Kota ini terletak 800 km sebelah timur Jakarta, atau 435 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Letak kota ini berada di pantai utara Pulau Jawa bagian timur yang berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.
Surabaya dikenal dengan julukan Kota Pahlawan karena Pertempuran 10 November 1945, yaitu sejarah perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan sekutu. Surabaya juga sempat menjadi kota terbesar di Hindia Belanda dan menjadi pusat niaga di Nusantara yang sejajar dengan Hong Kong dan Shanghai saat itu.[10] Menurut Bappenas, Kota Surabaya adalah satu dari empat kota pusat pertumbuhan di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Makassar.[11]
Kata Surabaya (bahasa Sanskerta: Śūrabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura (ikan hiu) dan baya (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut. Kata Surabaya juga diyakini sebagai perpaduan dua nama tokoh besar pada masa lampau yaitu Suropati dan Purbaya.
Asal-usul Surabaya
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Śūrabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh (Jung-Ya-Lu menurut catatan china).
Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.
Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muaraKali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap serangan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram, diserbu Senapati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, dan diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Suatu tulisan VOC tahun 1620 menggambarkan, Surabaya sebagai wilayah yang kaya dan berkuasa. Panjang lingkarannya sekitar 5 mijlenBelanda (sekitar 37 km), dikelilingi kanal dan diperkuat meriam. Tahun tersebut, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30.000 prajurit.[12]
Dalam perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada tanggal 11 November1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC. Gedung pusat pemerintahan Keresidenan Surabaya berada di mulut sebelah barat Jembatan Merah. Jembatan inilah yang membatasi permukiman orang Eropa (Europeesche Wijk) waktu itu, yang ada di sebelah barat jembatan dengan tempat permukiman orang Tionghoa; Melayu; Arab; dan sebagainya (Vremde Oosterlingen), yang ada di sebelah timur jembatan tersebut. Hingga tahun 1900-an, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja.
Era kolonial
Peta Surabaya dari buku panduan perjalanan dari Inggris tahun 1897.Kawasan Jembatan Merah sekitar tahun 1920-an.Rumah warga Belanda di sepanjang sungai Surabaya.
Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Keresidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.
Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Pada tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, tumbuh permukiman baru seperti daerah Darmo; Gubeng; Sawahan; dan Ketabang.
Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara tentara Sekutu pada tanggal 17 Mei1944.
Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6.000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20.000 pasukan Indonesia menolak.
Tentara Britania menembaki 'sniper' dalam pertempuran di Surabaya
Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00, pesawat Dakota Angkatan Udara Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia menjadi marah ketika membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian yang ditanda tangani satu hari sebelumnya. Pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
Pada siang hari, 30 Oktober1945, dicapai persetujuan yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan para pimpinan RI tersebut meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari, 30 Oktober1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Mobil Brigjen Mallaby yang terbakar di tempat ia terbunuh dalam pertempuran di Surabaya tanggal 30 Oktober 1945.
Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
Letjen Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby tersebut dan mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
9 November1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
10 November1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940-an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran pada tanggal 10 November1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Era pascakemerdekaan
Kota yang jalan utamanya dahulu hampir berbentuk seperti pita dari jembatan Wonokromo di sebelah Selatan menuju ke Jembatan Merah di sebelah Utara sepanjang kurang lebih 13 km tersebut, di akhir tahun 1980-an mulai berubah total. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang pesat, memaksa Surabaya untuk berkembang ke arah Timur dan Barat seperti yang ada sekarang. Bertambahnya kendaraan bermotor, tumbuhnya industri baru serta menjamurnya perumahan yang dikerjakan oleh perusahaan realestat yang menempati pinggiran kota mengakibatkan tidak saja terjadi kemacetan di tengah kota tetapi juga tidak jarang terjadi pula di pinggiran kota. Surabaya telah berkembang jauh dari kota yang relatif kecil dan kumuh di akhir abad ke-19, menjadi kota metropolitan di akhir abad ke-20 dan pada kurun abad ke-21 menjadi salah satu metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Kota yang pada kurun abad ke-20 dan awal abad ke-21 dipandang panas dan kumuh ini juga berhasil berubah menjadi salah satu kota metropolitan yang paling tertata di Indonesia dengan kualitas udara terbersih.
Geografi
Peta Pembagian Administratif Surabaya.
Surabaya secara geografis berada pada 07°09'00" – 07°21'00" Lintang Selatan dan 112°36'- 112°54' Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi daratan dengan luas 326,81 km² dan lautan seluas 190,39 km².
Batas wilayah
Kota Surabaya berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:
Kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium; Formasi Kabuh; Pucangan; Lidah; Madura; dan Sonde. Sedangkan untuk wilayah perairan, Surabaya tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung dengan samudra, sehingga relatif aman dari bencana alam endogen. Berdasarkan kondisi geologi dan wilayah perairannya, Surabaya dikategorikan ke dalam kawasan yang relatif aman terhadap bencana gempa bumi maupun tanah amblesan sehingga pembangunan infrastruktur tidak memerlukan rekayasa geoteknik yang dapat menelan biaya besar.
