Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kerajaan Tanjungpura

Keraton Kerajaan Tanjungpura

Kerajaan Tanjungpura atau Tanjompura[1] merupakan tertua di Kalimantan Barat yang telah wujud sejak abad ke-8. Kerajaan ini mengalami beberapa kali perpindahan ibu kota kerajaan, pertama kali terletak di Negeri Baru (nama desa saat ini) Kabupaten Ketapang, kemudian pindah ke Sukadana (saat ini ibu kota Kabupaten Kayong Utara) pada abad ke-14 M, sejak Rajanya Sorgi (Giri Kesuma) memeluk Islam. Kerajaan Tanjungpura menjadi bukti bahwa peradaban negeri Tanah Kayong sudah cukup maju pada masa lampau. Tanjungpura pernah menjadi provinsi Kerajaan Singasari sebagai Bakulapura. Nama bakula berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan tanjung (Mimusops elengi), sehingga setelah dimelayukan menjadi Tanjungpura. Sebagianan keturunan kerajaan ini tersebar dibeberapa wilayah karena pernikahan dll. Ada yang menempati di Mempawah, Pontianak dan beberapa kota lainnya. Menurut beberapa hasil telusuran, ada beberapa keturunan kerajaan ini yang melepas gelarnya dan tidak menggunakan gelar kerajaannya.

Daerah kekuasaan

Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah kerajaan besar: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin. Namun dapatan kajian terkini mengatakan Poli (or Poni) adalah merujuk kepada sebuah kerajaan Santubong di muara Sungai Sarawak yang dahulu kala dipanggil muara Punik.[2][3][4] Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).[5][6] Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.[7] Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin).[8]

Pada masa mahapatih Gajah Mada dan Hayam Wuruk seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama, negeri Tanjungpura menjadi ibu kota bagi daerah-daerah yang diklaim sebagai taklukan Majapahit di nusa Tanjungnagara (Kalimantan). Majapahit mengklaim bekas daerah-daerah taklukan Sriwijaya di pulau Kalimantan dan sekitarnya. Nama Tanjungpura sering kali dipakai untuk sebutan pulau Kalimantan pada masa itu. Pendapat lain beranggapan Tanjungpura berada di Kalimantan Selatan sebagai pangkalan yang lebih strategis untuk menguasai wilayah yang lebih luas lagi. Menurut Pararaton, Bhre Tanjungpura adalah anak Bhre Tumapel II (abangnya Suhita). Bhre Tanjungpura bernama Manggalawardhani Dyah Suragharini yang berkuasa 1429-1464, dia menantu Bhre Tumapel III Kertawijaya. Kemudian dalam Prasasti Trailokyapuri disebutkan Manggalawardhani Dyah Suragharini menjabat Bhre Daha VI (1464-1474). Di dalam mandala (lingkaran) Majapahit, Ratu Majapahit merupakan prasada (artinya apa?, tiada dalam kamus Indonesia), sedangkan Mahapatih Gajahmada sebagai pranala (link), sedangkan Madura dan Tanjungpura sebagai ansa (pegangan atau naungan)-nya.

Perpindahan ibu kota kerajaan

Ibu kota Kerajaan Tanjungpura beberapa kali mengalami perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Beberapa penyebab Kerajaan Tanjungpura berpindah ibu kota adalah terutama karena serangan dari kawanan perompak (bajak laut) atau dikenal sebagai Lanon (lanun). Konon, pada masa itu sepak-terjang gerombolan Lanon sangat kejam dan meresahkan penduduk. Kerajaan Tanjungpura sering beralih pusat pemerintahan adalah demi mempertahankan diri karena sering mendapat serangan dari kerajaan lain. Kerap berpindah-pindahnya ibu kota Kerajaan Tanjungpura dibuktikan dengan adanya situs sejarah yang ditemukan di bekas ibu kota-ibu kota kerajaan tersebut. Negeri Baru di Ketapang merupakan salah satu tempat yang pernah dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Tanjungpura. Dari Negeri Baru, ibu kota Kerajaan Tanjungpura berpindah ke Sukadana. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin (1665–1724), pusat istana bergeser lagi, kali ini ditempatkan di daerah Sungai Matan (Ansar Rahman, tt:110). Dari sinilah riwayat Kerajaan Matan dimulai. Seorang penulis Belanda menyebut wilayah itu sebagai Kerajaan Matan, kendati sesungguhnya nama kerajaan tersebut pada waktu itu masih bernama Kerajaan Tanjungpura (Mulia [ed.], 2007:5). Pusat pemerintahan kerajaan ini kemudian berpindah lagi yakni pada 1637 di wilayah Indra Laya. Indra Laya adalah nama dari suatu tempat di tepian Sungai Puye, anak Sungai Pawan. Kerajaan Tanjungpura kembali beringsut ke Kartapura, kemudian ke Desa Tanjungpura, dan terakhir pindah lagi ke Muliakerta di mana Keraton Muhammad Saunan sekarang berdiri.

