Krisis sandera Kizlyar–Pervomayskoye, dikenal di Rusia sebagai aksi teroris di Kizlyar (Террористический акт в Кизляре) terjadi pada Januari 1996 saat Perang Chechnya I. Yang mulainya terjadi sebagai serangan yang dilakukan secara gerilya oleh kelompok separatis Chechnya, dipimpin oleh Salman Raduyev melawan basis militer federal di dekat kota Kizlyar di Republik Dagestan berubah menjadi krisis sandera yang mengikutsertakan ribuan warga sipil, kebanyakan diantaranya segera dibebaskan. Krisis ini merupakan krisis berdarah, pertempuran mendalam antara pihak Chechnya dan pasukan khusus Rusia di desa Pervomayskoye di Dagestan, dimana kurang lebih 26 sandera dan lebih dari 200 pejuang di kedua sisi tewas.
Serangan Kizlyar dan krisis sandera
Pada 9 Januari 1996, pasukan "Serigala Tunggal" yang terdiri dari kurang lebih 200 gerilyawan Chechnya, dipimpin oleh Salman Raduyev, dicurigai bertindak atas perintah Presiden Chechnya Dzokhar Dudayev (Dudayev kemudian membantahnya), memulai serangan seperti krisis rumah sakit Budyonnovsk.[1] Kota Kizlyar di republik tetangga Dagestan terpilih sebagai target karena merupakan lokasi benteng pertama Kekaisaran Rusia dan banyak pertempuran terjadi di sana, dan karena kedekatannya dan akses yang mudah (terletak 2 mil dari perbatasan Chechnya melalui tanah datar).[1] Para gerilyawan memulai serangan itu dengan serangan malam pada basis militer federal Rusia di Kizlyar, dimana kurang lebih dua[2] atau tiga helikopter mereka hancurkan (berlawanan dengan rencana serangan mereka, hanya beberapa helikopter yang ada di sana saat itu) dan membunuh kurang lebih 33 prajurit.[1]
Pada 06:00,[3] meneruskan perjalanan pengaktifan kembali militer Rusia, pejuang Chechnya yang mundur kemudian memasuki kota itu sendiri, dimana mereka menyandera 2.000 sampai 3.400 orang[4] (menurut pernyataan resmi Rusia, waktu itu ada "tidak lebih dari 1.200 orang" disandera); sandera tersebut dikelompokkan dan ditahan di rumah sakit umum dan sebuah gedung pencakar langit.[5] Seorang komandan lapangan Khunkar-Pasha Israpilov kemudian menyatakan bahwa ia kemudian mengambil alih operasi yang ditangani Raduyev setelah misinya terakhir gagal, yang tidak hanya menghancurkan basis militer, tetapi gudang amunisi Kizlyar dan fasilitas militer dan kepolisian lainnya di dan sekitar kota tersebut.[4][6] Secara keseluruhan, kurang lebih 46 orang tewas pada 9 Januari.[3]
Semua sandera dibebaskan pada hari selanjutnya, kecuali 120 orang, setelah otoritas Rusia mengatakan bahwa para gerilyawan harus membebaskan sanderanya terlebih dahulu sebelum diantar melalui perjalanan yang aman kembali ke Chechnya, yang dikontrol oleh para separatis.[7] Pada 12 Januari, para pemberontak membebaskan wanita dan anak-anak; mereka menyatakan bahwa para lelaki akan dibebaskan setelah nama empat pejabat Rusia masuk.Tetapi, ketika politisi liberal Grigory Yavlinsky dan Yegor Gaidar langsung setuju untuk mengikuti pertukaran, mantan Jenderal Angkatan Darat Boris Gromov dan Alexander Lebed tidak ingin mengikuti pertukaran tahanan.[8]
Kesepakatan alternatif dinegosiasikan oleh Kementerian Dalam Negeri Magomed Abdurazakov: para pemberontak boleh meninggalkan wilayah itu dan kembali ke Chechnya menggunakan koridor aman, menggunakan 13 kendaraan dan termasuk 150 sandera sebagai benteng manusia untuk menghalangi penyergapan pihak Rusia selama perjalanan.[1][9] Tanpa sepengetahuan Abdurazakov, kurang lebih 150 orang Pasukan Udara Rusia telah dikirim dari ibu kota Chechnya Grozny untuk memotong konvoi tersebut sesampainya konvoi tersebut di Chechnya.[3]
Krisis sandera Pervomayskoye
