Tik Liong Tian atau Klenteng Rogojampi adalah sebuah rumah peribadatan Tridharma sekaligus wadah sosial bagi komunitas masyarakat China yang tinggal di Kota Rogojampi dan sekitarnya. Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) ini merupakan salah satu dari sembilan klenteng yang memuja KongcoTan Hu Cin Jin atau Chen Fu Zhen Ren yang berpusat pada TITD Hoo Tong Bio Banyuwangi.
Etimologi
TITD merupakan singkatan dari Tempat Ibadah Tri Dharma atau secara umum disebut sebagai Klenteng. Nama Tik Liong Tian berasal dari logat Hokkien, sementara nama dalam bahasa nasional China yang ditulis berdasarkan romanisasi modern (Hànyǔ Pīnyīn) adalah Dé Lóng Diàn (Hanzi=德龙殿).
Dé memiliki arti kebajikan, kebaikan, moralitas, etika, welas asih, kemurahan hati, karakter, baik. Lóng memiliki arti naga, imperial, marga. Diàn memiliki arti aula istana. Secara menyeluruh, Dé Lóng Diàn diterjemahkan sebagai Istana Naga Bajik.[1]
Sejarah
Klenteng Tik Liong Tian dibangun oleh seorang pedagang bernama Lin Jin Feng (Hokkien= Liem Kim Hong) pada tahun 1915. Ia adalah pendatang di wilayah Rogojampi. Pada suatu hari, Lin bermimpi bahwa Chen Fu Zhen Ren berada di Watu Dodol. Ia mengunjungi Watu Dodol dan menemukan dua arca batu yang dipercaya merupakan patung dari Chen Fu Zhen Ren sendiri.[2][3]
Awalnya Lin meletakkan dua arca tersebut pada altar di rumahnya. Setelah memiliki cukup dana, ia kemudian membangun sebuah kuil kecil di belakang rumahnya dan meletakkan rupang Chen Fu Zhen Ren pada klenteng tersebut.[2] Pada tahun 1958, rumah dan kuil tersebut diserahkan secara langsung kepada Perhimpunan Warga China dan dibuka sebagai kelenteng umum.[3] Perhimpunan tersebut selanjutnya membentuk kepengurusan untuk menjalankan Klenteng. Klenteng ini direnovasi pertama kali pada tahun 1970.[2]
Semenjak awal kepengurusan, daftar nama ketua pengurus Kelenteng Tik Liong Tian hingga saat ini adalah sebagai berikut:[3]
TITD Tik Liong Tian digunakan sebagai tempat peribadatan Tridharma setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek, dan juga pada hari-hari raya keagamaan lainnya. Selain itu, Tik Liong Tian juga memiliki berbagai bangunan tambahan seperti kantor sekretariat, aula, ruang belajar, dan parkiran dalam yang berubah fungsi menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan sosial serta kesenian lain seperti karaoke,[4]tarian,[5]arisan, pernikahan,[6] dan pendidikan bahasa mandarin serta budi pekerti.
Kegiatan sosial lain yang dilakukan adalah mengadakan pasar murah,[5][7]kirab ke klenteng lain,[8] donor darah,[9] dan kunjungan keagamaan dari biksuagama Buddha[10] serta guru agama Taoisme. Aula klenteng juga digunakan dalam kegiatan lintas agama.[11][12] Kegiatan festival keagamaan yang dilakukan juga meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, seperti tukang parkir, toko-toko yang menjual berbagai barang seperti mainan barongsai atau baju tradisional khas China, penjual makanan di sekitarnya, hingga kelompok kesenian daerah seperti wayang kulit.[5][7]
Pada puncak perayaan ulang tahun bertahtanya Yang Mulia KongcoTan Hu Cin Jin ke-97, tanggal 21 Desember 2012, Ketua Umum TITD se-Indonesia, Ongko Prawiro, turut hadir mengikuti acara. Acara tersebut juga dihadiri jajaran Muspika Rogojampi, tokoh lintas agama, tamu perwakilan TITT lain dari luar kota, dan seluruh umat[5] dari Jawa Timur, Bali, dan Lombok.
