Tim yang didirikan pada tahun 1963 oleh pembalap mobil profesional dari Selandia Baru, yaitu Bruce McLaren, ini berhasil memenangkan Grand Prix pertamanya pada Grand Prix Belgia 1968. Namun, kesuksesan awal mereka justru terjadi di Can-Am antara tahun 1967 dan 1971 ketika tim McLaren mendominasi kejuaraan tersebut. Tim McLaren terus melanjutkan kesuksesan di negara Amerika Serikat dengan keberhasilannya memenangkan ajang Indianapolis 500 oleh Mark Donohue pada musim 1972, dan Johnny Rutherford pada musim 1974 dan 1976. Setelah Bruce McLaren meninggal dunia akibat mengalami kecelakaan dalam sebuah sesi pengujian pada 1970, Teddy Mayer mengambil alih kepemimpinan tim hingga mereka berhasil meraih gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor Formula Satu pertamanya pada musim 1974. Emerson Fittipaldi dan James Hunt kemudian berhasil memenangi gelar Kejuaraan Dunia Pembalap, masing-masing pada musim 1974 dan 1976. Tahun 1974 juga menjadi awal kerja sama jangka panjang antara tim McLaren dengan sponsor rokok Marlboro.
Pada musim 1981, tim McLaren melebur menjadi satu dengan tim Project Four Racing milik Ron Dennis. Dennis kemudian menjabat sebagai kepala tim dan membeli kepemilikan tim McLaren. Peristiwa ini menandai dimulainya era paling sukses mereka yang memenangi total tujuh gelar Kejuaraan Dunia Pembalap oleh pembalap Niki Lauda, Alain Prost, dan Ayrton Senna dan enam gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan menggunakan mesin Porsche dan Honda. Kombinasi pembalap Prost dan Senna mampu mendominasi balapan—mereka memenangi hampir semua balapan pada musim 1988—tetapi Prost pada akhirnya bergabung ke tim Ferrari karena persaingan tersebut. Tim Williams yang sama-sama berasal dari Inggris merupakan rival yang paling konsisten pada periode ini, dengan memenangi gelar kejuaraan dunia konstruktor pada musim 1984 dan 1994. Pada pertengahan dasawarsa 1990-an, Honda mundur dari partisipasinya di dalam ajang Formula Satu, Senna pindah ke tim Williams, dan tim McLaren menjalani tiga musim tanpa kemenangan. Tim McLaren baru kembali memenangi gelar Kejuaraan Dunia pada musim 1998 and 1999 bersama dengan mesin Mercedes-Benz, sponsor West, mantan perancang mobil tim Williams, yaitu Adrian Newey, dan pembalap Mika Häkkinen. Pada tahun 2000-an, tim ini menjadi tim papan atas dengan pembalap Lewis Hamilton meraih gelar juara dunia pada musim 2008.
Ron Dennis pensiun dari posisinya sebagai kepala tim McLaren pada tahun 2009, dan menyerahkan posisinya kepada karyawan lama tim McLaren, yaitu Martin Whitmarsh. Di penghujung tahun 2013, setelah musim terburuk bagi tim sejak musim 2004, Whitmarsh digulingkan. Tim McLaren mengumumkan pada tahun 2013 bahwa mereka akan menggunakan mesin Honda mulai dari tahun 2015 dan seterusnya, menggantikan posisi Mercedes-Benz.[1] Tim ini berlomba sebagai McLaren Honda untuk yang pertama kalinya sejak musim 1992 di Grand Prix Australia 2015. Pada bulan September 2017, tim McLaren secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui pasokan mesin dengan Renault, mulai dari musim 2018 hingga musim 2020. Tim McLaren kembali lagi menggunakan mesin Mercedes-Benz mulai dari musim 2021 hingga setidaknya musim 2030.[2][3]
Setelah pada awalnya kembali lagi ke dalam ajang Indianapolis 500 di musim 2017 sebagai pendukung bagi tim Andretti Autosport untuk menjalankan Fernando Alonso dan kemudian di musim 2019 sebagai entri independen, tim McLaren secara resmi mengumumkan pada bulan Agustus 2019 bahwa mereka akan berkompetisi bersama dengan tim Arrow Schmidt Peterson Motorsports mulai dari musim 2020 untuk menjalankan timnya di dalam Seri IndyCar secara penuh, di mana entri gabungan tersebut diberi nama Arrow McLaren SP.[4] Pada awalnya tidak memiliki kepemilikan dalam tim, tim McLaren akan membeli 75% operasional pada tahun 2021.[5]
Namun di balik kesukesan yang telah diraih sampai ini, tersimpan juga cerita sedih yaitu di musim 2007 saat tim McLaren dinyatakan bersalah atas kepemilikan data mobil tim Ferrari yang dikenal dengan sebutan Spygate. Sebagai hukumannya mereka terkena diskualifikasi dari kejuaraan dunia konstruktor tahun tersebut.