Para pemberontak kemudian menuju Chechnya menggunakan 11 bus dan 2 truk, tetapi kemudian mereka dihentikan setelah mencapai perbatasan kedua republik tersebut setelah helikopter serbu Rusia kemudian menembak kendaraan awal konvoi tersebut, yang merupakan polisi Dagestan yang mengawal konvoi tersebut.[1] (Menurut beberapa laporan, sebuah jembatan dalam perbatasan ini juga diserang, sedangkan para jurnalis melihatnya secara utuh[3]). Para pemberontak Chechnya menangkap 37 anggota polisi khusus NovosibirskOMON, yang menyerahkan dirinya kepada para pemberontak pada pos pemeriksaan.[10] Konvoi tersebut kemudian berlindung ke desa terdekat, Pervomayskoye (sering pula disebut Pervomayskoe, Pervomaiskoye atau Pervomaiskoe; merupakan tempat tinggal kurang lebih 1.200 warga[11]), dimana para pemberontak menahan para sandera di sebuah sekolah setempat dan sebuah masjid dan menyiapkan posisi pertahanan, untuk menangkap para polisi dan beberapa sandera sipil untuk menggali parit perlindungan.[3][10] Berdasarkan agen pemerintah Itar-Tass, tambahan 100 sandera juga tertangkap dari kalangan warga setempat.[12]
Presiden Rusia Boris Yeltsin berbicara di sebuah TV nasional melawan penyandera, terkenal dengan ekspresinya bagaimana "38 penembak jitu"[13][14][15] seharusnya dapat melindungi desa tersebut dan melawan pemberontak. Ekspresi Yeltsin tersebut diejek kepada inti dimana ia membantah ia telah melakukannya.[16] Sebelum melakukan serangan ke desa tersebut, pejabat Rusia salah mengklaim bahwa para pemberontak di sana secara publik menggantung enam prajurit Rusia yang tertangkap.[17] Selama tiga hari, rombongan pasukan khusus Rusia dari segala kalangan, kurang lebih 500 orang, dipersenjatai (dengan dibantu oleh tank, kendaraan bersenjata, dan helikopter serbu), dan mencoba untuk memasuki desa itu. Mereka kemudian mengalami kekalahan besar (dengan 12 prajurit tewas);[18] termasuk diantaranya adalah komandan polisi khusus SOBRMoskow Kolonel Andrei Krestyaninov.[19] Beberapa komandan yang selamat juga bertempur sekeras-kerasnya.[18]
"Saya minta semua mengerti bahwa sekarang kita berada dalam situasi dimana ini bukan hanya pembebasan sandera. Jika Anda mengikuti aturan militer, tugas kita di sini adalah untuk menangkap benteng militer yang dibuat oleh sebuah kekuatan batalion di kondisi urban seperti ini. Ini adalah pembebasan sebuah kota."[20]
Jenderal FSB Alexander Mikhailov
Setelah percobaan serangan tersebut gagal, Menteri Dalam Negeri Anatoly Kulikov dan Direktur Pelayanan Keamanan Federal (FSB), Jenderal Mikhail Barsukov, mereka memberikan pernyataan yang salah bahwa para penyandera telah mengeksekusi sanderanya.[3][5] Jendral FSB Alexander Mikhailov mengumumkan bahwa para pemberontak Chechnya "telah menembak atau menggantung semua atau kebanyakan" sandera dan pasukan federal sekarang merencanakan untuk menghancurkan Pervomayskoye;[18] Perdana Menteri Rusia Viktor Chernomyrdin juga mengklaim bahwa tidak ada sandera yang hidup. Komandan Rusia kemudian memerintahkan pasukannya untuk menyerang tidak pandang bulu dengan mortir berskala tinggi, meriam, dan berbagai serangan roket. Koresponden Amerika Michael Specter menyatakan bahwa pasukan Rusia "menyerang Pervomayskoye rata-rata selama satu menit – dengan misil grad yang sama dengan yang digunakan untuk menghancurkan yang menghancurkan ibu kota Chechnya, Grozny saat konflik dimulai."[19] Specter melaporkan: "Misil tersebut jatuh dengan kekuatan mengejutkan sepanjang hari. Di kota ini, sejauh 4 mil, dimana para jurnalis digiring oleh pasukan Rusia, kaca pun pecah karena ledakan itu," menambahkan pula bahwa "[Jenderal] Mikhailov menyatakan hari ini bahwa ia menambah korban pasukan Chechnya, bukan jumlah pasukannya, tetapi jumlah lengan dan kakinya."