Cuaca ekstrem menyebabkan hujan lebat, angin kencang, dan longsor
Peserta/Pihak terlibat
19 orang
Tewas
4 orang (1 remaja, 2 dewasa, 1 lansia)
Cedera
10 orang (3 anak-anak, 6 dewasa, 1 lansia)
Hilang
2 orang (1 balita, 1 remaja)
Kerugian harta benda
4 rumah rusak berat (1 hanyut ke sungai, 3 tertimbun) 2 mobil pikap & box rusak berat talud jalan nasional rusak berat kerusakan tanggul
Data diperbarui per 9 Januari 2023
Jl. Poros Maros–Bone, Desa Rompegading, Kabupaten Maros
Titik longsor pada peta Pulau Sulawesi
Longsor Maros 2022 (aksara Lontara dalam bahasa Bugis: ᨈᨊ ᨒᨚᨔᨚᨑᨚ ᨆᨑᨘ 2022, transliterasi: Tana Longsoro' Maru' 2022; dalam bahasa Makassar: ᨅᨘᨈ ᨈᨔᨚᨔᨚᨑᨚ ᨆᨑᨘᨔᨘ 2022, transliterasi: Butta Tasossoro' Marusu' 2022) adalah bencana alam berupa tanah longsor yang terjadi di ruas jalan nasional, yakni Jl. Poros Maros–Bone dan permukiman penduduk di Dusun Moncong Jai, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada 27 Desember 2022 sekitar pukul 17.00 WITA. Sebanyak 19 orang terdampak material tanah longsor di lokasi kejadian, 3 orang selamat tanpa luka-luka, 10 orang mengalami luka ringan hingga sedang dan dirawat secara intensif di Puskesmas Cenrana. Adapun 4 orang telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dan 2 orang lainnya dinyatakan hilang.
Latar belakang & penyebab
Dusun Moncong Jai di Desa Rompegading adalah sebagian wilayahnya berupa Kawasan Hutan Palanro yang merupakan Kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin dan dekat dengan area Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Dari pusat ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, kawasan Hutan Pendidikan tersebut berjarak 65 km, sedangkan dari pusat kota Kabupaten Maros berjarak sekitar 34 km. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 90 menit dari Kota Makassar. Luas kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin berdasarkan SK.86/MENHUT-II/2005 seluas 1.300 ha. Berdasarkan kedudukan geografis, kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin terletak pada 119°44'34"–119°46'17" Bujur Timur dan 04°58'7"–05°00'30" Lintang Selatan. Adapun luas kawasan hutan Palanro yaitu tempat penelitian ini dilakukan seluas ± 21 ha.
Adapun batas-batas Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin secara umum, adalah sebagai berikut:
Menurut letak dan topografinya, kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin secara umum berada pada ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut, dengan keadaaan lapangan berbukit, bergunung-gunung di bagian utara dan barat, semakin ke Timur dan Selatan dari datar sampai bergelombang. Berdasarkan peta topografi skala 1:100.000 maka keadaan lapangan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Daerah datar dengan kemiringan < 3% terdapat pada sekitar jalan raya dan kampung di sebelah Timur.
b. Daerah landai sampai berombak dengan kemiringan 3% - 10% terdapat pada bagian Tengah.
c. Daerah berbukit dengan kemiringan 10% - 30% terdapat pada bagian Timur dan Selatan.
d. Daerah bergunung dengan kemiringan > 30% terdapat pada bagian Barat dan Utara.
Bahan induk tanah merupakan batuan tuff yang berasal dari gunung berapi. Sedangkan bahan kapur yang berasal dari batu karang mencakup porsi yang kecil dari wilayah hutan ini. Tanah Latosol dan Mediteran yang berkembang dari bahan tuff asam merupakan dua jenis tanah utama yang ditemukan dalam areal ini khususnya pada areal yang landai dan datar. Kedua jenis tanah ini mempunyai kedalaman rata-rata lebih dari 100 cm. Kawasan hutan Palanro terletak pada lokasi yang berbukit dengan topografi yang curam. Tanah pada kawasan Hutan Palanro merupakan tanah Litosol dengan solum dangkal.
Topografi yang berbukit dan bergunung-gunung serta kerawanan tanah yang labil menjadi pemicu longsor ini. Beberapa longsor sebelumnya telah terjadi di sekitar Jl. Poros Maros–Bone hanya saja tidak ada korban jiwa dari longsor kali ini. Dalam kunjungan Gubernur Sulawesi Selatan di lokasi longsor pada 29 Desember 2022, ia mengasumsikan dan mempertanyakan keberadaan adanya aliran air dan sungai di atas tebing. Dan praktik pembukaan lahan untuk pertanian sebagai salah satu pemicu longsor.