Bruce McLaren Motor Racing didirikan pada tahun 1963 oleh pembalap mobil profesional asal Selandia Baru, yaitu Bruce McLaren.[9] Bruce adalah seorang pembalap pekerjaan untuk sebuah tim Formula Satu asal Inggris, yaitu Cooper, yang mana dengannya, dia telah berhasil memenangkan tiga Grand Prix, dan berada di urutan kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap musim 1960. Ingin berkompetisi di dalam AustralasiaTasman Series, Bruce mendekati perusahaannya, tetapi ketika pemilik tim Charles Cooper bersikeras untuk menggunakan mesin berspesifikasi Formula Satu 1,5 liter daripada motor 2,5 liter yang diizinkan oleh Aturan Tasman, Bruce memutuskan untuk membentuk timnya sendiri untuk menjalankan dia dan calon rekan setimnya di dalam ajang Formula Satu, yaitu Timmy Mayer, dengan mobil Cooper yang dibuat secara khusus.[10]
Bruce berhasil memenangkan Seri musim 1964, tetapi Mayer terbunuh dalam sebuah sesi latihan untuk balapan terakhir di Sirkuit Longford di Tasmania. Ketika Bruce McLaren mendekati Teddy Mayer untuk membantunya membeli mobil sport Zerex dari Roger Penske, Teddy Mayer dan Bruce McLaren mulai mendiskusikan kemitraan bisnis yang mengakibatkan Teddy Mayer membeli Bruce McLaren Motor Racing Limited (BMMR) dan akhirnya menjadi pemegang saham terbesar.[11][12] Tim ini bermarkas di Feltham pada tahun 1963 dan 1964, dan dari tahun 1965 hingga 1981 di Colnbrook, Inggris.[13] Tim ini juga memegang lisensi negara Inggris.[14] Meskipun demikian, Bruce tidak pernah menggunakan British racing green tradisional di mobilnya. Sebaliknya, ia menggunakan skema warna yang tidak didasarkan pada prinsip nasional (misalnya mobil F1 pertamanya, McLaren M2B, dicat putih dengan garis hijau, untuk mewakili tim fiksi Yamura dalam film John Frankenheimer, yang berjudul Grand Prix).[15]
Selama periode ini, Bruce membalap untuk timnya sendiri di balapan mobil sport di negara Inggris dan kawasan Amerika Utara, dan juga mengikuti Seri Tasman 1965 bersama dengan Phil Hill, tetapi tidak berhasil memenangkannya.[16] Dia terus membalap di Grand Prix untuk tim Cooper, tetapi karena menilai performa tim tersebut semakin memudar, maka dia memutuskan untuk membalap mobilnya sendiri pada tahun 1966.[17]
Sejarah balapan: Formula Satu
Hari-hari awal (1966–1967)
Bruce McLaren melakukan debut Grand Prix tim di Balapan Monako 1966 (dari tim Formula Satu saat ini, hanya tim Ferrari saja yang lebih tua[18][b]).[9] Balapannya berakhir setelah sembilan putaran karena mobilnya mengalami kebocoran oli terminal.[20] Mobil untuk musim 1966 adalah M2B yang dirancang oleh Robin Herd, namun program tersebut terhambat oleh pilihan mesin yang buruk: versi 3.0 liter dari FordIndianapolis 500 dan SerenissimaV8 digunakan, yang terakhir mencetak poin pertama untuk tim di Inggris, namun keduanya lemah dan tidak dapat diandalkan.[17][20] Untuk musim 1967, Bruce memutuskan untuk menggunakan mesin V12British Racing Motors (BRM), namun karena penundaan pada mesin, awalnya terpaksa menggunakan mobil Formula Dua yang dimodifikasi bernama M4B, yang ditenagai oleh BRM V8 2,1 liter, kemudian membuat mobil serupa namun sedikit lebih besar yang disebut M5A untuk V12.[20] Tidak ada mobil yang membawa kesuksesan besar, di mana hasil terbaiknya adalah finis di posisi keempat di Monako.