[21] Sambil tertawa, Jenderal Barsukov, menyatakan "penggunaan roket Grad berulang-ulang hanyalah perang urat saraf" dan CNN menyebutkan bahwa "jawaban jenderal tersebut mengejek secara terbuka."[22] Pasukan Rusia dikirimkan ke desa tersebut termasuk agen FSB dari Nalchik, Alexander Litvinenko, dimana pasukan "ad-hoc" masuk di bawah tembakan bantuan dari roket Grad.[23] Kekalahan besar dan tembakan bantuan tersebut membuat mental pasukan Rusia yang kurang persiapan itu jatuh. Analis militer Rusia, Pavel Felgenhauer menyatakan bahwa "berdasarkan laporan dari para pengamat dan partisipan perang, dapat dikatakan bahwa Kementerian Dalam Negeri tengah menghadapi pemberontakan."[24] Juga dilaporkan bahwa pasukan Rusia yang mentalnya jatuh ini dipaksa untuk mengemis ke penduduk lokal, sering kali ditawari untuk menjual senjatanya untuk membeli rokok dan minuman beralkohol.[3][25]
Ketika itu, banyak sanak keluarga dari para sandera berkumpul di pos pemeriksaan keamanan yang terletak 10 kilometer dari lokasi penyanderaan menonton dengan tenang bagaimana pasukan Rusia membombardir lokasi penyanderaan tersebut dimana sanak keluarga mereka dikepung oleh serangan roket, artileri, helikopter tempur, dan jet tempur.[26][27][28] Otoritas Rusia mencoba untuk meminimalisir publikasi dengan memblokir akses menggunakan anjing penjaga, menyuruh keluar para jurnalis dan menyita peralatan mereka.[29] Anjing-anjing tersebut mencederai para jurnalis, termasuk juru kamera American Broadcasting Company dan seorang korseponden The Christian Science Monitor, dan mobil seorang reporter juga diserang oleh tentara pada pos pemeriksaan militer meskipun diizinkan untuk mengemudi di sana. Pasukan Rusia juga mengusir beberapa pekerja amal, termasuk perwakilan dari Dokter Lintas Batas dan Komite Internasional Palang Merah.[19]Reporters Without Borders secara publik memprotes intimidasi pihak keamanan di Pervomayskoye dan tidak diizinkannya para pekerja amal masuk oleh militer Rusia untuk membantu warga sipil, dan ketidakinginannya untuk mengevakuasi para korban yang terluka.[30]
Pada hari kedelapan, meskipun dibenarkan oleh Kulikov bahwa ada tiga pasukan mengepung desa tersebut, tetapi para pemberontak Chechnya diam-diam kabur pada 18 Januari 1996, pagi hari. Bersama mereka ada 20 sandera dari kalangan polisi dan beberapa warga sipil lain: beberapa gerilyawan yang terluka juga turut serta, oleh sandera yang membawa senjata, dengan 20 pemberontak yang terluka parah tidak turut serta. Kedua pihak mengalami kekalahan besar. Pimpinan kelompok Chechnya mengatakan mereka kehilangan 17 dari 40 anggota yang terbunuh saat berjuang melawan pihak Rusia, pada perjalanan menuju sebuah lapangan tambang, berdasarkan pernyataan komandannya Turpal-Ali Atgeriyev.[31] Menurut Memorial, para pemberontak Chechnya menghancurkan detasemen Brigade Independen ke-22 Spetsnaz GRU yang mencoba untuk memblokir jalannya dan membunuh hampir semuanya, termasuk pimpinan intelijen Pasukan ke-58.[32] Grup susulan dengan beberapa yang terluka dan sandera (yang kehilangan 26 orang), menurut pimpinan Aydemir Abdullayev (seorang asli Afar);[33] pengawal bagian belakang diketuai oleh Suleiman Bustayev.[34] Setelah pertempuran itu, mereka melewati sungai perbatasan menggunakan garis pipa dan berlari melalui stepa beku, mencoba untuk berlari dengan aman sebelum senja, dan kebanyakan pejuang Chechnya terbunuh oleh pemberondongan menggunakan helikopter Mi-24 pada pengejaran berikutnya. Hanya tiga atau empat sandera tewas dan beberapa mencoba untuk kabur atau tersesat dalam kekacauan (termasuk para pemberontak).