Pada 21 Desember 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV mengeluarkan imbauan peringatan dini cuaca di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang bakal terjadi pada 23-25 Desember 2022. Prakiraan tanggal 23-25 Desember 2022, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Sulawesi Selatan bagian barat meliputi Kabupaten Pinrang, Kota Parepare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten Maros, Kota Makassar, dan Kabupaten Takalar. Kemudian, wilayah Sulawesi Selatan bagian tengah meliputi Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Gowa. Wilayah Sulawesi Selatan bagian selatan meliputi Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Kepulauan Selayar. Serta potensi angin kencang di pesisir barat dan selatan Sulawesi Selatan. Penyebab cuaca ekstrem tersebut, berdasarkan hasil monitoring perkembangan dinamika atmosfer terkini menunjukkan indikasi adanya potensi peningkatan curah hujan di wilayah Sulawesi Selatan. Analisis model cuaca menunjukkan kelembapan udara lapisan atas hingga ketinggian 500 mb dalam kondisi basah (70-100%). Menyikapi kondisi tersebut diharapkan para pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat dapat meningkatkan kesiap-siagaan terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Dampak tersebut antara lain banjir/genangan, banjir bandang, banjir rob, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan keterlambatan jadwal penerbangan/pelayaran. Masyarakat diharapkan selalu mengikuti informasi dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi dapat dilakukan dengan baik.
Dampak
Korban
Jumlah korban jiwa yang telah dikonfirmasi berjumlah 4 orang. Selain itu, masih terdapat 2 korban hilang, dan 10 korban luka ringan hingga sedang. 19 orang terdampak akibat bencana ini, serta beberapa orang terpaksa mengungsi, kemudian direlokasi.
Kerugian
Belum ada pemberitahuan secara resmi nilai total kerugian dari bencana ini, namun dilansir dari beberapa sumber terdapat kerusakan 4 unit rumah, 2 unit kendaraan mobil, infrastruktur berupa talud dan tanggul. Selain itu, terdapat beberapa kerugian dari pengguna jalan akibat terjebak macet menutup jalan selama 18 jam yang hendak menuju bandara dan beberapa kendaraan mengangkut bahan sembako.
Longsor
Longsor berlangsung di tempat kejadian pada Selasa, 27 Desember 2022 sekitar pukul 17.00 WITA. Longsor yang terjadi di Dusun Moncong Jai, Kabupaten Maros ini diawali oleh kondisi cuaca ekstrem dengan munculnya hujan lebat yang menimbulkan longsoran sebelah utara pada tebing tanah dan bebatuan besar pada ketinggian sekitar 50 meter. Material longsoran tersebut menerjang dan terus menuruni perbukitan yang di bawahnya adalah area ruas jalan nasional dan permukiman penduduk. Tiga unit rumah mengalami rusak dan tertimbun, 1 unit rumah terseret bersama material longsor ke bawah aliran sungai, 2 unit kendaraan berupa mobil box dan pikap yang sedang parkir rusak parah terkena material longsor dan terbawa ke anak sungai Walanae. Sepanjang 50 meter ruas jalan nasional tertutup oleh material longsor (tanah dan batuan) dengan ketebalan 1-4 meter.
Respons
Pemda Maros
Pascalongsor, bupati Maros mengerahkan OPD-OPD terkait untuk membantu korban longsor. Dalam kunjungannya di lokasi longsor pada 29 Desember 2022, bupati Maros akan merelokasi rumah-rumah warga yang terdampak ke tempat yang lebih aman.
Gubernur Sulawesi Selatan
Lewat Instagramnya, Andi Sudirman Sulaiman melakukan gerak cepat pascalongsor melalui Tim Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sulawesi Selatan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR. Pembukaan jalan yang tertimbun material longsor menghabiskan waktu 18 jam. Berbagai pihak, yakni Pemerintah Daerah Kabupaten Maros, Kodim 1422/Maros, Polres Maros, dan stakeholders terus melakukan pencarian korban hilang. Gubernur Sulawesi Selatan menyampaikan duka citanya yang mendalam kepada keluarga dari korban yang meninggal. Bantuan santunan kematian Rp. 60 juta diberikan oleh gubernur. Upaya relokasi rumah para korban longsor sedang dalam perencanaan.