Perpindahan ibu kota Kerajaan Sukadana

Menurut Catatan Gusti Iswadi, S.sos dalam buku Pesona Tanah Kayong, Kerajaan Tanjungpura dalam perspektif sejarah disebutkan, bahwa, dari negeri baru kerajaan Tanjungpura berpindah ke Sukadana sehingga disebut Kerajaan Sukadana, kemudian pindah lagi Ke Sungai Matan (sekarang Kec. Simpang Hilir). Dan semasa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin sekitar tahun 1637 pindah lagi ke Indra Laya sehingga disebut Kerajaan Indralaya. Indra Laya adalah nama dari satu tempat di Sungai Puye anak Sungai Pawan Kecamatan Sandai. Kemudian disebut Kerajaan Kartapura karena pindah lagi ke Karta Pura di desa Tanah Merah, Kec. Nanga Tayap, kemudian baru ke Desa Tanjungpura sekarang (Kecamatan Muara Pawan) dan terakhir pindah lagi ke Muliakarta di Keraton Muhammad Saunan yang ada sekarang yang terakhir sebagai pusat pemerintahan swapraja.

Bukti adanya sisa kerajaan ini dapat dilihat dengan adanya makam tua di kota-kota tersebut, yang merupakan saksi bisu sisa kerajaan Tanjungpura dahulu. Untuk memelihara peninggalan ini pemerintah Kabupaten Ketapang telah mengadakan pemugaran dan pemeliharaan di tempat peninggalan kerajaan tersebut. Tujuannya agar genarasi muda dapat mempelajari kejayaan kerajaan Tanjungpura pada masa lampau.

Para Penguasa

Dalam melacak jejak raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Matan, patut diketahui pula silsilah raja-raja Kerajaan Tanjungpura karena kedua kerajaan ini sebenarnya masih dalam satu rangkaian riwayat panjang. Berhubung terdapat beberapa versi tentang sejarah dan silsilah raja-raja Tanjungpura beserta kerajaan-kerajaan lain yang masih satu rangkaian dengannya, maka berikut ini dipaparkan silsilahnya menurut salah satu versi, yaitu berdasarkan buku Sekilas Menapak Langkah Kerajaan Tanjungpura (2007) suntingan Drs. H. Gusti Mhd. Mulia:
Kerajaan Tanjungpura

  1. Brawijaya (1454–1472)[9]
  2. Bapurung (1472–1487)[10][11][12][13]
  3. Panembahan Karang Tanjung (1487–1504)

Pada masa pemerintahan Panembahan Karang Tanjung, pusat Kerajaan Tanjungpura yang semula berada di Negeri Baru dipindahkan ke Sukadana, dengan demikian nama kerajaannya pun berubah menjadi Kerajaan Sukadana. Sukadana merupakan nama yang disebutkan untuk kerajaan ini dalam Hikayat Banjar.[14]
Kerajaan Sukadana
Peta yang dibuat oleh Oliver van Noord tahun 1600, menggambarkan lokasi Succadano, Tamanpure, Cota Matan, dan Loue[15]

  1. Panembahan Karang Tanjung (1487–1504)[16]
  2. Gusti Syamsudin atau Pundong Asap atau Panembahan Sang Ratu Agung (1504–1518)
  3. Gusti Abdul Wahab atau Panembahan Bendala (1518–1533)
  4. Panembahan Pangeran Anom (1526–1533)
  5. Panembahan Baroh (1533–1590)
  6. Gusti Aliuddin atau Giri Kesuma atau Panembahan Sorgi (1590–1604)[17]
  7. Ratu Mas Jaintan (1604?1622)
  8. Giri Mustaka atau Murong-Giri Mustafa atau Sultan Muhammad Syaifuddin atau Raden Saradipa/Saradewa (1622–1665); Menantu Ratu Bagawan dari Kotawaringin
    1. Gusti Kesuma Matan (Raden Buyut Kesuma Matan) atau Pangeran Muda alias Pangeran Putra[12][18][19][20][21]

Inilah raja terakhir Kerajaan Sukadana sekaligus raja pertama dari Kerajaan Tanjungpura yang bergelar Sultan.