Pada saat yang sama, 200 sampai 300 gerilyawan tambahan sampai di kawasan tersebut dari perbatasan Chechnya, dimana kebanyakan dari para pemberontak tersebut berkelompok, di bawah komando Maksud Ingulbayev, telah dipanggil ke Dudayev. Untuk membantu kepindahan tersebut, mereka melakukan sebuah serangan terpisah kepada prajurit Rusia dari belakang,[28] menemukan sebuah bangunan sekolah yang digunakan oleh pasukan federal di desa tetangga Sovetskoye, hanya beberapa kilometer jauhnya dari Pervomayskoye. Pasukan bantuan Chechnya, seperti detasemen Raduyev awalnya, telah dalam perjalanan menuju daerah yang dikontrol pasukan Rusia, Chechnya dan Dagestan, tanpa diketahui, dan pejabat Rusia kemudian mencurigai para penduduk dua desa tetangga karena bekerjasama dengan pemberontak.
Setelah itu, pasukan Rusia datang ke sebuah desa yang hancur, diserang oleh beberapa pasukan Chechnya, warga sipil Dagestan, dan bala tentara Rusia. Setelah pertempuran itu selesai, seorang tentara Rusia tanpa disengaja menembakkan sebuah meriam ke kendaraan infantri BMP-1 miliknya, mengenai mobil bersenjata lainnya dan sisanya mendarat di tengah pasukan elit Grup Alpha FSB, menewaskan dua komandan dan mencederai tiga lainnya.[35] Pemberontak Chechnya mengklaim bahwa mereka masih menahan 60 sandera lain, telah mengevakuasi mereka ke kota lain yang dikontrol oleh para separatis, Novogroznensky (Novogrozny) di Distrik Gudermessky, masih di Chechnya.[26]
Korban
Dakwaan oleh jaksa Rusia kepada Raduyev pada Januari 1996 menyebutkan bahwa 37 orang pasukan Rusia dan 41 warga sipil terbunuh di Pervomayskoye.[36] Menurut Yeltsin, 82 sandera berhasil diselamatkan,[37] tetapi Chernomyrdin menyatakan bahwa hanya 42 sandera yang diselamatkan.[10] Data penuh tentang korban dari kalangan sipil jumlahnya tidak pasti, karena tentara Rusia tidak mengizinkan para jurnalis untuk masuk ke desa selama serangan dan pengawas independen hanya boleh masuk apabila tubuh warga sipil telah dibersihkan.[38]
Kepala staf separatis Chechnya, Aslan Maskhadov menyatakan bahwa 90 pemberontak Chechnya meninggal pada krisis ini,[39] dimana Yeltsin mengumumkan bahwa 153 pemberontak Chechnya telah terbunuh dan 30 orang telah ditangkap.[10][17] Analis Barat memperkirakan bahwa 96 pemberontak Chechnya tewas dan kurang lebih 26 warga sipil terbunuh, termasuk 200 korban federal (termasuk 3 orang yang terbunuh di Kizlyar).[40] Sandera yang telah dievakuasi oleh pemberontak Chechnya dari Pervomayskoye termasuk di antaranya 12 prajurit ditemukan dan para perwira polisi.