Eks menteri pertanian
Eks menteri pertanian RI periode 2014–2019, Andi Amran Sulaiman selaku Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan pemilik PT Tiran Group mengunjungi korban bencana tanah longsor pada 31 Desember 2022. Ia menyampaikan rasa duka dan keprihatinan atas musibah longsor yang menimpa warga, kemudian memberi bantuan logistik dan menyaksikan langsung proses perbaikan tanggul sungai yang longsor. Ia bertemu dan menggendong Alif, bocah berusia 5 tahun yang menjadi korban longsor yang selamat. Alif diketemukan oleh warga saat berpegangan pada sebatang pohon sekitar bantaran sungai. Namun kakek (Rimang) dan ayah dari Alif (Ilham) ditemukan meninggal dunia, sementara ibu (Emi) dan ketiga saudaranya dalam status korban hilang yang masih dalam pencarian hingga saat ini. Alif mengaku melihat sang ibu hanyut di depan matanya. Di hadapan Alif, Andi Amran Sulaiman memberikan bungkusan yang isinya dana cash untuk membeli mainan. Ia juga memutuskan untuk membiayai pendidikan Alif hingga dewasa nanti.[2]
Saat berkunjung ke lokasi longsor, Andi Amran Sulaiman (AAS) didampingi Bupati Maros, Chaidir Syam, Wakil Bupati Suhartina Bohari, Dandim 1422/Maros Kol. Inf. Muhammad Hujairin, M.Si, Kapolsek Camba, Iptu Mappiare dan Camat Cenrana, Ismail Madjid. Kunjungan Tim Kemanusiaan IKA UNHAS-AAS Foundation yang dipimpin langsung Ketum AAS merupakan lanjutan kegiatan sebelumnya, Jumat 30 Desember 2022. Rencananya kegiatan ini akanterus berlanjut untuk menyalurkan 17 ribu pcs paket bantuan. Pada kunjungan Tim Kemanusiaan IKA UNHAS-AAS Foundation ini telah tersalur 4.700 pcs paket bantuan. Terdiri dari 3.000 paket makanan siap saji, dan 1.700 pcs paket kebutuhan pokok seperti mie instan, sabun, gula pasir, minuman, dll. Sebagian bantuan langsung dibawa ke lokasi longsor, sebagian lagi diantar ke Posko Induk Penanganan Bencana, Gedung Serba Guna, Kabupaten Maros. Adapun Tim Kemanusiaan IKA UNHAS-AAS Foundation yang menyertai Ketum antara lain Sekjen Yusran Jusuf, Waketum Andi Irwan Patawari, Waketum Andi Irfan AB, Wakil Sekjen Iqbal Samad Suhaeb, Wakil Bendahara Ady Ansar, Ilham (Ilo) Rasyid, Suwardi Thahir, Andi Amri, Husni Thamrin Suharman, Irwan Ade Saputra, Saharuddin Ridwan, Ichi Indrawan, Fadlan Ahmad, M. Ruslan, Lukman, Mursalim, Bau Irfan, Misda, Fitra, dan Mursalim Tawang.[2]
Garis waktu
27 Desember 2022
Hujan lebat mengguyur
Tebing setinggi 50 meter mengalami longsor sekitar pukul 17.00 WITA
Empat rumah warga tertimbun material longsor
Akses ruas jalan nasional tertutupi material longsor sehingga menyebabkan kemacetan
Dua unit mobil sedang parkir di pekarangan rumah warga yang terdampak diterjang material longsor. Mobil kemudian terjatuh ke sungai dan terbawa arus.
Warga setempat berhasil mengevakuasi, mengangkat, dan menyelamatkan 10 orang, dan kemudian dibawa ke Puskesmas terdekat (Puskesmas Cenrana).
Sepuluh korban selamat dalam musibah bencana longsor menjalani perawatan intensif di Puskesmas Cenrana. Kesepuluh korban ini mengalami luka ringan, namun masih terlihat trauma dengan kejadian tersebut.
Enam korban lainnya dinyatakan hilang dan dalam pencarian.
Kondisi cuaca di lokasi tersebut masih diguyur hujan deras.
Dilakukan penutupan akses jalan sementara di perlintasan Jl. Poros Maros–Bone guna mencegah penumpukan volume kendaraan.
Dilakukan pengalihan jalan di Jalan Bulu Dua, Kabupaten Barru (Jl. Poros Barru-Soppeng) sebagai jalan alternatif.