Kesultanan Matan

  1. Gusti Jakar Kencana atau Sultan Muhammad Zainuddin atau Sulthan Ratoe (1665–1724)
  2. Gusti Kesuma Bandan atau Sultan Muhammad Muazzuddin atau Marhum Negeri Laya.(1724–1738)
  3. Gusti Bendung atau Pangeran Ratu Agung atau Sultan Muhammad Tajuddin (1738–1749)
  4. Gusti Kencuran atau Sultan Ahmad Kamaluddin atau Marhum Indra Laya (1749–1762)
  5. Gusti Asma atau Pangeran Ratu atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762–1819)

Gusti Asma adalah raja terakhir Kerajaan Matan dan pada masa pemerintahannya, pusat pemerintahan Kerajaan Matan dialihkan ke Simpang, dan nama kerajaannya pun berganti menjadi Kerajaan Simpang atau Kerajaan Simpang-Matan.

Kerajaan (penambahanschap) Simpang-Matan[22][23][24]

  1. Gusti Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin atau Marhoem Tijang-Tiga atau Marhoem Indra Poera (1762–1819). Anak Sultan Ahmad Kamaluddin
  2. Gusti Mahmud atau Panembahan Anom Suryaningrat (1819–1845). Menantu Sultan Ahmad Kamaluddin[25]
  3. Gusti Muhammad Roem atau Panembahan Anom Kesumaningrat (1845–1889). Anak Panembahan Anom Suryaningrat

[25][26]

  1. Gusti Panji atau Panembahan Suryaningrat (1889–1920)
  2. Gusti Roem atau Panembahan Gusti Roem (1912–1942)[27]
  3. Gusti Mesir atau Panembahan Gusti Mesir (1942–1943)
  4. Gusti Ibrahim (1945)

Gusti Mesir menjadi tawanan tentara Jepang yang berhasil merebut wilayah Indonesia dari Belanda pada 1942, karena itulah maka terjadi kekosongan pemerintahan di Kerajaan Simpang. Pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, sekira tahun 1945, diangkatlah Gusti Ibrahim, anak lelaki Gusti Mesir, sebagai raja. Namun, karena saat itu usia Gusti Ibrahim baru menginjak 14 tahun maka roda pemerintahan dijalankan oleh keluarga kerajaan yaitu Gusti Mahmud atau Mangkubumi yang memimpin Kerajaan Simpang hingga wafat pada 1952.

Kerajaan Kayong-Matan atau Kerajaan Tanjungpura II

  1. Gusti Irawan atau Sultan Mangkurat[28]
  2. Pangeran Agung
  3. Sultan Mangkurat Berputra
  4. Panembahan Anom Kesuma Negara atau Muhammad Zainuddin Mursal (1829-1833)[29]
  5. Pangeran Muhammad Sabran[26][30]
  6. Gusti Muhammad Saunan[31]

Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah kerajaan-kerajaan ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[32] Meski terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan, namun kerajaan-kerajaan turunan Kerajaan Tanjungpura (Kerajaan Sukadana, Kerajaan Simpang-Matan, dan Kerajaan Kayong-Matan atau Kerajaan Tanjungpura II) masih tetap eksis dengan pemerintahannya masing-masing. Silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Matan (dan sebelum berdirinya Kerajaan Matan) di atas adalah salah satu versi yang berhasil diperoleh.

