Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kiblat (majalah)

Kiblat adalah majalah dwi-mingguan bertema Islam yang pertama kali terbit di Jakarta pada 1953. Majalah ini diterbitkan oleh Yayasan Penerbit Kiblat. Majalah ini awalnya dipimpin oleh A. Musaffa Basjyr sebagai pemimpin redaksi didampingi Saleh Suaidy dan Nasaruddin Latif sebagai wakil pemimpin redaksi. Kantor redaksinya semula beralamat di Jalan Kwitang No. 19, Jakarta Pusat, sebelum pindah ke Jalan Agus Salim No. 24, Jakarta Pusat yang dikenal sebagai Gedung Kiblat Centre.[1][2]

Di jajaran pengasuh dan redaksi Kiblat berhimpun sejumlah tokoh Islam lintas organisasi, seperti: K.H.M. Dachlan, H. Anwar Tjokroaminoto, Prof. Dr. Hamka, Prof. K.H. Farid Ma’ruf, K.H. Rusli Abdul Wahid, K.H. Syukri Ghozali, K.H. Hasan Basri, Junan Helmi Nasution, H. Chairuddin Sjaukani, H. Bakri Sudja, Mohammad Natsir, Prof. Dr. Abu Hanifah, Imron Rosjadi, Jusuf Wibisono, Drs. Zuber Usman, Dr. Fuad Mohd Fahruddin, Dr. A. Wahid Salayan, H. Rus’an, H.A. Malik Ahmad, St. Chazy, Prof. Drs. Hasbullah Bakry, dr. Dede Kusmana, H. Hanan Rafiie, dan Ny. Par Sjachlan.

Menurut catatan Muhammad Fuad Nasar, pemberian nama Kiblat adalah atas masukan Menteri Agama Fakih Usman. Cikal bakalnya berawal dari buletin Yayasan Perjalanan Haji Indonesia (YPHI) pada 20 Mei 1953. Setelah A. Musaffa Basjyr wafat, Kiblat dinahkodai oleh Mayor Jenderal (Purn.) M. Muchlas Rowi sebagai pemimpin umum dan Endang Basri Ananda sebagai pemimpin redaksi.[3][4]

Pada 4 Oktober 1988, YPHI bekerja sama dengan Yayasan Ya Bunayya (yang dipimpin Ir. Aminuddin Dahlan) mendirikan Yayasan Penerbit Kiblat. Seiring itu, terjadi perubahan manajemen yang diikuti protes sejumlah wartawan dan menyebabkan majalah ini sempat menghilang dari peredaran. Pada akhir tahun, Kiblat muncul kembali dengan sejumlah perubahan, mulai dari logo dan penambahan rubrik baru.[5] Pada 8 November 1989, PHI memutuskan perjanjian dengan Yayasan Ya Bunayya karena dianggap tidak memenuhi ketentuan kerja sama. Sementara itu, Kiblat tak dapat bertahan lama dan akhirnya berhent terbit pada 1991.[6]

Referensi

  1. ^ Media dakwah. Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. 1994. 
  2. ^ Nasar, M. Fuad (2023-04-28). Jejak Pengabdian Ulama - Pelopor Penasihatan Perkawinan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-623-6421-50-5. 
  3. ^ Panji masyarakat. Yayasan Nurul Islam. 1994. 
  4. ^ Hakiem, Lukman. Dari Panggung Sejarah Bangsa: Belajar dari Tokoh dan Peristiwa. Pustaka Al-Kautsar. 
  5. ^ Kurniawan Junaedhie (1995). Rahasia dapur majalah di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-605-293-6. 
  6. ^ Media dakwah. Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. 1994. 
Kembali kehalaman sebelumnya