Mulai dilakukan pengangkatan material longsor di ruas jalan nasional sekitar pukul 18.30 WITA.
Petugas dari Dinas PUPR Sulsel dan BBPJN Sulsel KemenPUPR bekerja membersihkan material longsor hingga tengah malam.
28 Desember 2022
Pada pagi sekitar pukul 8.30 WITA, tim SAR gabungan menemukan dan mengidentifikasi seorang korban meninggal bernama Ilham berusia 48 tahun
Terjadi kemacetan panjang baik arah menuju Kabupaten Bone maupun arah menuju Kota Makassar
Material longsor di ruas jalan nasional berhasil dihilangkan setelah selama 18 jam pengangkatan material
Akses jalan kembali terbuka, setelah petugas dari berbagai instansi dan relawan membuka jalur menggunakan alat berat. Kendaraan dapat melintasi dengan sistem buka tutup.
Hari ketiga dilakukan pencarian korban yang hilang sebanyak 5 orang
Gubernur Sulawesi Selatan mengusulkan akan melakukan langkah mitigasi
30 Desember 2022
Tim SAR gabungan menemukan seorang korban meninggal bernama Daeng Rimang berusia 80 tahun. Korban ditemukan oleh tim gabungan tepat di bawah reruntuhan tanah longsor.
31 Desember 2022
Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Andi Amran Sulaiman bersama Sekjen IKA Unhas Yusran Jusuf, Wakil Ketua IKA Unhas Ady Ansar, anggota DPRD Sulsel Andi Muhammad Irfan AB, Bupati Maros Chaidir Syam, Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari dan jajaran Pengurus Pusat IKA Unhas berkunjung ke lokasi tanah longsor. IKA Unhas bersama AAS Foundation menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya warga akibat bencana tanah longsor dan menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa ribuan paket makanan ke lokasi bencana longsor. Paket makanan yang disalurkan antara lain berisi makanan siap saji, mie instan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.[4]
IKA Unhas mengusulkan dan akan membantu reboisasi lahan longsor. Andi Amran Sulaiman mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama menyelesaikan tanah longsor yang ada di Kabupaten Maros. Ia menegaskan bahwa lokasi longsor ini melewati jalan poros dari Kota Makassar, Kabupaten Maros menuju ke Kabupaten Bone, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, dan Kabupaten Sinjai.
Dua unit mobil yang hanyut tersapu material longsor berhasil dievakuasi Tim SAR gabungan. Kedua mobil itu ditemukan dalam kondisi rusak parah, setelah terseret sejauh 1 kilometer, dari lokasi longsor.
1 Januari 2023
Memasuki hari ke enam pascalongsor, empat korban yang dinyatakan hilang masih belum ditemukan. Empat korban hilang tersebut, yakni Emi (47 tahun), Dilla (16 tahun), Adel (12 tahun), dan Cellung (2 tahun). Pencarian dilakukan dengan menyusur aliran sungai menggunakan perahu karet.
Tim SAR gabungan melakukan pembersihan material longsor dan pencarian di sekitar rumah korban.
Tim SAR gabungan melakukan penyisiran dan susur sungai di Kelurahan Mario, Dusun Parrang sampai Dusun Padangalla.
Tim SAR gabungan melakukan penyisiran aliran sungai di sekitar lokasi longsor. Para korban diduga hanyut terseret arus karena lokasi longsor berdampingan dengan sungai.[5]
2 Januari 2023
Pencarian telah dilakukan selama 7 hari dengan menyisir aliran sungai sejauh 50 kilometer dan melibatkan sebanyak 39 relawan dari berbagai instansi dan organisasi.
Meski pencarian telah dihentikan, namun apabila didapati informasi terkait dengan keberadaan korban, maka pihak tersebut diminta melapor kepada Koramil, Polsek, atau pemerintah setempat.
7 Januari 2023
2 dari 4 korban yang dinyatakan hilang sebelumnya diketemukan oleh warga setempat dalam keadaan meninggal dunia.
Jenazah korban yang pertama ditemukan di pinggiran Sungai Walanae, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone oleh warga setempat. Saat itu warga sedang mengecek jaring ikannya.
Tak berselang lama, kembali dilaporkan penemuan jenazah di Desa Padaelo, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros yang berbatasan dengan Kabupaten Bone.
