Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kolestasis

Kolestasis adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada aliran empedu yang mengakibatkan adanya peningkatan kadar bilirubin dan penumpukan garam empedu.[1] Cairan empedu yang terdiri dari garam empedu, bilirubin, dan lemak akan menumpuk di dalam darah. Akibatnya, muncul berbagai gejala, seperti konsentrasi kadar bilirubin dalam darah yang tinggi menyebabkan kulit atau mata menguning, terlebih bilirubin juga membuat urin terlihat berwarna seperti teh hitam dan membuat kulit gatal. Selain itu, cairan empedu yang tidak mengalir ke usus mengakibatkan tinja mengandung banyak lemak sehingga warna tinja menjadi lebih pucat dan berbau busuk.[2]

Pigmen bilirubin dalam jaringan hati penderita kolestasis.

Jenis kolestasis

  • Kolestasis intrahepatik

Kolestasis intrahepatik adalah kolestasis yang terjadi karena adanya penumpukan cairan empedu pada organ hati.[3] Kolestasis ini disebabkan oleh hepatitis virus, keracunan obat, penyakit hati, penyakit hepatitis autoimun, primary billiary cirrhosis, kolestasis kehamilan, karsinoma metastatik, dan penyakit lainnya.[4]

  • Kolestasis ekstrahepatik

Kolestasis ekstrahepatik adalah kolestasis yang terjadi karena adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kolestasis ini disebabkan oleh batu duktus koledokus, kista duktus kaledokus, karsinoma duktus koledokus, pankreatitis, primary sclerosing cholangitis, kanker pankreas, dan penyakit lainnya.[4]

Gejala kolestasis

Kolestasis kan menyebabkan gejala buruk pada tubuh, seperti:[5]

  • Menderita demam;
  • Tidak nafsu makan;
  • Perut terasa nyeri;
  • Timbul rasa mual dan keinginan untuk muntah;
  • Penyerapan asupan lemak buruk;
  • Rasa gatal yang berlebihan;
  • Tulang menjadi lemah atau terasa rapuh (atau disebut osteomalacia);
  • Mengalami pendarahan.

Diagnosis kolestasis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan penyakit kolestasis pada seseorang yaitu melalui tes laboratorium. Tes laboratorium adalah sebuah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis penyakit seseorang melalui berbagai tindakan medis.[6] Tes ini digunakan untuk melihat perubahan dalam fungsi hati dan menghitung tingkat kadar enzim fosfatase alkali dan gamma glutamyl transpeptidase (GGT).[7] Apabila tingkat kedua enzim tersebut tinggi maka ada kemungkinan orang tersebut menderita kolestasis.[8] Selain itu, juga bisa digunakan untuk memeriksa tingkat bilirubin dalam darah.

Referensi

  1. ^ Mawardi, Merry; Warouw, Sarah M.; Salendu, Praevilia M. (2011). "KOLESTASIS EKTRAHEPATIK ET CAUSA ATRESIA BILIER PADA SEORANG BAYI". Jurnal Biomedik:JBM (dalam bahasa Inggris). 3 (2). doi:10.35790/jbm.3.2.2011.868. ISSN 2597-999X. 
  2. ^ Mauk, Adrianus (2019-07-01). "Studi Kasus "Asuhan Keperawatan Pada Anak M. I. Dengan "Kolestasis" Di Ruang Kenanga Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang"" (dalam bahasa Inggris). Poltekkes Kemenkes Kupang. 
  3. ^ "Mengenal Kolestasis Pada Bayi – RSUP Dr. Sardjito" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-06. 
  4. ^ a b Monica, Maria; Prasetyo, Agung Aji; Dewi, Puspita Kusuwa (2017). "Perbedaan Kadar Bilirubin Pada Tikus Wistar yang Dilakukan Ligasi Duktus Koledukud antara Kelompok yang Diberi Kombinasi UDCA-Glutathione dengan Pemberian Tunggal UDCA". Universitas Diponegoro. Semarang (dipublikasikan tanggal 16 Agustus 2017). 55446. 
  5. ^ "Mengenal Penyakit Kolestasis yang Menelan Banyak Korban". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-12-11. 
  6. ^ Ramadhan, Widianto (2018). "PERBEDAAN LAMA WAKTU PEMBENDUNGAN TERHADAP KADAR HDL KOLESTEROL" (dalam bahasa Inggris). UNIMUS. 
  7. ^ Onofrio, Fernanda Q.; Hirschfield, Gideon M. (2020-03). "The Pathophysiology of Cholestasis and Its Relevance to Clinical Practice". Clinical Liver Disease. 15 (3): 110–114. doi:10.1002/cld.894. ISSN 2046-2484. PMC 7128027alt=Dapat diakses gratis. PMID 32257122. 
  8. ^ Khasanah, Ulfy Nur; Supriyanta, Bambang; Nuryani, Siti (2019-05-27). "PENGARUH HEMOLISIS PADA SERUM TERHADAP PEMERIKSAAN AKTIVITAS ENZIM GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE" (dalam bahasa Inggris). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 
Kembali kehalaman sebelumnya