Jogja Hip Hop Foundation.
Mereka dikenal karena inovasinya dalam mencampur musik hip hop dengan pop Jawa. Kesuksesan mereka membuat mereka beberapa kali diundang ke panggung-panggung internasional.
Sejarah
Pembentukan dan dwilogi Poetry Battle (2003–2009)
Marzuki Mohamad, seorang seniman pertunjukan dan perupa yang tinggal di Kokosan, Prambanan, Klaten,[1] mendirikan Jogja Hip Hop Foundation pada tahun 2003 di Yogyakarta. Pada masa itu, industri musik Indonesia belum berpihak pada hip hop. Ia mendirikan grup musik tersebut untuk memperkenalkan genre musik hip hop berbahasa Jawa serta menghimpun rapper Yogyakarta agar sukses nasional maupun internasional. Ia berhasil menghimpun empat orang rapper lain: duet Jahanam yang beranggotakan Heri Wiyoso (M2MX/Mamox)[2] dan Balance Perdana Putra;[3] serta duet Rotra yang beranggotakan Janu Prihaminanto (Ki Ageng Gantas) dan Lukman Hakim (Rajapati).[4] Mereka sepakat menggunakan nama Ki Jarot sebagai alias.[5]
Mereka memulai kariernya dalam tur lokal kecil seperti It's Hip Hop Reunion dan Angkringan Hip Hop.[3] Pada tahun 2006 hingga 2009, grup musik ini memulai proyek yang disebut Poetry Battle; eksplorasi karya puisi Indonesia dari puisi-puisi tradisional hingga kontemporer dengan media hip hop. Dari proyek itu menghasilkan dua buah album kompilasi Poetry Battle 1 dan 2.[6] Di balik proyek tersebut, terselip sosok pastor Katolik, penyair, dan wartawan Kompas bernama G. P. Sindhunata. Jogja Hip Hop Foundation banyak mengutip puisi Sindhunata terutama dalam buku antologinya yang berjudul Air Kata-Kata (2003), dan dituangkan ke dalam lagu-lagu seperti "Cintamu Sepahit Topi Miring" dan "Ora Cucul Ora Ngebul". Singel di album tersebut, "Cintamu Sepahit Topi Miring" (dinyanyikan oleh Jahanam) memiliki referensi ke Ranto Edi Gudel (ayah Mamiek Prakoso dan Didi Kempot), serta Sangkuni (tokoh Mahabharata).[7]
Untuk memperkenalkan album tersebut, Jogja Hip Hop Foundation menggelar tur konser internasional untuk pertama kalinya, di Esplanade – Theatres on the Bay, Singapura, pada tanggal 31 Agustus 2009.[8]
Jogja Istimewa (2010–2014)
Pada tahun 2009, Kill the DJ mengkritisi pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang saat itu terus tersendat. Pada saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan bahwa di dalam negara republik tidak boleh ada monarki. Kejadian ini memantik sejumlah warga Yogyakarta untuk mewacanakan referendum. Kill the DJ kemudian menggunakan referensi dari buku biografi Hamengkubuwana IX, Takhta untuk Rakyat serta Kraton Yogyakarta: Sejarah, Nasionalisme, dan Teladan Perjuangan dan Perubahan Sosial di Yogyakarta untuk mengkritik Pemerintah Pusat. Selanjutnya ia juga memasukkan sejumlah peribahasa Jawa, kutipan dari W.S. Rendra, serta slogan pendidikan Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara. Semuanya dituangkan dalam sebuah singel berjudul "Jogja Istimewa", yang kemudian dideskripsikan sebagai "lagu rakyat Yogyakarta". Singel ini dirilis 9 November 2009, dan video musiknya dirilis pada tahun 2011.[9][10][11]
Singel ini disertakan dalam album Jogja Istimewa, yang dirilis pada tanggal 19 November 2010. Pada album ini, Kill the DJ mencoba memproklamasikan segala capaian dari subkultur hip hop Yogyakarta menuju pentas nasional maupun internasional. Tambahannya lagi, Kill the DJ ingin mempersembahkan sebuah karya yang dibuat oleh skena hip hop Yogyakarta untuk Kota Yogyakarta. Mereka menggaet Serigala Malam, Armada Racun, Individual Life, Frau, Risky Summerbee and the Honeythief, Zoo bersama Wukir, Cranial Incisored, Dom 65, dan Dubyouth.[12]