Pada 19 Januari, Raduyev mengusulkan untuk menukar sandera polisi dengan pemberontak yang terluka yang tertinggal. Para pemberontak juga mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan sandera kepada otoritas Dagestan. Resolusi khusus yang dikeluarkan oleh Duma Negara memberikan amnesti kepada 11 gerilyawan yang tertangkap, yang kemudian ditukar dengan para polisi Novosibirsk yang ditangkap di Pervomayskoye (sebuah laporan dari CNN menyatakan para tahanan itu adalah "12 prajurit Rusia dan 6 perwira polisi"[41]).[42] Pada 27 Januari, mayat dari 26 pemberontak Chechnya ditukarkan dengan para sandera sipil[43] dan dikembalikan otoritas Rusia melalui perantara Dagestan, dimakamkan di Pemakaman Desa Tsotsin-Yurt (dikatakan sebagai tempat suci karena ini merupakan pemakaman 400 pemberontak Chechnya yang terbunuh saat berperang melawan pasukan Rusia selama Perang Sipil Rusia pada 1919).[44] Ketika itu, sandera yang telah "dibebaskan" di Pervomayskoye kembali ditahan di titik penyaringan di kondisi Rusia yang menurun.[24]
Pengaruh
Pemerintah Rusia bereaksi tentang "pembebasan Pervomayskoye" dengan pernyataan kemenangan dan militan. Yeltsin awalnya menyatakan bahwa "semua penjahat telah dihancurkan, meskipun ada beberapa diantaranya yang masih bersembunyi di bawah tanah."[24] Ia juga menyatakan bahwa operasi ini telah "direncanakan dan dilaksanakan dengan benar"[17] dan "selesai dengan kehilangan kecil sandera dan rakyat kita sendiri."[45] Chernomyrdin menyatakan: "Telah jelas ke semuanya bahwa tidak ada intinya jika berbicara dengan orang-orang ini [pemberontak Chechnya]. Mereka bukanlah orang yang dapat kalian ajak negosiasi."[3]Menteri Pertahanan Amerika Serikat, William Perry juga memberikan pernyataan solidaritas kepada pemerintahan Yeltsin, menyatakan bahwa Rusia telah membenarkan penggunaan pasukan militer sebagai respon atas penyanderaan.[37]
Tetapi, operasi ini memberikan dampak besar di Dagestan, juga seluruh Rusia, terutama di lingkaran liberal. Yavlinsky menyatakan: "Ini adalah saatnya berkaca kepada fakta bahwa kita sekarang berada di perang sipil di Rusia. Ini bukan krisis sandera. Ini adalah perang tanpa harapan, dan ini dimulai oleh Boris Yeltsin."[3] Ketua komisioner hak asasi manusia Yeltsin, Sergei Kovalev, mengundurkan diri dari semua jabatan dan tugasnya di kursi kepresidenan sebagai protes terhadap "tindakan penghukuman yang kejam", dimana Gaidar tengah menyusun sebuah surat yang menyatakan bahwa Yeltsin tidak boleh mencalonkan diri pada pemilihan umum presiden baru.[24] Jajak pendapat yang dipublikasikan pada 19 Januari juga menyatakan 75% responden di Moskow dan Saint Petersburg percaya bahwa semua "menteri yang berkuasa" harus mengundurkan diri.[24]
"Pasukan federal Rusia gagal menjalankan operasinya di Pervomayskoye untuk membebaskan sandera bukan hanya gagal mencapai tujuan pemerintah tetapi membawa desa itu ke kehancuran. Kekuatan dan metode operasi Rusia di Gudermes dan Pervomayskoye, juga banyaknya korban sipil, adalah inti dari pengabaian total kepada keamanan dan keselamatan para sandera pada pelanggaran nyata hukum hak asasi internasional."[46]