Topografi
Kota Surabaya terletak di pesisir utara provinsi Jawa Timur.[13] Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten Gresik di sebelah barat. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72% dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m di atas permukaan laut, sedangkan sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Di wilayah Surabaya Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan yang ketinggiannya antara 25 – 50 m di atas permukaan laut dan di wilayah Surabaya Barat memiliki kontur tanah perbukitan yang bergelombang. Struktur tanah di Surabaya terdiri dari tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, dan di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi. Di Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Kali Mas adalah salah satu dari tiga sungai utama yang membelah sebagian wilayah Surabaya bersama dengan Kali Surabaya dan Kali Wonokromo. Areal sawah dan tegalan terdapat di kawasan barat dan selatan kota, sedangkan areal tambak berada di kawasan pesisir timur dan utara.
Iklim
Surabaya memiliki iklim tropis seperti kota besar di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kota Surabaya termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di Surabaya rata-rata 165,3 mm. Curah hujan tertinggi di atas 200 mm terjadi pada kurun Januari hingga Maret dan November hingga Desember. Suhu udara rata-rata di Surabaya berkisar antara 23,6 °C hingga 33,8 °C.[14]
Dasar hukum bagi kota Surabaya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Surabaya berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Wilayah Surabaya kemudian dibagi lagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan.
Surabaya dipimpin oleh seorang wali kota dan didampingi oleh seorang wakil wali kota. Wali Kota Surabaya saat ini adalah Eri Cahyadi, yang menjabat sejak 26 Februari 2021. Ia didampingi oleh Wakil Wali Kota Armuji.
Kota Surabaya memiliki 31 kecamatan dan 154 kelurahan (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduk 2.827.892 jiwa dan luas wilayah 350,54 km² dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.067 jiwa/km².[22][23]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut;
Surabaya merupakan markas besar dari Kodam V/Brawijaya yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat di wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah satuan teritorial Kodam V/Brawijaya di wilayah Surabaya adalah Korem 084/Bhaskara Jaya yang terbagi atas beberapa Kodim, yaitu Surabaya Utara ; Surabaya Timur ; Surabaya Selatan ; Sidoarjo ; Gresik ; Bangkalan ; Sampang; Pamekasan dan Sumenep. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di tingkat kecamatan. Kota Surabaya juga merupakan markas besar dari Komando Armada II yang berpusat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Komando Armada II TNI Angkatan Laut membawahi wilayah laut Indonesia bagian tengah. Bumi Marinir terdapat di wilayah Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Kawasan TNI AU terdapat di Lanud Muljono Surabaya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, penduduk kota Surabaya pada tahun 2018 berjumlah 3.094.732 jiwa.[24] Dengan wilayah seluas 326,81 km²,[25] maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.393 jiwa per km².
Mayoritas penduduk Surabaya menganut agama Islam sebanyak 85,50% (2.701.588 jiwa) sesuai data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2019.[5] Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis warga Nahdlatul 'Ulama yang beraliran tradisional. Masjid Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu Walisongo. Di Surabaya juga berdiri Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta dan Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Ketabang yang memiliki arsitektur layaknya kelenteng.
Agama lain yang dianut masyarakat Surabaya yaitu Buddha (1,42%) dan Konghucu (0,02%) yang dianut etnis Tionghoa; serta Hindu (0,25%) yang dianut suku Tengger, Bali, dan India.
Suku bangsa asli yang menjadi mayoritas di Surabaya adalah suku Jawa sebanyak 83,68%. Kota Surabaya juga menjadi tempat tinggal warga Madura sebanyak 7,50%, kemudian Tionghoa sebanyak 7,25%, suku lain termasuk Arab dan lainnya sebanyak 1,57%.[26] Suku Madura di Surabaya sebagian besar merupakan perantau yang berasal dari Pulau Madura dan wilayah Tapal Kuda. Orang Tionghoa di Surabaya merupakan perantau yang berasal dari Tiongkok yang datang ke Surabaya pada kurun abad ke-13 hingga ke-20. Permukiman pertama orang-orang Tionghoa di Surabaya berada di sepanjang Kali Mas. Sedangkan suku Arab di Surabaya umumnya merupakan warga keturunan Arab yang bertempat tinggal atau menetap di Surabaya. Beberapa di antaranya membuat komunitas yang terkonsentrasi di kawasan Masjid Ampel, Surabaya. Suku bangsa lain yang ada di Surabaya meliputi suku India;[27]Bali; Batak; Sunda; Banjar; Bugis;[28]Minang; Manado;[29]Dayak; Toraja; Ambon; Bawean; Aceh; Melayu; Betawi; serta warga asing.
Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar / mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat perdagangan regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat.
Bahasa
Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto, serta sebagian Jombang dan Lamongan, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di hampir semua wilayah Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya.