Mesin Ford-Cosworth DFV (1968–1982)
Untuk musim 1968, setelah menjadi satu-satunya pembalap McLaren selama dua tahun sebelumnya, Bruce ditemani oleh juara dunia tahun 1967 dan rekan senegaranya dari Selandia Baru, yaitu Denny Hulme, yang sudah membalap untuk tim McLaren di dalam ajang Can-Am.[23][24] Mobil M7A yang baru pada tahun itu, desain akhir Herd untuk tim, ditenagai oleh mesin CosworthDFV yang baru dan akan segera ada di mana-mana[25][26] (DFV akan terus digunakan oleh tim McLaren hingga tahun 1983) dan dengan itu terjadi kemajuan besar dalam bentuknya. Bruce berhasil memenangkan Race of Champions di sirkuit Brands Hatch, dan Hulme berhasil memenangkan International Trophy di Silverstone, yang mana keduanya adalah balapan non-kejuaraan,[27] sebelum Bruce berhasil meraih kemenangan Kejuaraan Dunia yang pertama bagi tim di Grand Prix Belgia.[28] Hulme juga berhasil memenangkan Grand Prix Italia dan Kanada di akhir tahun, membantu tim tersebut menempati posisi kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Menggunakan versi 'C' yang diperbarui pada M7,[29] tiga kali naik podium berikutnya diraih oleh Bruce di musim 1969, namun kemenangan yang kelima bagi tim harus menunggu hingga balapan terakhir Kejuaraan Dunia musim 1969, ketika Hulme berhasil memenangkan Grand Prix Meksiko. Pada tahun itu, tim McLaren bereksperimen dengan penggerak empat roda di mobil M9A, namun mobil tersebut hanya sekali jalan-jalan yang dikemudikan oleh Derek Bell di Grand Prix Inggris; Bruce menggambarkan mengendarainya seperti "mencoba menulis tanda tangan Anda dengan seseorang yang menggerakkan siku Anda".[30]
Tahun 1970 dimulai dengan finis di posisi kedua, masing-masing untuk Hulme dan Bruce, di dua Grand Prix pertama, namun pada bulan Juni, Bruce tewas di dalam sebuah kecelakaan di Goodwood pada saat sedang menguji Mobil M8D Can-Am yang baru.[29] Setelah kematiannya, Teddy Mayer mengambil alih kendali tim secara efektif;[12] Hulme melanjutkan dengan Dan Gurney dan Peter Gethin yang bermitra bersama dengannya. Gurney berhasil memenangkan dua acara balapan Can-Am yang pertama di Mosport dan St. Jovite dan menempati posisi kesembilan di acara balapan yang ketiga, tetapi meninggalkan tim pada pertengahan musim, dan Gethin mengambil alih dari sana. Meskipun musim 1971 dimulai dengan menjanjikan ketika Hulme memimpin jalannya putaran pembuka musim di Afrika Selatan sebelum pensiun karena suspensi mobilnya mengalami kerusakan,[31] namun pada akhirnya Hulme, Gethin (yang berangkat ke tim BRM pada pertengahan musim,[32]), dan Jackie Oliver kembali gagal mencetak kemenangan. Namun, pada musim 1972, terjadi peningkatan: Hulme berhasil memenangkan Grand Prix yang pertama bagi tim selama dua setengah tahun di Afrika Selatan, dan dia serta Peter Revson berhasil mencetak sepuluh podium yang lainnya, dan membuat tim finis di urutan ketiga di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Tim McLaren lantas memberikan Jody Scheckter debutnya di dalam ajang Formula Satu pada balapan terakhir di Watkins Glen.[32] Semua pembalap McLaren menggunakan mesin Ford-Cosworth, kecuali Andrea de Adamich dan Nanni Galli, yang menggunakan mesin dari Alfa Romeo pada tahun 1970.