Terdapat versi lain yang juga menyebutkan silsilah raja-raja Matan yang diperoleh dari keluarga Kerajaan Matan sendiri dengan menghimpun data dari berbagai sumber (P.J. Veth, 1854; J.U. Lontaan, 1975; H. von Dewall, 1862; J.P.J. Barth, 1896; Silsilah Keluarga Kerajaan Matan-Tanjungpura; Silsilah Raja Melayu dan Bugis; Raja Ali Haji, Tufat al-Nafis; Harun Jelani, 2004; H.J. de Graaf, 2002; Gusti Kamboja, 2004), yakni sebagai berikut:

Kerajaan Tanjungpura

  1. Sang Maniaka atau Krysna Pandita (800 M–?)[33]
  2. Hyang-Ta (900–977)[34]
  3. Siak Bahulun (977–1025)[35]
  4. Rangga Sentap (1290–?)[36]
  5. Prabu Jaya/Brawijaya (1447-1461)[37]
  6. Raja Baparung, Pangeran Prabu (1461–1481)
  7. Karang Tunjung, Panembahan Pudong Prasap (1481–1501)
  8. Panembahan Kalahirang (1501–1512)[38]
  9. Panembahan Bandala (1512–1538); Anak Kalahirang
  10. Panembahan Anom (1538–1565); Saudara Panembahan Bandala
  11. Panembahan Dibarokh atau Sibiring Mambal (1565?1590)

Kerajaan Matan

  1. Giri Kusuma (1590–1608); Anak Panembahan Bandala
  2. Ratu Sukadana atau Putri Bunku/Ratu Mas Jaintan (1608–1622); Istri Giri Kusuma/Anak Ratu Prabu Landak
  3. Panembahan Ayer Mala (1622–1630); Anak Panembahan Bandala
  4. Sultan Muhammad Syafeiudin, Giri Mustaka, Panembahan Meliau atau Pangeran Iranata/Cakra,(1630–1659); Anak/Menantu Giri Kusuma
  5. Sultan Muhammad Zainuddin (1659–1725); Anak Pangeran Muda bin Sultan Muhammad Syaeiuddin
  6. Pangeran Agung (1710–1711); Perebutan kekuasaan
  7. pembagian kekuasaan, memimpin kerajaan di Tanah Merah
    1. Pangeran Agung Martadipura (1725–1730); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan memimpin kerajaan di Tanah Merah
    2. Pangeran Mangkurat atau Sulthan Mangkoe Rat atau Sultan Aliuddin Dinlaga (1728–1749); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan di Sandai dan Tanah Merah
  8. pembagian kekuasaan, memimpin kerajaan di Simpang
    1. Pangeran Ratu Agung (1735–1740); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan, memimpin kerajaan di Simpang
    2. Sultan Muazzidin Girilaya atau Marhum Negeri Laya(1749–1762); Anak Pangeran Ratu Agung, memimpin kerajaan di Simpang
  9. Sultan Akhmad Kamaluddin/Panembahan Tiang Tiga (1762–1792); Anak Sultan Aliuddin Dinlaga
  10. Sultan Muhammad Jamaluddin, sebelumnya: Pangeran Ratu, sebelumnya: Gusti Arma (1792–1830); Anak Sultan Akhmad Kalamuddin[39]
  11. Pangeran Adi Mangkurat Iradilaga atau Panembahan Anom Kusuma Negara (1831–1843); Anak Pangeran Mangkurat
  12. Pangeran Cakra yang Tua atau Pangeran Jaya Anom (1843–1845); Sebagai pejabat perdana menteri, anak Pangeran Mangkurat
  13. Panembahan Gusti Muhammad Sabran (1845–1908);[26] Anak Panembahan Anom Kusuma Negara
  14. Pangeran Laksamana Uti Muchsin (1908–1924); Anak Panembahan Gusti Muhammad Sabran
  15. Panembahan Gusti Muhammad Saunan atau Pangeran Mas (1924–1943); Anak Gusti Muhammad Busra
  16. Majelis Pemerintah Kerajaan Matan (1943–1948), terdiri dari Uti Halil (Pg. Mangku Negara), Uti Apilah (Pg. Adipati), Gusti Kencana (Pg. Anom Laksamana)
  17. Majelis Raja Kerajaan Matan dipimpin Pangeran Ratu Kertanegara Gusti Kamboja; Pangeran Laksamana Anom Gst Fadlin, S.Sos dan Alm.Pangeran Adipati Uti Iwan Kusnadi (sejak 1987-2015)

Penggunaan nama kerajaan

Saat ini nama kerajaan ini diabadikan sebagai nama universitas negeri di Kalimantan Barat yaitu Universitas Tanjungpura di Pontianak, dan juga digunakan oleh TNI Angkatan Darat sebagai nama Kodam di Kubu Raya yaitu Kodam XII/Tanjungpura