8 Januari 2023
Tim DVI Biddokkes Polda Sulsel melakukan identifikasi kedua jenazah korban. Tim DVI dipimpin Kaur DVI Biddokkes Polda Sulsel Kompol Abd. Rahman didampingi dokter ahli forensik dr. Deny Mathius di RSUD dr. La Palaloi.
Dari hasil identifikasi ditemukan identitas korban berdasarkan dari pemeriksaan ante mortem dan post mortem dinyatakan bahwa kedua korban merupakan korban longsor di Desa Rompegading dan hanyut terbawa arus sungai. Jenazah yang ditemukan warga di Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone bernama Nurhikmah alias Adel (12 tahun) dan yang ditemukan di Desa Padaelo, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros bernama Emi (47 tahun). Kedua jenazah berjenis kelamin perempuan masih dapat dikenali dari ciri primer dan sekunder.[7]
Jenazah yang pertama bernama Emi dengan data sekunder terdapat kalung yang masih terpakai dan ciri-ciri medis pada tubuh jenazah.
Jenazah kedua bernama Nurhikmah alias Adel usia 12 tahun dengan data sekunder terdapat gelang tali dan kalung hitam yang masih melekat dan ciri medis di tubuh jenazah kedua tersebut.[8]
Daftar korban
Cedera
Andikar (laki-laki, 16 tahun), luka terbuka pada tumit
Halma (perempuan, 19 tahun), luka lecet pada kaki dan lutut
Ali (laki-laki, 5 tahun), luka lecet pada dagu
Hasma (perempuan, 45 tahun), luka lecet pada kaki dan tangan
Aliyah (perempuan, 8 tahun), luka lecet pada tangan dan lutut
Mimang (perempuan, 70 tahun), luka lecet pada betis dan lutut
Hadija (perempuan, 27 tahun), sakit pada kaki kanan
Ayu Fika (perempuan, 14 tahun), luka lecet pada dagu dan kepala sebelah kiri
Ridwan (laki-laki, 37 tahun), luka robek pada pergelangan tangan kiri dan tertusuk paku pada kaki kanan tembus ke punggung kaki
Ainun (perempuan, 2 tahun), tidak ada keluhan
Meninggal
Ilham (laki-laki, 48 tahun)
Daeng Rimang (laki-laki, 80 tahun)
Emi (perempuan, 47 tahun)
Nurhikmah "Adel" (perempuan, 12 tahun)
Hilang
Dilla (perempuan, 16 tahun)
Chairul "Cellung" (laki-laki, 2 tahun)
Kendala pencarian korban hilang
Tim SAR gabungan mengalami kendala dengan cuaca dan medan yang berat. Pihaknya sudah menyusuri sungai dan hingga berjalan kaki sejauh 24 kilometer. Lebar dan panjang sungai terlampau jauh, ditambah medan sungai yang berbatu menyulitkan tim SAR gabungan memindai sepanjang aliran sungai yang dilewati. Arus sungai yang dilewati berarus deras, sehingga tim SAR gabungan mesti ekstra hati-hati saat menyusuri sungai. Lalu kondisi cuaca di sekitar lokasi yang diguyur hujan membuat tim SAR gabungan harus ekstra hati-hati melakukan penggalian dan penyisiran.[9]
Berbagai upaya telah dilakukan dengan menggunakan alat berat, seperti ekskavator untuk membersihkan sisa tanah longsor. Menggali menggunakan alat manual, menyisir sungai menggunakan perahu karet hingga berjalan kaki sampai puluhan kilometer. Dari tujuh hari pencarian, hanya dua orang yang ditemukan meninggal dunia, yakni llham (48 tahun) dan Daeng Rimang (80 tahun). Tim SAR gabungan menjelaskan kendala yang terjadi di lapangan adalah kuatnya arus sungai. Selain itu, kondisi cuaca di sekitar lokasi yang diguyur hujan membuat tim SAR gabungan harus ekstra hati-hati melakukan penggalian dan penyisiran. Seluruh material longsoran yang menimpa 4 rumah sudah dibersihkan, namun tidak ditemukan keberadaan korban lainnya. Kuat dugaan, korban terbawa arus sungai yang tepat berada di belakang rumah lokasi terjadinya longsoran.[10]
Pada 7 Januari 2023, 2 dari 4 korban yang dinyatakan hilang sebelumnya ditemukan dalam kedaan meninggal dunia. Kedua korban tersebut adalah Emi (perempuan, 47 tahun) dan Nurhikmah "Adel" (perempuan, 12 tahun).