Mobil McLaren M23, yang dirancang oleh Gordon Coppuck, adalah mobil yang baru untuk tim untuk musim 1973.[32] Berbagi bagian dari desain mobil Formula Satu McLaren M19 dan mobil Indianapolis M16 (terinspirasi oleh mobil 72 milik tim Lotus),[33] mobil itu menjadi andalan selama empat tahun.[34] Hulme berhasil menang dengan mobil itu di Swedia dan Revson berhasil meraih satu-satunya kemenangan Grand Prix dalam kariernya di Inggris dan Kanada. Pada musim 1974, Emerson Fittipaldi, juara dunia bersama dengan tim Lotus pada dua tahun sebelumnya, bergabung bersama dengan tim McLaren.[35] Hulme, di dalam musim terakhirnya di dalam ajang Formula Satu,[36] berhasil memenangkan balapan pembuka musim di Argentina; Fittipaldi, dengan kemenangan di Brasil, Belgia, dan Kanada, mengambil alih posisi sebagai pimpinan klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap. Itu adalah pertarungan yang sengit bagi Fittipaldi, yang mengamankan gelar juara dunia dengan finis di posisi keempat di balapan terakhir musim ini di Grand Prix Amerika Serikat, dan menempatkannya unggul tiga poin dari Clay Regazzoni yang membela tim Ferrari. Bersama dengan Hulme dan juga juara dunia sepeda motor beberapa kali, yaitu Mike Hailwood, dia juga menyegel gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor yang pertama untuk tim McLaren. Tahun 1975 kurang sukses bagi tim: Fittipaldi berada di urutan kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor di belakang Niki Lauda. Pengganti Hulme, yaitu Jochen Mass, meraih satu-satunya kemenangan GP di Spanyol.
Pada akhir tahun 1975, Fittipaldi keluar untuk bergabung bersama dengan tim saudaranya, yaitu tim Fittipaldi/Copersucar.[35] Karena pembalap papan atas sudah menandatangani kontrak dengan tim lain, maka Mayer beralih ke James Hunt, seorang pembalap yang menurut penulis biografi, yaitu Gerald Donaldson, memiliki "reputasi yang meragukan".[37] Pada musim 1976, Lauda kembali tampil tangguh dengan mobil Ferrarinya; pada pertengahan musim, ia memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 56 poin, sementara Hunt hanya mengumpulkan 26 poin meskipun menang di Spanyol (perlombaan di mana ia pada awalnya didiskualifikasi[38]) dan Prancis. Namun, pada Grand Prix Jerman, Lauda mengalami sebuah kecelakaan yang parah, di mana dia hampir saja terbunuh, dan terpaksa harus melewatkan dua balapan berikutnya.[39] Hunt memanfaatkannya dengan memenangkan empat Grand Prix lagi, sehingga memberinya defisit tiga poin saat memasuki final di Jepang. Di sini hujan turun deras, di mana Lauda pensiun karena masalah keselamatan, dan Hunt berhasil menyegel gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dengan finis di urutan ketiga.[38] Tim McLaren, bagaimanapun, kalah di dalam Kejuaraan Dunia Konstruktor dari tim Ferrari.