Catatan kaki

  1. ^ (Inggris) Tomé Pires, Armando Cortesão, Francisco Rodrigues (1990). The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East, from the Red Sea to Japan, Written in Malacca and India in 1512-1515, and The Book of Francisco Rodrigues, Rutter of a Voyage in the Red Sea, Nautical Rules, Almanack and Maps, Written and Drawn in the East Before 1515. 1. Asian Educational Services. hlm. 224. ISBN 8120605357. ISBN 978-81-206-0535-0
  2. ^ Christie, J.W. (1985), The Santubong Sites of Sarawak, the Sarawak Museum Journal
  3. ^ Walker, J.H. (2016), From Po-li to Rajah Brooke: Culture, Power and the Contest for Sarawak, University of New South Wales, Australia
  4. ^ McLaughlin, T. and Sahari, S. 2020, Sarawak River Valley Early Times to 1840: Santubong Kuching Brunei
  5. ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 713. 
  6. ^ (Inggris) Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies. hlm. 7. 
  7. ^ (Belanda) Hoëvell, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 220. 
  8. ^ (Belanda) Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, Madjalah ilmu alam untuk Indonesia (1856). Indonesian journal for natural science. 10-11. 
  9. ^ Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1. Hazenberg en Comp. hlm. 321. 
  10. ^ sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com
  11. ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1862). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 11. Lange & Co.: 2. 
  12. ^ a b (Belanda) Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië". 23 (1-2). Nederlandsch-Indië: 198. 
  13. ^ menikah dengan Dayang Silor putri dari Banjar, melahirkan empat anak. Salah seorangnya, Karang Tanjung
  14. ^ (Melayu)Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  15. ^ MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 9780945971733.  ISBN 0-945971-73-7
  16. ^ Panembahan Karang Tanjung menikah dengan Putri Kilang dri Brunei mendapatkan anak bergelar Sang Ratu Agung.
  17. ^ Veth, Pieter Johannes (1854). Borneo's wester-afdeeling: geographisch, statistisch, historisch : voorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands. 1. Noman en Zoon. hlm. 213. 
  18. ^ Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk (1862). "Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk" (dalam bahasa Belanda). J. H. Scheltema: 190. 
  19. ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). 6. Lange & Co.: 242. 
  20. ^ "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). 1. 1853: 1. 
  21. ^ Tomi (2014). Pasak Negeri Kapuas 1616-1822. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 200. ISBN 602961357X.  ISBN 9786029613575
  22. ^ Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1. Hazenberg en Comp. hlm. 321. 
  23. ^ Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1. Hazenberg en Comp. hlm. 321. 
  24. ^ Mueller, Georg. Proeve eener geschiedenis van een gedeelte der westkust van ... 1. 
  25. ^ a b (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1862). Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde. 11. Lange & Co. 
  26. ^ a b c (Belanda) Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 44. Lands Drukkery. 1871. hlm. 222. 
  27. ^ "Landsdrukkerij". Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1914. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1914. hlm. 260. 
  28. ^ Gusti Irawan merupakan putra kedua Sultan Muazuddin (Raja Kerajaan Matan) dan adik dari Sultan Muhammad Tajuddin yang melanjutkan tahta Sultan Muazuddin sebagai Raja Matan
  29. ^ Panembahan Anom diberhentikan sebagai sultan sejak 1833 karena dianggap tidak loyal kepada Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Syah Raja Negara Sukadana. Posisi kepemimpinan Kerajaan Kayong kemudian dialihkan kepada kakak Pangeran Anom yaitu Pangeran Cakra Negara yang berkuasa sebagai Panembahan Matan pada periode 1833?1835. Atas campur tangan Belanda, mulai tahun 1835 Pangeran Anom kembali didudukkan menjadi Panembahan Matan hingga tahun 1847.
  30. ^ Muhammad Sabran adalah anak dari Panembahan Anom. Ketika diresmikan menjadi sultan dengan Surat Keputusan Gubernemen (Pemerintah Kolonial Hindia Belanda) No. 3 tertanggal 11 Maret 1847, Pangeran Muhammad Sabran masih berusia sangat muda sehingga dibentuklah sebuah presidium yang beranggotakan 5 orang menteri dan diketuai oleh Pangeran Mangkurat untuk menjalankan roda pemerintahan. Muhammad Sabran baru menjabat sebagai Panembahan Matan pada 1856. Pada masa pemerintahan Panembahan Muhammad Sabran, pusat kerajaan berpindah dari Tanjungpura ke Muliakerta, Ketapang, Kalimantan Barat. Panembahan Sabran memerintah hingga tahun 1908. Setahun kemudian, pada 1909, Panembahan Sabran meninggal dunia.
  31. ^ Muhammad Saunan merupakan cucu dari Panembahan Sabran yang dinobatkan sebagai pewaris tahta kerajaan karena sang putra mahkota, anak pertama Panembahan Sabran yang bernama Pangeran Ratu Gusti Muhammad Busra, wafat terlebih dulu dari ayahnya. Ketika dilantik sebagai pemimpin kerajaan pada 1909, Gusti Muhammad Saunan (putra pertama Gusti Muhammad Busra) masih belum cukup dewasa, maka kendali pemerintahan dipegang oleh Uti Muchsin Pangeran Laksamana Anom Kesuma Negara (paman Gusti Muhammad Saunan/adik Gusti Muhammad Busra). Gusti Muhammad Saunan resmi menjabat sebagai Panembahan Matan pada 1922 dan meninggal dunia pada era pendudukan Jepang di Indonesia yaitu tahun 1942.
  32. ^ (Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849
  33. ^ Menurut Bustan Arifin Al Salatin, Sejarah Nasional, Sejarah Melayu, Pengaruh Syailendra dan Sriwijaya (850-900)
  34. ^ Menurut kronik Tiongkok, Pengaruh Sriwijaya Periode Kerajaan Kalingga (India Selatan)
  35. ^ Menurut Sejarah Kalimantan Barat/Cerita Lisan Periode serangan Kerajaan Cola (India Selatan) ke Sriwijaya
  36. ^ Taklukan Singhasari, Ekspedisi Pamalayu Periode Singhasari (1222–1293)
  37. ^ Taklukan Majapahit, menurut Negarakertagama, menurut Prasasti Waringin Pitu (1447)
  38. ^ Kerajaan pindah ke Sukadana, politik ekspansi sampai Tanjung Datuk, Tanjung Putting, Karimata, dan Pulau Tujuh
  39. ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1862). Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde. 11. Lange & Co. hlm. 49. 