Penanganan insiden ini juga dikritik oleh para jurnalis Rusia dan internasional, organisasi kemanusiaan, dan kelompok hak asasi manusia. Semua saksi pers Rusia dari pembunuhan massal itu (termasuk korseponden Izvestia Valery Yakov yang menyaksikan pertempuran secara langsung di desa itu[3]) menyatakan operasi itu sebagai kacau, terlalu banyak pasukan, dan ceroboh di Pervomayskoye; Felgenhauer menulis bahwa pasukan yang terlibat "kurang koordinasi".[17]The New York Times berkomentar: "Semua pertumpahan darah dan kebingungan ini betul-betul dirancang di Moskow menggunakan propaganda cara Soviet, termasuk klaim yang salah tentang kehilangan kecil Rusia dan penyisihan pasukan musuh. Penggunaan pasukan melawan terorisme harus sepadan dengan ancaman dan harus dilaksanakan dengan batas yang dapat meminimalisir korban tewas. Tindakan militer harus diikuti dengan merahasiakan betul konflik ini beserta korbannya. Serangan mematikan di Pervomayskoye tidak memenuhi kriteria tersebut."[47]
Krisis sandera tersebut membuat pemberontak Chechnya terpecah, dan Salman Raduyev dikhianati oleh pimpinan utama pemberontak Chechnya.[26] Pejuang asing asal Polandia Mirosław Kuleba (Mehmed Borz), yang menemui Raduyev dua bulan setelah krisis, ini memungkinkan Raduyev untuk memicu perang sipil yang lebih luas di Dagestan (Kuleba menulis bahwa Raduyev ingin mencoba untuk bersembunyi dalam percakapan yang mendapatkan rumah sakit dan membawa para sandera betul-betul direncanakan dan bukan merupakan ukuran putus asa).[48] Pada Maret 1996, Raduyev tertembak di kepala dimana banyak laporan menyatakan bahwa itu merupakan penyergapan oleh gerilyawan musuh dan dilaporkan terbunuh.[49] Ia masih hidup (kepalanya yang pecah direkonstruksi menggunakan pelat besi) seiring kematian Dudayev dan merupakan pimpinan yang tegar dan mentalnya tidak stabil dari pasukan pribadinya "Laskar Jenderal Dudayev" setelah perang.
Raduyev kemudian ditangkap oleh warga Rusia pada Perang Chechnya II pada 2000 dan 2001 dan ia divonis seumur hidup; ia meninggal pada koloni tahanan tahun 2002. Pada tahun yang sama, Atgeriyev (divonis 15 tahun penjara) juga meninggal di penjara; mereka berdua meninggal karena alasan misterius.[50] Kurang lebih dua partisipan serangan lainnya juga didakwa pada tahun 2000-an, meskipun mereka diberikan amnesti pada tahun 1996 – Aslanbek Alkhazurov ditahan selama 5 tahun (ia meninggal di penjara tahun 2004[51]) dan Husein Gaisumov selama delapan tahun.[52] Bersama beberapa komandan Chechnya lainnya di Pervomayskoye, Israpilov terbunuh tahun 2000 saat memimpin dari Grozny (ia maju untuk membersihkan jalan melalui lapangan tambang sendiri, bersama komandan lainnya),[53] saat Bustayev meninggalkan Chechnya untuk tinggal sebagai pengungsi di Uni Eropa, dimana ia aktif di pemerintahan dalam pengasingan Chechnya yang dipimpin oleh Akhmed Zakhayev.
Ketika otoritas Turki mengatasi secara efektif pembajakan kapal feri berbendera Panama Avrazya, tertangkap pada 16 Januari kelompok berisi sembilan warga Turki berketurunan Kaukasia yang merupakan simpatisan pemberontak di Pervomayskoye. Dalam komunikasi konstan dan negosiasi dengan para pembajak dan mengindahkan perintah Rusia untuk melakukan aksi keras, otoritas Turki berhasil mengamankan para sandera (177 penumpang yang mayoritas warga Rusia dan 55 awak kapal dari Turki), tanpa ada satupun yang terluka dan para pemberontak menyerah tanpa adanya pertumpahan darah.[54]
Pada penyanderaan lain yang terjadi pada 1997, 29 pegawai perkakas pemanasan di Kirov (dekat Grozny), kebanyakan terdiri dari para insinyur dari Rusia, diculik untuk tebusan oleh kelompok Arbi Barayev. 38 warga sipil lainnya, kebanyakan etnis Rusia, juga diculik pada serangan seminggu sebelumnya di Distrik Achkhoy-Martanovsky yang dikontrol oleh pemberontak Chechnya, dan menawarkan pertukaran dengan pemberontak Chechnya yang berada dalam tahanan dan beberapa warga sipil Chechnya di "kamp penyisihan" dan kebebasannya juga dinegosiasikan kemudian pada bulan yang sama.[55]