Lokasi dan arsitektur
Jalan masuk menuju klenteng Tik Liong Tian terletak tepat di tepi Jalan Raya Rogojampi. Jalan masuk selebar sekitar empat meter dihiasi gerbang khas China berwarna merah dan kuning yang hampir tidak pernah ditutup. Gerbang masuk tersebut diapit oleh pertokoan dan tepat di seberang pasar besar Kota Rogojampi. Selain tulisan "TITD TIK LIONG TIAN" di sisi atas gerbang, tidak ada penanda lain lokasi klenteng sehingga relatif sulit untuk ditemukan.
Jalan masuk menuju lokasi bangunan klenteng adalah sekitar 100 meter diapit oleh rumah-rumah penduduk. Namun, luas area di bagian dalamnya sangat luas, meliputi tempat parkir kecil di depan bangunan aula, lapangan parkir mobil yang ditutup saat ada kegiatan seperti festival dan arisan, serta sebuah lapangan parkir di samping kelenteng, di sisi jalan raya. Kantor sekretariat dan perpustakaan terletak di sisi kanan klenteng, bangunan aula dan dapur di bagian belakang, bangunan pendidikan serta kamar penginapan terletak di seberang lapangan parkir bagian dalam.
Bangunan klenteng Tik Liong Tian berbentuk persegi panjang dengan sebuah pintu masuk utama serta tiga pintu masuk samping berukuran kecil. Sisi depan klenteng adalah halaman yang dilengkapi kursi serta payung kanopi, sebuah tungku untuk membakar kertas persembahan berbentuk pagoda, dan sepasang patung singa penjaga shishi. Teras bangunan digunakan untuk ritual sembahyang, ruangan di tengah merupakan ruang utama bagi GongzuChen Fu Zhen Ren bersama kedua pengawalnya, kolam di tengah yang dihiasi jembatan dikelilingi oleh altar dewa-dewi yang lain –termasuk altar untuk ketiga guru besar Buddha, Gong Fuzi, dan Laozi. Altar Chen Fu Zhen Ren dan kedua pengawal dihiasi patung serta dua buah batu berbentuk hampir persegi yang ditemukan di Watu Dodol.[2]
Ciri khas paling menonjol dari TITD Tik Liong Tian adalah kolam ikan serta altar Hǔ Shén (Hanzi=虎神; lit. dewa harimau) tunggangan dewa rezeki Cai Shen Zhao Gong Ming. Kolam ikan yang tepat berada di bagian belakang ruangan utama tidak hanya digunakan untuk memelihara ikan, melainkan juga beberapa ekor kura-kura. Di tengah kolam terdapat sebuah jembatan; dua buah gunung buatan yang dihiasi patung naga, pavilun khas China, dan orang sedang memancing berada di kedua sisi jembatan tersebut. Pada ujung jembatan, diletakkan sepasang patung batu kecil peninggalan zaman kuno yang diperkirakan merupakan bekas hiasan talang air. Selain aus, salah satu patung tersebut juga rusak berat dengan kondisi tidak berkepala serta bagian tangannya hancur.
Altar Hǔ Shén pada mulanya berada di ruang tengah yang kini ditempati altar untuk Xuan Tian Shang Di, tetapi dipindahkan ke depan semenjak ada sumbangan awetan harimau dan macan tutul asli dari Jawa Barat. Kedua awetan macan tersebut ditutup dengan kotak kaca untuk menghambat kerusakan. Pembuatan awetan harimau sangat bagus sehingga kedua matanya seperti terus mengawasi kemanapun orang bergerak.
Di seberang pintu samping bagian belakang bangunan klenteng terdapat sebuah tungku pembakaran lain yang berbentuk paviliun bersegi delapan. Meskipun jauh lebih pendek daripada tungku di bagian depan, tetapi volume isinya lebih besar. Tungku itu dihiasi dengan lambang-lambang dari Ba Xian.
^ abcdClaudine Salmon dan Myra Sidharta. 24 Juni 2000. "Kebudayaan Asia-Dari Kapten Hingga Nenek Moyang yang Didewakan: Pemujaan Terhadap Kongco di Jawa Timur dan Bali (Abad ke-18 dan 20)".
^ abcanonim (Desember 2015). "Sejarah Kelenteng Tik Liong Tian". TriDharma Cemerlang, Edisi 4.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
^TITD Tik Liong Tian. 1 November 2012. Akses= 4 April 2013. [1]