Sumber

Lihat pula

Pranala luar

Baca informasi lainnya:

Orion Cinema Network (OCN)Logo OCNDiluncurkan1 Juli 1999 (1999-07-01)JaringanCJ E&M Media Content DivisionPemilikDaewoo Broadcasting (1995-1999)Orion Confectionery (On-Media) (1999-2010)CJ E&M Broadcasting Group (2010-present)SloganSouth Korea's Number 1 Movie ChannelNegaraKorea SelatanBahasaKoreaKantor pusat66 Sangamsan-ro, Distrik Mapo, Seoul, Korea SelatanSaluran seindukMnettvNXtvNtvN AsiaO tvNOnStyleO'liveOCN SeriesXTMChannel CGVSUPER ACTIONCATCH ON 1CATCH ON 2Chunghwa TVOGNToon…

artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujuka…

Dieser Artikel befasst sich mit dem Ministerialbeamten und Diplomaten Raban Adelmann von Adelmannsfelden. Zum Politiker und Diplomaten Raban Otto Michael Adelmann von Adelmannsfelden siehe Raban Adelmann (Politiker). Raban Adelmann von Adelmannsfelden, 1935 Raban Felix Graf Adelmann von Adelmannsfelden (* 12. November 1877 in Hohenstadt; † 4. Juni 1935 in Köln) war ein deutscher Ministerialbeamter und Diplomat. Inhaltsverzeichnis 1 Biografie 2 Literatur 3 Weblinks 4 Einzelnachweise Biografie …

Bombas Diadema Último tramo de vías entre parada Gasoducto y Bombas Diadema. Justo en frente se halla un santuario católico.UbicaciónDirección inmediaciones de Ruta Provincial 39Localidad CiudadelaDatos de la estaciónNombre anterior Km 15Punto kilométrico 15 desde estación CentralAltitud 37m s. n. m.Operador DesmanteladoServicios detalladosUso PasajerosLíneasLínea(s) Suburbana de Comodoro Rivadavia a Km 27 (operativa hasta cierre definitivo de 1978) Suburbana de Comodoro a Escalante (d…

1986 live album by Uriah HeepLive at Shepperton '74Live album by Uriah HeepReleased10 November 1986Recorded1974StudioShepperton Studios, Surrey, EnglandGenreHard rock, progressive rockLength31:00LabelHeepUriah Heep live chronology Live in Europe 1979(1986) Live at Shepperton '74(1986) Live in Moscow = Сам В Москве(1988) Professional ratingsReview scoresSourceRatingAllMusic[1]Collector's Guide to Heavy Metal6/10[2] Live at Shepperton '74 is a live album by Britis…

日産ディーゼル・JPノンステップKL-JP252NAN改 多摩バス(撮影当時) スペースランナーJP(SPACERUNNER JP)は、日産ディーゼル工業(現「UDトラックス」)が平成22年まで製造・販売していた普通型路線用バスである。 シリーズの概要 1992年、在来からの中型車JM系のシャーシ(車台)及びボディを延長し、日本初の中型断面10.5m級ボディを持つ路線型低床バスとして誕生した。…

85th season in franchise history 2009 New York Giants seasonOwnerJohn MaraSteve TischGeneral managerJerry ReeseHead coachTom CoughlinHome fieldGiants StadiumResultsRecord8–8Division place3rd NFC EastPlayoff finishDid not qualifyPro BowlersC Shaun O'HaraWR Steve SmithOG Chris SneeOT David DiehlAP All-ProsOG Chris Snee (2nd team) ← 2008 Giants seasons 2010 → The 2009 New York Giants season was the 85th season for the team in the National Football League (NFL). It was t…

For the footballer, see Robert Nilsson (footballer). Canadian-born Swedish ice hockey player Ice hockey player Robert Nilsson Born (1985-01-10) January 10, 1985 (age 38)Calgary, Alberta, CanadaHeight 5 ft 11 in (180 cm)Weight 185 lb (84 kg; 13 st 3 lb)Position CentreShot LeftPlayed for Leksands IFHC Fribourg-GottéronNew York Islanders Edmonton Oilers Salavat Yulaev UfaTorpedo Nizhny NovgorodZSC LionsNational team  SwedenNHL Draft 15th overall, 2003Ne…

Concept in epidemiology For the evolutionary antiparasite defence, see Social immunity. The top box shows an outbreak in a community in which a few people are infected (shown in red) and the rest are healthy but unimmunized (shown in blue); the illness spreads freely through the population. The middle box shows a population where a small number have been immunized (shown in yellow); those not immunized become infected while those immunized do not. In the bottom box, a large proportion of the pop…

Logo NET. Berikut ini adalah daftar penyiar NET. Penyiar saat ini Khusus Fakta dan Jatanras Adam Suryanagara Ajeng Suseno Angie Ang Anjana Demira Indah Setyani Aiptu Zakaria Jacklyn Choppers Louise Ayu (mantan penyiar iNews dan Sindonews TV) Maria Anatasya Vannico Soekarno (mantan penyiar Trans TV) Non Berita (Hiburan) Program Televisi Tonight Show Vincent Rompies Deddy Mahendra Desta Hesti Purwadinata Enzy Storia Tonight Festival Vincent Rompies Deddy Mahendra Desta Hesti Purwadinata Enzy Stori…

Karachi, You're Killing Me! Paperback coverAuthorSaba ImtiazCountryPakistanLanguageEnglishGenreComedy, crimePublisherRandom House IndiaPublication date1 February 2014Media typePaperbackPages272ISBN978-8184004601 Karachi, You're Killing Me! is a 2014 comedy crime-thriller novel by the Pakistani journalist-writer Saba Imtiaz. The author's debut novel was released in paperback by India's Random House on 1 February 2014.[1] It is written about a 20-year-old reporter, Ayesha Khan, living…

Extinct baronetcy in the Baronetage of England Arms of Chudleigh: Ermine, three lions rampant gules[1] The Chudleigh Baronetcy, of Ashton in the County of Devon, was a title in the Baronetage of England. It was created on 1 August 1622 for George Chudleigh (d.1656), Member of Parliament for St Michael's, East Looe, Lostwithiel and Tiverton. The title became extinct on the death of the sixth Baronet in 1745.[2] John Chudleigh (born 1606), the elder son of the 1st Baronet, predecea…

American cosmetics company Anastasia Beverly HillsTypePrivateFounded1997; 26 years ago (1997)HeadquartersUnited StatesArea servedWorldwideKey peopleClaudia Soare (president)ProductsCosmeticsOwnerAnastasia SoareWebsiteanastasiabeverlyhills.com Anastasia Beverly Hills, also known as ABH, is an American cosmetics company best known for its eyebrow products. The company was founded by Romanian-born Anastasia Soare in 1997, in Beverly Hills, California. Soare's daughter Claudia Soar…

Public school district in Michigan Fraser Public SchoolsAddress33466 Garfield Rd Fraser, Michigan, 48026-1850United StatesDistrict informationTypePublicMottoInnovateLearnLeadGradesPK–12SuperintendentCarrie Wozniak[1]Chair of the boardScott Wallace (President)[3]Schools9[2]NCES District ID2614820[2]Students and staffStudents4,708 (2021–21)[2]Teachers265.03 (FTE) (2021–21)[2]Student–teacher ratio17.76:1 (2021–21)[2]Other information…

Upcoming Disney series This article is about the animated television series. For the sitcom, see Primo (TV series). PrimosCreated byNatasha Kline[1]Voices of Myrna Velasco Melissa Villaseñor Michelle Ortiz Jim Conroy Country of originUnited StatesOriginal languageEnglishProductionExecutive producer Natasha Kline[1] ProducerPhilip CohenRunning time22 minutes (2 11-minute segments)Production company Disney Television Animation Original releaseNetworkDisney Channel Primos[a]…

Municipality in Zealand, DenmarkRingsted Municipality Ringsted Kommune (Danish)MunicipalityA street in RingstedCoordinates: 55°26′43″N 11°47′20″E / 55.445276°N 11.788908°E / 55.445276; 11.788908CountryDenmarkRegionZealandEstablished1 April 1970SeatRingstedGovernment • MayorHenrik Hvidesten (V)Area • Total295.48 km2 (114.09 sq mi)Population (1. January 2023)[1] • Total35,906 • Dens…

Ion with a negatively charged carbon atom In organic chemistry, a carbanion is an anion in which carbon is negatively charged.[1][failed verification] Formally, a carbanion is the conjugate base of a carbon acid: R3CH + B− → R3C− + HB where B stands for the base. The carbanions formed from deprotonation of alkanes (at an sp3 carbon), alkenes (at an sp2 carbon), arenes (at an sp2 carbon), and alkynes (at an sp carbon) are known as alkyl, alkenyl (vinyl), aryl, and alkynyl (a…

Blooms of DublinFirst edition (publ. Hutchinson)Written byAnthony Burgess Blooms of Dublin is a musical play or operetta in two acts with music and text by Anthony Burgess. The work, nearly three hours long, was first performed (in a concert version) for the Dublin Joyce Centenary in 1982 by the RTE Singers and RTE Concert Orchestra and broadcast on BBC and RTE radio.[1] It was produced by John Tydeman and Michael Heffernan.[2] The operetta is based on James Joyce's 1922 novel Ul…

Pour les articles homonymes, voir 28e régiment. 28e régiment interarmes d'outre-mer Insigne régimentaire du 28e régiment interarmes d'outre-mer. Création 1957 Dissolution 1962 Pays France Branche Armée de terre Type Régiment interarmes des troupes de marine Rôle Infanterie et cavalerie blindée Garnison OuagadougouBobo-Dioulasso Ancienne dénomination 8e régiment colonial interarmes Guerres Guerre d'Ifni modifier  Le 28e régiment interarmes d’outre-mer (…

Aluminium hidroksida Nama Nama IUPAC (preferensi) Aluminium hidroksida Nama IUPAC (sistematis) Aluminium(3+) trioksidanida Nama lain Asam aluminat Aluminat hidroksida Aluminium(III) hidroksida Aluminium hidroksida Aluminum trihidroksida Alumina terhidrasi Asam ortoaluminat Penanda Nomor CAS 21645-51-2 Y Model 3D (JSmol) Gambar interaktif 3DMet {{{3DMet}}} ChEBI CHEBI:33130 Y ChEMBL ChEMBL1200706 N ChemSpider 8351587 Y DrugBank DB06723 Nomor EC KEGG D02416 PubChem CID 10176082…

Kembali kehalaman sebelumnya