Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kedokteran modern

Kedokteran modern adalah kedokteran yang berkembang dari ilmu pengetahuan modern. Dasar pemikirannya dapat ditelusuri dari Hippokrates. Pengembangan ilmu kedokteran modern kemudian menerima pengaruh dari tokoh-tokoh kedokteran Islam. Setelahnya, praktik kedokteran modern mengalami perubahan akibat pengaruh pemikiran René Descartes dan Rudolf Virchow.  Ciri-ciri utama dari kedokteran modern adalah penggunaan obat sintetis dan pengamatan hanya di dunia fisik.

Kompetisi klinis kedokteran modern memerlukan kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis dan kedokteran berbasis bukti. Kebenaran dari kedokteran modern tidak bersifat mutlak. Karena penelitian-penelitian dan teori-teori dalam antropologi membuktikan bahwa penyakit dan kesehatan juga berkaitan dengan perilaku manusia.

Sejarah

Hippokrates, peletak dasar gagasan kedokteran modern.

Dasar dari sejarah kedokteran modern berasal dari Hippokrates.[1] Ia adalah filsuf pertama yang mengembangkan ilmu kedokteran.[2] Hippokrates menjadi perintis bagi etika kedokteran modern dalam Sumpah Hippokrates. Karyanya ini membahas tentang etika dokter terkait kerahasiaan pasien dan dokter. Sumpah Hippokrates juga membahas tanggung jawab dokter terhadap pasiennya secara menyeluruh. Selain itu, Sumpah Hippokrates juga membahas mengenai perawatan pasien sebagai kewajiban dokter tanpa memperhatikan status sosial pasiennya.[3]

Kemudian, ilmu kedokteran modern memperoleh ilmu dan aturan-aturan mengenai pelayanan dan perawatan kesehatan dari syariat Islam.[4] Karya-karya dari tokoh-tokoh muslim di bidang farmasi masih digunakan sebagai rujukan ilmu farmasi dan ilmu kedokteran modern di Dunia Timur maupun Dunia Barat. Tokoh-tokoh ini antara lain Jabir bin Ibnu Hayyan, Ibnu Masawayh, Al-Kindi, Sabur Ibnu Sahl, At-Tabari, Ar-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Al-Ghafiqi, Ibnu Zuhri, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Al-Baithar.[5]

René Descartes, penghubung ilmu pengetahuan modern dengan kedokteran modern pada masa Renaisans.

Praktik kedokteran modern di zaman modern berbeda dengan praktik ilmu kedokteran di masa Hippocrates. Kedokteran modern dikaitkan dengan masa renaisans. Model kedokteran yang diterapkan adalah model Cartesian yang dikembangkan oleh filsuf Prancis, René Descartes. Dalam model ini digunakan pemikiran yang objektif dan penggunaan teori ilmu pengetahuan modern.[1] Prinsip pengobatan yang berlaku secara umum kemudian digantikan menjadi ideologi model Cartesian. Ideologinya adalah bahwa manusia terpisah dari alam sehingga dapat teramati secara objektif melalui percobaan. Gagasan ini kemudian menjadi awal dimulainya pengobatan modern.[6]

Rudolf Virchow (1821–1902 M) memperkuat gagasan tersebut dengan memberikan keterkaitan antara penyakit dengan mikroorganisme tertentu. Teorinya kemudian dikenal sebagai Teori Kuman Penyakit. Kedokteran modern kemudian diperkuat lagi oleh doktrin etiologi spesifik. Doktrin ini menyatakan bahwa penyakit merupakan hasil dari berbagai jenis kesalahan, antara lain kesalahan metabolisme, kesalahan seluler, kesalahan fungsi fisiologis dan kesalahan biokimia.[7]

Ciri-ciri

Mengutamakan penggunaan obat sintetis

Kedokteran modern memiliki ketergantungan yang besar terhadap penggunaan obat sintetis. Sebagian besar jenis obat sintetis merupakan bahan kimia buatan yang oleh tubuh manusia dianggap sebagai benda asing. Kedokteran modern menjadikan obat sebagai penyembuh mutlak menggantikan kemampuan penyembuhan alami oleh tubuh manusia. Peran obat sintetis adalah menghambat proses metabolisme normal yang berada di reseptor spesifik. Obat juga menghadang enzim tertentu yang keberadaannya bersifat normal di dalam tubuh manusia. Penghambatan fungsi normal tubuh manusia akan membuat tubuh menyeimbangkan kembali fungsinya secara otomatis karena menganggapnya sakit.  