Namun sebagian besar penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai dampak peradaban yang maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga diperkirakan banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah. Beberapa contoh adalah njegog:belok, ndherok:berhenti, gog:paman, maklik:bibi. Bahasa yang dituturkan penduduk Madura di Surabaya pada umumnya terjadi pencampuran antara bahasa Madura dan Jawa di dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan bahasa yang dituturkan warga keturunan Tionghoa di Surabaya memiliki dialek khas yang merupakan pencampuran antara bahasa Indonesia, Jawa, Hokkien, Khek, dan Mandarin yang dikenal dengan dialek Tionghoa Surabaya. Namun terlepas dari itu, seluruh penduduk Surabaya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional di dalam acara, kegiatan, maupun komunikasi formal.[butuh rujukan]
Selain itu, Surabaya juga merupakan salah satu kota terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya adalah pusat perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Industri-industri utamanya antara lain galangan kapal, alat-alat berat, pengolahan makanan dan agrikultur, elektronik, perabotan rumah tangga, serta kerajinan tangan. Banyak perusahaan multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk; Wismilak; Maspion; Wings Group; Unilever Indonesia; Pakuwon Group; Jawa Pos Group; dan PT PAL Indonesia.
Surabaya juga merupakan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Pelabuhan terpenting di Surabaya adalah Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan perdagangan, peti kemas, dan penumpang terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Di Surabaya juga terdapat Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan terminal pelabuhan penyangga utama Pelabuhan Tanjung Perak. Terminal Pelabuhan Teluk Lamong ini menjadi green port pertama di Indonesia serta merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer.
Kawasan Pusat Bisnis
Kawasan CBD Surabaya Pusat.
Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya. Kawasan bangunan tinggi (highrise building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat, Darmo, Mayjend Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya di antaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karang Pilang dan Margomulyo. Berikut ini adalah beberapa kawasan CBD yang termasuk ke dalam kawasan emas di kota Surabaya:
Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Basuki Rachmat, Jalan Embong Malang, dan Jalan Bubutan. Kawasan ini telah berkembang sebagai pusat bisnis di wilayah Jawa Timur sejak 3 dekade lalu dan menjadi salah satu jantung utama kegiatan bisnis dan perdagangan di Surabaya dan Indonesia Timur. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Wisma BRI Surabaya, Hotel Bumi Surabaya, Wisma Intiland Surabaya, Pakuwon Tower, The Peak Residence, Sheraton Hotel, dan lain sebagainya.
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Barat
Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Adityawarman, Jalan Mayjend Sungkono, Jalan H.R. Muhammad, dan Jalan Mayjend Jono Soewojo. Kawasan ini berkembang sebagai pusat bisnis baru di Surabaya sejak tahun 1990-an. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai salah satu kawasan mati yang tidak berkembang di wilayah Surabaya. Namun, saat ini telah berkembang sebagai salah satu kawasan pusat bisnis dan perdagangan yang paling pesat perkembangannya di wilayah Jawa Timur, dengan berdirinya highrise building dan perumahan-perumahan elite yang tertata rapi di kawasan ini. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Adhiwangsa Apartment, Waterplace Residence, Puri Matahari, Beverly Park Apartment, The Via & The Vue Apartment, Ciputra World Hotel, La Riz Mansion, Orchard & Tanglin Apartment, Puncak Permai Apartment, dan lain sebagainya.
Sarana akomodasi di Surabaya terdapat beragam mulai hotel berbintang, apartemen, hingga losmen yang tersebar di seluruh penjuru kota. Salah satunya adalah Hotel Majapahit yang merupakan salah satu hotel bersejarah di Indonesia di mana terjadi peristiwa Insiden Bendera.
Di Surabaya terdapat banyak pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mal), pusat grosir, hingga pasar modern dan tradisional. Surabaya memiliki sejumlah pusat perbelanjaan modern terbesar di Jawa Timur (dua diantaranya terbesar di Indonesia), yakni Pakuwon Mall yang terletak di Surabaya Barat, Tunjungan Plaza dan Plaza Surabaya yang terletak di Surabaya Pusat[30] dan Galaxy Mall yang terletak di Surabaya Timur.
Wisma Intiland, salah satu gedung perkantoran terkenal di Surabaya yang mencirikan arsitektur brutalis.Salah satu sudut Kalimas Surabaya.
Arsitektur di Kota Surabaya adalah percampuran antara pengaruh kolonial, Asia, Jawa, modern, dan post-modern. Di Surabaya sendiri masih kerap dijumpai bangunan peninggalan era kolonial yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, seperti Hotel Majapahit (d/h Hotel Oranje) dan Kantor Pos Besar Surabaya. Sebagai sebuah kota yang relatif tua di Indonesia dan Asia Tenggara, kebanyakan bangunan masa kolonial di Surabaya dibangun sekitar kurun abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Bangunan-bangunan ini menunjukan gaya Belanda / Eropa pada abad pertengahan.
Contoh dari bangunan era kolonial yang cukup dikenal di Surabaya yaitu De Simpangsche Sociёteit atau yang biasa disebut dengan "Gedung Balai Pemuda" yang dibangun pada tahun 1907 dengan corak arsitektur Eklektik, yaitu dengan menggabungkan arsitektur neoklasik, arsitektur gotik, dan arsitektur renaisans yang didesain oleh arsitek berwarga negara Belanda Westmaes dan difungsikan sebagai gedung rekreasi penduduk ekspatriat Belanda di Surabaya.
Sebelum Perang Dunia Kedua, di sekitar pusat kota lama Surabaya terdapat banyak bangunan rumah toko, yang kebanyakan bertingkat dua. Rumah-rumah toko ini terinspirasi dari tradisi Eropa dan Tionghoa Peranakan. Walaupun sebagian telah dibongkar untuk pembangunan baru, masih banyak bangunan-bangunan lama yang dipertahankan sebagai cagar budaya dan ikon kota, yakni di sekitar wilayah Jalan Kembang Jepun, Jalan Karet, Jalan Gula, Jalan Slompretan, dan Jalan Rajawali.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, pusat perkembangan arsitektur kota Surabaya hanya terpusat di wilayah Jembatan Merah, dan sekitarnya, namun perkembangan globalisasi yang pesat, telah menjadikan perkembangan arsitektur telah merata di seluruh penjuru kota.
Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, bangunan bergaya modern dan post-modern mulai bermunculan di Kota Surabaya. Seiring dengan perkembangan ekonomi, bangunan-bangunan seperti ini terus berkembang di Surabaya hingga sekarang. Pada era 2010-an,Kota Surabaya telah menjadi wilayah bagi bangunan-bangunan tinggi di wilayah Provinsi Jawa Timur, seperti The Peak Residence dan One Icon Residence (200 meter).
Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar sederajat hingga Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan sederajat, jumlah sekolah di kota Surabaya berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 1.465 sekolah. Untuk tingkat SD sederejat terdapat 812 sekolah, tingkat SMP sederajat sebanyak 382 sekolah, tingkat SMA sederajat 165 sekolah, dan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan sederajat terdapat 106 sekolah di Surabaya.[35] Banyaknya perguruan tinggi negeri di Surabaya sebanyak 6 perguruan tinggi, dan 70 perguruan tinggi swasta.[36]
Data sekolah di Kota Surabaya T.A 2020-2021 Sumber:[35]
Kebudayaan
Ludruk Irama Budaya, salah satu grup kesenian ludruk di Surabaya.Kartolo CS merupakan grup kesenian ludruk ternama asal Surabaya.
Kebudayaan Jawa di Surabaya memiliki ciri khas dibandingkan dengan daerah lainnya, yakni karakteristiknya yang lebih egaliter dan terbuka. Surabaya dikenal memiliki beberapa kesenian khas, yaitu:
Ludruk, adalah seni pertunjukan drama yang menceritakan kehidupan rakyat sehari-hari.
Tari Remo, adalah tarian selamat datang yang umumnya dipersembahkan untuk tamu istimewa
Kidungan, adalah pantun yang dilagukan, dan mengandung unsur humor
Selain kesenian di atas, budaya panggilan arek atau rek (panggilan khas Surabaya) juga menjadi ciri khas yang unik. Di samping itu, di Surabaya juga dikenal panggilan khas lainnya, yakni Cak untuk laki-laki dan Ning untuk perempuan. Sebagai upaya untuk melestarikan budaya, setiap satu tahun sekali diadakan pemilihan Cak & Ning Surabaya. Cak & Ning Surabaya dan para finalis terpilih merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya.
Setiap setahun sekali diadakan Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival seni untuk melestarikan budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Festival Cak Durasim ini biasanya diadakan di Gedung Cak Durasim, Surabaya.
Selain itu ada juga Festival Seni Surabaya (FSS) yang mengangkat segala macam bentuk kesenian misalnya teater, tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan. Pengisi acara biasanya selain dari kelompok seni di Surabaya juga berasal dari luar Surabaya. Diramaikan pula pemutaran film layar tancap, pameran kaos oblong dan lain sebagainya. Festival Seni Surabaya ini diadakan setiap satu tahun sekali di bulan Juni dan biasanya bertempat di Balai Pemuda.
Selain kebudayaan Jawa, sebagai kota yang mengalami perkembangan pesat, di Surabaya juga terjadi pencampuran beragam kebudayaan dari Madura, Islam, Arab, Tionghoa, dan lain sebagainya.
Di Surabaya, terdapat rumah sakit yang dikelola berbagai pihak baik pemerintah daerah, hingga swasta. Beberapa rumah sakit di Surabaya bahkan mendapat sertifikat ISO. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) juga tersebar di seluruh Surabaya. Di beberapa titik kota Surabaya juga terdapat beberapa klinik pengobatan herbal dan tradisional untuk pengobatan dengan bahan-bahan alami. Berikut beberapa rumah sakit ternama yang ada di Surabaya:
Cabang olahraga yang berkembang pesat di Surabaya di antaranya adalah sepak bola, basket, bulu tangkis, tennis, voli, renang, dan lain sebagainya. Surabaya memiliki tiga stadion besar yaitu Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang berkapasitas 55.000 penonton dan merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia, Stadion Gelora 10 November atau yang lebih dikenal dengan Stadion Tambaksari yang berkapasitas 35.000 penonton, serta Gelora Pantjasila (EYD: Pancasila) yang berkapasitas 5.000 penonton. Even olahraga yang pernah diselenggarakan di Surabaya antara lain adalah PON VII, PON XV, ASEAN University Games 2004 dan ASEAN School Games 2012.
Kota Surabaya merupakan pusat transportasi darat di Provinsi Jawa Timur sekaligus bagian timur pulau Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya. Surabaya terhubung dengan beberapa jalan nasional, yaitu Rute 1 dengan rute Merak-Banyuwangi dan Rute 17 dengan rute Yogyakarta-Surabaya. Surabaya juga dihubungkan dengan beberapa jalan provinsi yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya di Provinsi Jawa Timur. Jalan tol yang terhubung dengan Surabaya adalah ruas Surabaya-Gresik yang menghubungkan Surabaya dengan Gresik serta kota-kota di pantai utara Jawa, Surabaya-Mojokerto yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian barat, Surabaya-Gempol yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian selatan, serta Waru-Bandara Juanda yang menghubungkan Surabaya dengan Bandara Internasional Juanda. Ruas Surabaya-Gempol terhubung dengan ruas Gempol-Pandaan. Ruas Gempol-Pandaan terhubung dengan ruas Gempol-Pasuruan yang menghubungkan Surabaya dengan kawasan Tapal Kuda di Provinsi Jawa Timur dan ruas Pandaan-Malang yang menghubungkan Surabaya dengan Malang, kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur serta wilayah Provinsi Jawa Timur bagian selatan. Untuk menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura, terdapat Jembatan Suramadu yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia.
Di Surabaya ini dilayani oleh bus kota sebagai sarana pilihan bagi warga Surabaya maupun sekitarnya untuk beraktivitas sehari-hari. Surabaya memiliki sejumlah terminal dalam kota, antara lain Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang, Halte Jembatan Merah, Halte Ujung Baru, dan lain sebagainya. Terminal-terminal tersebut menjadi titik pertemuan antara bus kota dengan moda transportasi dalam kota lainnya.
Sejak 7 April 2018, pemkot Surabaya meluncurkan sistem bus kota yang diberi nama Suroboyo Bus yang melayani titik-titik penting di seluruh wilayah kota. Sistem pembayaran Suroboyo Bus terbilang unik karena menggunakan sampah plastik dan menjadikan Surabaya sebagai kota kedua di dunia yang menerapkan sistem transportasi massal setelah kereta bawah tanahBeijing pada tahun 2014. Suroboyo Bus juga memiliki sejumlah halte kecil yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Pada tanggal 5 September 2018, di Surabaya beroperasi layanan bus tingkat yang melayani titik-titik vital di kota Surabaya. Sama seperti Suroboyo Bus, bus tingkat Surabaya juga menggunakan sampah plastik sebagai metode pembayaran.
Di Surabaya akan direncanakan pembangunan sistem angkutan massal cepat (AMC) atau mass rapid transit (MRT). Bentuk AMC yang direncanakan adalah sistem kereta api ringan atau light rail transit (LRT) yang juga menghubungkan Surabaya dengan kota-kota satelit di wilayah Gerbangkertosusila. Pengadaan AMC tersebut bertujuan agar Kota Surabaya terbebas dari kemacetan lalu lintas. Pengembangan sistem AMC ini merupakan kerjasama antara Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan perusahaan swasta.[37][38] Di samping itu, Pemerintah Kota Surabaya juga mencanangkan program penerapan sistem ERP (Electronic Road Pricing) yaitu sistem jalan berbayar agar pengendara kendaraan pribadi khususnya beralih ke sistem AMC yang telah disediakan.
Transportasi umum dalam kota
Angkutan dalam kota lainnya di Surabaya dilayani oleh taksi, angkutan kota (lebih dikenal dengan sebutan bemo), angguna (seperti taksi namun tanpa AC, dan memiliki bentuk khas), ojek, becak, becak motor, serta beberapa jasa sewa mobil yang banyak tersedia di kota ini sebagai pilihan lain dalam berkeliling ke seluruh penjuru kota.
Angkutan pengumpan
Pada tanggal 2 Maret 2023, Wali kota Eri Cahyadi meresmikan transportasi umum angkutan pengumpan atau feeder yang diberi nama "Wira Wiri Suroboyo" sebagai pengganti angkutan kota yang relatif lebih aman karena dilengkapi kamera pengawas CCTV, lebih bersih dan nyaman serta dilengkapi pendingin udara AC. Angkutan pengumpan ini dilayani oleh armada kendaraan Toyota Hiace yang beroperasi pukul 05:30-21:30 WIB dengan layanan 5 rute pertama yang ada di dalam kota dan berikut rute yang tersedia:
• FD01 (Terminal Benowo–Tunjungan)
• FD02 (Park and Ride Mayjend Sungkono–Embong Ungu)
• FD03 (Terminal Intermoda Joyoboyo–Kedung Asem)
• FD04 (Penjaringan Sari–Gunung Anyar)
• FD05 (Puspa Raya–HR. Muhammad)
Para sopir dan pramusapa yang ada di angkutan pengupan ini merupakan sopir angkutan kota yang diberdayakan oleh pemerintah kota sebagai langkah mensejahterakan ekonomi mereka imbas kurangnya minat masyarakat untuk menaiki angkutan kota konvensional lagi.
Transportasi umum ini menerapkan pembayaran non-tunai (berupa uang elektronik maupun e-toll) dengan harga Rp 5000,00 untuk penumpang umum dan Rp 2500,00 untuk pelajar yang dapat menjangkau wilayah pemukiman dan jalanan sempit serta terintegrasi dengan sistem moda transportasi yang ada di dalam kota.
Rencana ke depannya, jaringan rute feeder ini akan ditambah lagi dan akan menjangkau ke wilayah penyangga Gresik dan Sidoarjo melalui persetujuan kerjasama antar daerah.
Kota Surabaya memiliki dua depo lokomotif/kereta, yaitu Depo Induk Sidotopo yang merupakan depo lokomotif/kereta api utama, dan menjadi depo terbesar di Pulau Jawa, serta ada pula sub-depo lokomotif Surabaya Pasarturi yang juga menjadi depo kereta api.
Terdapat total sebanyak kurang lebih 30 layanan kereta api yang melintasi Kota Surabaya dari berbagai kota di Pulau Jawa dan rute kereta api terbagi menjadi empat jalur KA utama, yaitu:
Pelabuhan Tanjung Perak melayani penumpang dengan jalur kapal feriSurabaya-Banjarmasin, Surabaya-Sampit dan Surabaya-Makassar. Tanjung Perak memiliki pelabuhan penumpang modern yang dilengkapi dengan 2 buah garbarata untuk kapal. Tanjung Perak menjadi pelabuhan pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas ini. Pelabuhan Tanjung Perak juga memiliki dermaga yang dapat melayani kapal pesiar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Antara Pulau Jawa dengan Pulau Madura, selain melalui Jembatan Suramadu, juga dapat melalui Pelabuhan Ujung yang terletak di sebelah Pelabuhan Tanjung Perak dengan jalur kapal feri Ujung-Kamal.
Secara administratif maupun fisik, Bandara Internasional Juanda memang tidak terletak dalam wilayah Kota Surabaya, namun terletak di wilayah Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Bandara ini merupakan satu-satunya akses bagi warga Kota Surabaya untuk menggunakan transportasi udara, banyak di antara penumpang yang naik turun di bandara ini menuju daerah Kota Surabaya. Miskonsepsi terjadi pula pada beberapa bandara yang melayani kota-kota besar di Indonesia yang lain, seperti Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang dan Bandara Kualanamu di Deli Serdang. Akan tetapi oleh otoritas penerbangan internasional (IATA dan ICAO), bandara-bandara seperti ini tetap diakui sebagai bandar udara yang melayani arus mobilitas penerbangan kota besar dan wilayah metropolitan yang berada dalam jangkauannya. Bandara Internasional Juanda dikelola oleh PT Angkasa Pura I.
Pembangunan terminal baru Bandara Juanda seluas 51.500 m² dimulai sekitar tahun 2005 menggantikan terminal lama yang hanya seluas 28.088 m² dan telah digunakan sejak 1964. Terminal baru memiliki 11 airbridge atau garbarata. Terminal ini sudah dioperasikan mulai dari tanggal 7 November 2006, walaupun baru diresmikan pada tanggal 15 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terminal ini terdiri dari tiga lantai. Kini gedung terminal ini disebut dengan Terminal 1 pasca beroperasinya terminal 2 pada 2014.
Bekas terminal lama bandara Juanda yang telah dibongkar digunakan untuk pembangunan terminal 2 Bandara Juanda seluas 49.500 m² yang dimulai sejak 2011 hingga dioperasikan pada tahun 2014. Total Bandara Juanda terdiri atas dua terminal. Terminal 1 digunakan untuk penerbangan dalam negeri, sedangkan terminal 2 digunakan untuk penerbangan luar negeri serta seluruh layanan penerbangan maskapai Garuda Indonesia. Terminal 1 memiliki 11 garbarata, sedangkan terminal 2 memiliki 6 garbarata, sehingga total garbarata di Bandara Juanda berjumlah 17 buah. Terminal 1 dapat menampung sekitar 7 juta penumpang, sedangkan Terminal 2 menampung sekitar 6,5 juta penumpang, sehingga kapasitas Bandara Juanda saat ini dapat menampung sekitar 14 juta penumpang. Dalam waktu dekat juga akan dimulai pembangunan terminal 3 Bandara Juanda dan landasan pacu baru untuk mengurai kepadatan yang sering terjadi di bandara ini.
Kebanyakan penerbangan di Bandara Juanda sudah menggunakan airbridge / garbarata, tetapi tetap ada yang masih menggunakan tangga, terutama bagi pesawat-pesawat domestik dan charter.
Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat untuk mengantarkan penumpang ke Terminal Purabaya dengan biaya Rp 15.000,-. Pada bulan November 2006, bertepatan dengan pembukaan Terminal 1, sistem transportasi tersebut mulai beroperasi.
Hingga tahun 2009, pertumbuhan panjang jalan di Surabaya hanya sekitar 0,01% per tahun. Hal ini tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 7–8% setiap tahunnya. Kemacetan yang terjadi di Surabaya dipicu oleh pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, pemerintah kota telah membangun banyak ruas jalan baru, di antaranya pembangunan jalur lambat (frontage road) jalan Ahmad Yani yang terbagi atas sisi timur dan barat masing-masing sepanjang 4 km. Jalur lambat ini direncanakan akan tembus hingga kawasan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Selain itu pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan Jalan Lingkar Dalam Timur (Middle East Ring Road / MERR), yaitu jalan lingkar sepanjang 10,98 km antara daerah Kenjeran hingga Tambak Sumur yang menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda; serta Jembatan Suroboyo yang melintang di atas laut sepanjang 780 meter yang kini menjadi ikon wisata di kawasan Pantai Kenjeran. Pemerintah kota juga mengintensifkan pembangunan gorong-gorong (box culvert) yang masif di Surabaya untuk mengurangi kemacetan sekaligus mengantisipasi banjir.
Pemerintah kota Surabaya juga tengah mengerjakan pembangunan dua jalan lingkar baru, yakni Jalan Lingkar Luar Timur (Outer East Ring Road / OERR) sepanjang 17 km antara daerah Kenjeran hingga Gunung Anyar yang juga menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda dan Jalan Lingkar Luar Barat (West Outer Ring Road / WORR) sepanjang 26,1 km antara daerah Romokalisari hingga Lakarsantri yang menghubungkan kawasan selatan Surabaya dengan Terminal Pelabuhan Teluk Lamong. Selain membangun jalan lingkar, pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan jalan bawah tanah (underpass) di jalan Mayjen Sungkono, serta merencanakan pembangunan underpass dan jalan layang (flyover) di jalan Ahmad Yani. Masalah banjir juga menjadi ancaman serius bagi warga kota. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, pemerintah kota telah membangun banyak rumah pompa yang tersebar di beberapa titik Surabaya di antaranya Mulyorejo dan Jemursari. Selain rumah pompa, pemerintah kota juga membangun banyak taman yang digunakan sebagai sumber resapan air sekaligus area berinteraksi warga, serta melakukan pembersihan dan perawatan sungai-sungai besar di Surabaya secara intensif. Untuk mengakomodir kebutuhan pejalan kaki dan wisatawan, pemerintah kota Surabaya membangun jalur sepeda di banyak jalan protokol di Surabaya, serta jalur pedestrian yang hampir merata di seluruh wilayah Surabaya.[butuh rujukan]
^Motto daerah ini bersifat implisit dan juga sempat dicantumkan dalam lambang Kota Surabaya pada masa kolonial Hindia Belanda di tahun 1906-1942.
^Lambang Kota Surabaya, ditetapkan oleh DPRS Kota Surabaya dengan Surat Keputusan No. 34/DPRS tanggal 19 Juni 1955 dan diperkuat oleh Surat Keputusan Presiden RI No. 193 tahun 1956 pada tanggal 14 Desember 1956.
^"APBD"(virtual). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 24 Juli 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-29. Diakses tanggal 25 Juli 2022.
^"DBH, DAU, DID, Otsus TA 2022"(pdf). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 24 Juli 2022. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2022-07-27. Diakses tanggal 25 Juli 2022.
^M. C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c. 1200, 2008
^Sukandar, dkk. (Desember 2016). Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur)(PDF). Surabaya: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. hlm. 1. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-31. Diakses tanggal 2023-05-19.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
This article is about the non-metropolitan district in the Midlands of England. For the associated constituency of the UK Parliament, see Amber Valley (UK Parliament constituency). For the community in Canada, see Amber Valley, Alberta. Non-metropolitan district and borough in EnglandBorough of Amber ValleyNon-metropolitan district and boroughRipley, the administrative centre of Amber Valley and the second largest settlement in the boroughShown within DerbyshireSovereign stateUnited KingdomCo...
G-numbers redirects here. For other uses, see G (number). List of G series military vehicles redirects here. For other uses, see G series. front cover G1 1930 This is the Group G series List of the United States military vehicles by (Ordnance) supply catalog designation, — one of the alpha-numeric Standard Nomenclature Lists (SNL) that were part of the overall List of the United States Army weapons by supply catalog designation, a Supply Catalog that was used by the United States Army Ordna...
Gown worn by Björk in 2001 Swan dressDesignerMarjan PejoskiYear2001 (2001)TypeWhite red carpet dress Björk at the 2001 Academy Awards, wearing her swan dress The swan dress is a dress resembling a white swan worn by the Icelandic artist Björk at the 73rd Academy Awards on March 25, 2001, as well as on the cover of her album Vespertine, photographed by Inez and Vinoodh. Designed by Marjan Pejoski, a Debenhams poll published in The Daily Telegraph in 2008 voted it the ninth-most iconic ...
This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Vancouver Learning Network – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (October 2023) (Learn how and when...
لا يزال النص الموجود في هذه الصفحة في مرحلة الترجمة إلى العربية. إذا كنت تعرف اللغة المستعملة، لا تتردد في الترجمة. حفل توزيع جوائز الأكاديمية البريطانية للأفلام الثامن والستون الجائزة British Academy Film Awards التاريخ 8 February 2015 المكان دار الأوبرا الملكية, London البلد المملكة المتحدة...
هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة إليها في مقالات متعلقة بها. (أبريل 2019) روري أرنولد معلومات شخصية الميلاد 1 يوليو 1990 (33 سنة) واجا واجا مواطنة أستراليا الطول 208 سنتيمتر الوزن 120 كيلوغرام إخوة وأخوات ريتشي أرنولد&...
Chủ đề của bài viết này có thể không thỏa mãn chỉ dẫn chung về độ nổi bật. Nếu bạn am hiểu về chủ đề của bài viết này, hãy mở rộng hoặc viết lại bài để xác lập độ nổi bật của chủ đề. Cách tốt nhất để làm điều đó là dẫn chiếu các tài liệu nói về chủ đề đã được công bố bởi các nguồn độc lập. Nếu không thể xác lập được độ nổi bật, bài viết có th
Esta página cita fontes, mas que não cobrem todo o conteúdo. Ajude a inserir referências. Conteúdo não verificável pode ser removido.—Encontre fontes: ABW • CAPES • Google (N • L • A) (Agosto de 2021) Em matemática, um difeomorfismo é um isomorfismo na categoria das variedades diferenciáveis. Ele é uma invertível que leva uma variedade diferenciável em outra, de modo que tanto a função quanto sua inversa sejam su...
سكر برةسكر برةمعلومات عامةالصنف الفني كوميديتاريخ الصدور29 مارس 2017 (2017-03-29) ( مصر)اللغة الأصلية العربيةالبلد مصرموقع التصوير مصرالطاقمالمخرج أحمد عبدالله صالحالسيناريو محمد الدرةالبطولة أميرة هانيإسلام جمالخالد عليشندى رحميإسراء عبد الفتاحالموسيقى شا
село Червона Гірка Країна Україна Область Сумська область Район Конотопський район Громада Кролевецька міська громада Код КАТОТТГ UA59020090690062661 Облікова картка Червона Гірка Основні дані Населення 136 Поштовий індекс 41330 Телефонний код +380 5453 Географічні дані Геогра...
Location of Marion County in Missouri The following properties are listed on the National Register of Historic Places in Marion County, Missouri. This is intended to be a complete list of the properties and districts on the National Register of Historic Places in Marion County, Missouri, United States. Latitude and longitude coordinates are provided for many National Register properties and districts; these locations may be seen together in a map.[1] There are 41 properties and distri...
1984 film PehlivanFilm posterDirected byZeki ÖktenWritten byFehmi YasarStarringTarık AkanCinematographyHüseyin DişiaçıkRelease date 1984 (1984) Running time98 minutesCountryTurkeyLanguageTurkish Pehlivan is a 1984 Turkish drama film directed by Zeki Ökten. It was entered into the 35th Berlin International Film Festival where Tarık Akan won an Honourable Mention.[1] Cast Tarık Akan as Bilal Yavuzer Cetinkaya Tulug Çizgen Erol Günaydin as Mestan Ahmet Kayiskesen as Bilal...
United States historic placeOld Mission DamU.S. National Register of Historic PlacesU.S. National Historic LandmarkCalifornia Historical Landmark No. 52San Diego Historic Landmark No. 2 Old Mission Dam in 2008Show map of San Diego County, CaliforniaShow map of CaliforniaShow map of the United StatesLocationMission Trails Regional Park, San Diego, CaliforniaCoordinates32°50′24″N 117°2′32″W / 32.84000°N 117.04222°W / 32.84000; -117.04222Ar...
Historic road in Ontario, Canada This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Yonge Street – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (June 2020) (Learn how and when to remove this template message) Yonge StreetYork Regional Roads 1 / 51 Yonge Street (Toronto/York section)Maintained byCity of Toronto Y...
Indian freedom activist and the wife of Mahatma Gandhi This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Kasturba Gandhi – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2016) (Learn how and when to remove this template message) Kasturba GandhiGandhi in 1915BornKasturbai Gokuldas Kapadia(1869-04-11)11 Apri...
National association football team representing Equatorial Guinea This article is about the men's team. For the women's team, see Equatorial Guinea women's national football team. Equatorial GuineaNickname(s)Nzalang Nacional (National Thunder) Los Elefantes (The Elephants)AssociationFederación Ecuatoguineana de FútbolConfederationCAF (Africa)Sub-confederationUNIFFAC (Central Africa)Head coachJuan MichaCaptainEmilio NsueMost capsFederico Bikoro (46)Top scorerEmilio Nsue (17)Home stadiumEstad...
This biography of a living person needs additional citations for verification. Please help by adding reliable sources. Contentious material about living persons that is unsourced or poorly sourced must be removed immediately from the article and its talk page, especially if potentially libelous.Find sources: John Levene – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (November 2017) (Learn how and when to remove this template message) John LeveneJohn Lev...