Pada tanggal 21 Maret 2011, Jogja Hip Hop Foundation meluncurkan film dokumenter Hiphopdiningrat; sebuah potret perjalanan hip hop Jawa.[13]
Jogja Hip Hop Foundation menggelar tur internasional di Asia Society–New York pada tanggal 14 Mei 2011.[14] Pada tanggal 27 April 2012, Jogja Hip Hop Foundation menggelar tur konser bertajuk Newyorkarto di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mereka juga menggaet Soimah, Djaduk Ferianto (pemimpin Kua Etnika), Butet Kartaredjasa, juga dalang Ki Catur Kuncoro serta rapper lain seperti Iwa K dan Saykoji.[15]
Setelah suksesnya album Jogja Istimewa, Jogja Hip Hop Foundation merilis lagi singel tentang Yogyakarta. Pada 7 November 2012, mereka melempar singel berjudul "Song of Sabdatama" serta video musiknya, yang ditulis dalam tiga bahasa: Indonesia, Jawa, dan Inggris. Dalam lagu ini, Kill the DJ ingin mencoba memperkenalkan kekayaan Yogyakarta ke seluruh dunia. Pada tanggal 10 November 2012, Jogja Hip Hop Foundation bertolak ke Amerika Serikat dalam rangka menghadiri Center Stage US Tour 2012.[16]
Pada tanggal 24 Juni 2014, "Jogja Ora Didol" dirilis. Lagu ini membahas kritik terhadap terkikisnya budaya Jawa oleh peradaban zaman serta mengkritisi Kota Yogyakarta yang semakin padat penduduk dan lalu lintas. Juga mengkritisi pembangunan hotel yang dituding menyebabkan sumur resapan mengering.[17]
Semar Mesem Romo Mendem (2014)
Pada tanggal 7 November 2014, Jogja Hip Hop Foundation merilis album Semar Mesem Romo Mendem. Album ini berisi empat belas lagu pilihan dari lagu-lagu yang pernah direkam untuk album kompilasi Poetry Battle. Mereka merilis album tersebut dalam penampilan mereka di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.[18]
Lukman Hakim (Rajapati) keluar dari Jogja Hip Hop Foundation dan Rotra pada pertengahan Ramadan tahun 2016 karena alasan yang cukup personal: ajaran agama yang membatasi dirinya.[butuh rujukan]
Setelah vakum tanpa pengumuman sejak 2018, Jogja Hip Hop Foundation merilis singel "Kecap No. 1" beserta versi remix pada tanggal 22 Maret 2021. Mereka menggandeng artis lintas genre seperti Grrrl Gang, Bravesboy, Ndarboy Genk, dan Sinten Remen.[22]
Pada tanggal 29 Juni 2022, Endank Soekamti merilis versi pop punk dari "Jogja Istimewa" bersama Jogja Hip Hop Foundation. Video musiknya disyuting di Tumpeng Menoreh, Kulon Progo.[23][24]
Keartisan
Musik Jogja Hip Hop Foundation secara umum adalah hip hop, dengan unsur tradisional Jawa seperti pop Jawa, gamelan, dan musik keprajuritan (bregada).[4][18][9] Hal ini kontras dengan hip hop asli, yang cenderung menggunakan instrumentasi yang bersifat perkusif dan berulang-ulang serta penggunaan teknik sampling dan DJing.[15] Lagu-lagu mereka umumnya menggunakan bahasa Jawa,[2] meski mereka juga menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris dalam lagu-lagu mereka.[16]
Penampilan mereka juga berbeda dengan kebanyakan rapper, mereka memilih menggunakan kemeja bermotif batik khas Yogyakarta. Awalnya kebiasaan ini berasal dari Rotra, yang tetap mengenakan batik saat akan mencoba bernyayi rap setelah bekerja.[25]
Anggota
Anggota sekarang
Marzuki Mohamad (Kill the DJ) – rapper, vokalis (2003–sekarang)