Hanya meyakini pengamatan secara fisik

Kedokteran modern hanya memfokuskan keilmuannya di dunia fisik. Segala sesuatu yang tidak dapat terukur tidak dijadikan sebagai bagian dari ilmu. Karena hal ini, kedokteran modern menghasilkan asumsi penolakan terhadap hal-hal yang bersifat non-fisik. Pemikiran René Descartes mengenai mesin fisiologis kompleks digunakan untuk mengumpamakan tubuh manusia sebagai sistem mekanik murni. Kedokteran modern menghubungkan komponen dan substruktur tubuh manusia dengan kesehatan dan penyakit. Hal ini membuat pikiran dianggap tidak berkaitan dengan tubuh manusia, kesehatan maupun penyakit. Karenanya, penyakit dianggap hanya gangguan fisik dan sangat tidak berkaitan dengan gangguan psikologis, sosial maupun spiritual.[8]

Lingkup

Kompetensi klinis

Kompetensi klinis di dalam kedokteran modern tidak hanya berkaitan dengan kemampuan pengambilan keputusan klinis. Namun mencakup juga kedokteran berbasis bukti. Pemeliharaan kesehatan dilakukan untuk menjaga kesehatan. Penjagaan ini dilakukan oleh individu maupun komunitas.[9]

Tingkat kebenaran

Kebenaran dari kedokteran modern tidak dapat dijadikan sebagai kebenaran yang mutlak. Proses penyembuhan penyakit tidak selalu berkaitan dengan kebenaran ilmu kedokteran modern. Hal ini dibuktikan melalui penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan dalam antropologi. Penelitian ini antara lain mengenai perilaku sehat, perilaku sakit, perbedaan antara sakit dan penyakit, model penjelasan penyakit, peran dan karir seorang yang sakit, interaksi antara dokter, perawat dan pasien. dan pandangan pasien terhadap penyakit.[10]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b Rahmadi 2019, hlm. 15.
  2. ^ Suaedi (2016). Januarini, Nia, ed. Pengantar Filsafat Ilmu (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB press. hlm. 2. ISBN 978-979-493-888-1. 
  3. ^ Amalina, R., dkk. (2021). Kajian FIlsafat dalam Kedokteran Gigi (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 65–66. ISBN 978-623-02-3316-6. 
  4. ^ Diab, Ashadi L. (2017). Maqashid Kesehatan & Etika Medis dalam Islam: Sintesis Fikih dan Kedokteran (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 1. ISBN 978-602-453-593-3. 
  5. ^ Munandar, Haris (2020). Harahap, Reni Agustina, ed. Farmasi dalam Perspektif Islam (PDF). Medan: CV. Manhaji. hlm. 2. 
  6. ^ Rahmadi 2019, hlm. 15-16.
  7. ^ Rahmadi 2019, hlm. 16.
  8. ^ Rahmadi 2019, hlm. 16-17.
  9. ^ Aryana, I. G. P. S., dkk. (2019). Darmika, I. M. J., dan Marpaung, T. F., ed. Berobatlah ke Rumah Sakit Pendidikan: Konsep Pendidikan Kedokteran Klinik di Rumah Sakit Pendidikan (PDF). Denpasar: Pilar. hlm. 15. ISBN 978-602-97733-3-0. 
  10. ^ Irwan (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan (PDF). Bantul: CV. Absolute Media. hlm. 144. ISBN 978-602-1083-68-0. 

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya