Kenikir adalah tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai.[1] Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarna merah[3] berbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.[1]
Daun kenikir yang masih muda dan pucuknya dapat digunakan untuk sayuran, dimakan mentah-mentah dan direbus lalap. Masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan sebagai salah satu pelengkap pecel. Sayuran ini dapat ditemui di pasar-pasar. Tumbuhan ini dapat digunakan untuk penyedap dan merangsang nafsu makan.[3][4] Dilaporkan, kenikir dapat mengusir serangga (dengan menanam kenikir di antara tumbuhan tersebut[5]), dan alang-alang.
Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji, namun sayang sekali tumbuhan ini pada musim hujan mudah diserang hamajamur.[1]
Khasiat pengobatan
Ulamnya yang digelarkan "Ulam Raja" telah digunakan secara tradisional untuk memperbaiki peredaran darah dan mencuci darah, serta untuk menguatkan tulang, dan mengobati lemah lambung.[3][4] Ulamnya mempunyai keupayaan antioksidan (AEAC) yang amat tinggi, yaitu setiap 100 gram salad yang segar mempunyai kemampuan antioksidan yang sama dengan 2400 miligram asam L-askorbik. Lebih dari dua puluh jenis bahan antioksidan telah dikenal pasti dalam kenikir. Bahan-bahan antioksidan yang utama disebabkan oleh adanya sejumlah proantosianidin yang wujudnya sebagai dimer, melalui heksamer, kuersetin glikosida, asam klorogenik, asam neoklorogenik, asam kripto-klorogenik, serta penangkap (+)-. Kemampuan kenikir untuk mengurangi tekanan oksidatif mungkin sebagian terdiri daripada kandungan antioksidannya yang tinggi. Dan juga, tumbuhan ini mengandung zat kimia yang mengandung minyak atsiri,[1]saponin dan flavonoida polifenol.[3]
Berdasarkan kajian tempatan, kenikir mengandung 3 persen protein, 0,4 persen lemak dan karbohidrat serta kaya dengan kalsium dan vitamin A. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria).[3]
Catatan taksonomis
Sebuah tumbuhan bernama tahi kotok (Tagetes erecta) dilaporkan oleh Setiawan Dalimartha bahwa orang Jawa menyebut tumbuhan ini kenikir.[6] Ini mungkin karena postur tubuh dan tinggi tumbuhan ini hampir sama dengan tahi kotok. Padahal, jelas berbeda. Sementara kenikir berbau harum, maka tahi kotok berbau tidak enak.[6]
Dalimartha, Setiawan (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (dalam bahasa Indonesia). 3. Jakarta: Puspa Swara. hlm. 150–153. ISBN979-3235-73-X.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)