Pada musim 1977, mobil M23 secara bertahap digantikan dengan mobil M26, penampilan terakhir mobil M23 adalah debut Formula Satu Gilles Villeneuve bersama dengan tim di dalam satu balapan penampilan di Grand Prix Inggris.[40][41] Hunt berhasil menang sebanyak tiga kali pada tahun itu, tetapi kombinasi Lauda dan tim Ferrari terbukti terlalu kuat, di mana Hunt dan tim McLaren masing-masing hanya menempati posisi kelima dan ketiga di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dan Konstruktor. Sejak saat itu, hasilnya terus memburuk. Tim Lotus dan Mario Andretti berhasil meraih gelar juara dunia musim 1978 dengan mobil 78 dan 79ground-effect mereka,[42] dan baik Hunt maupun pengganti Mass, yaitu Patrick Tambay, tidak mampu melakukan tantangan serius dengan mobil M26 yang merupakan mobil non-ground-effect.[43] Hunt dikeluarkan pada akhir tahun 1978 untuk mendukung Ronnie Peterson dari tim Lotus, tetapi ketika Peterson terbunuh dalam kecelakaan di Grand Prix Italia, John Watson malah ditandatangani.[44] Tidak ada perbaikan yang terjadi pada musim 1979; Desain mobil M28 Coppuck digambarkan oleh Mayer sebagai "mengerikan, sebuah bencana" dan "sangat jahat" dan mobil M29 tidak berbuat banyak untuk mengubah situasi.[44] Tambay tidak mencetak poin dan Watson hanya mencetak 15 poin untuk menempatkan tim di urutan kedelapan pada akhir tahun.
Tahun 1980-an dimulai tepat setelah tahun 1970-an berakhir: Alain Prost mengambil alih jabatan dari Tambay,[45] tetapi Watson dan dia jarang mencetak poin. Di bawah tekanan yang meningkat sejak tahun sebelumnya dari sponsor utama Philip Morris dan eksekutif mereka, yaitu John Hogan, Mayer dipaksa untuk menggabungkan tim McLaren dengan tim Project Four Formula Dua Ron Dennis, yang juga disponsori oleh Philip Morris.[46][47] Dennis memiliki desainer John Barnard yang, terinspirasi oleh sayap belakang serat karbon mobil balap BMW M1 yang sedang dipersiapkan oleh Project Four, memiliki ide untuk sasis Formula Satu inovatif yang dibuat dari serat karbon sebagai pengganti paduan aluminium konvensional.[48] Mereka sendiri sebetulnya tidak mempunyai uang untuk membangunnya, namun dengan adanya investasi yang diperoleh dari merger, maka perusahaan tersebut menjadi McLaren MP4 (yang kemudian disebut MP4/1) pada musim 1981, dan dikemudikan oleh Watson dan Andrea de Cesaris.[49][50] Di MP4, Watson berhasil memenangkan Grand Prix Inggris dan tiga kali naik ke atas podium. Segera setelah merger, tim McLaren pindah dari Colnbrook ke markas baru di Woking dan Dennis serta Mayer pada awalnya berbagi jabatan sebagai direktur pelaksana perusahaan; pada tahun 1982, Mayer telah pergi dan kepemilikan Tyler Alexander serta kepemilikan sahamnya telah dibeli oleh pemilik yang baru.[51][52]
Mesin TAG-Porsche dan Honda (1983–1992)
Pada awal tahun 1980-an, tim-tim seperti Renault, Ferrari, dan Brabham menggunakan mesin 1,5 liter turbocharged, dan menggantikan mesin aspirasi alami 3.0 liter, yang telah menjadi standar sejak tahun 1966.[26] Setelah melihat kebutuhan akan mesin turbo pada tahun 1982, Dennis telah meyakinkan pendukung tim Williams, yaitu Techniques d'Avant Garde (TAG) untuk mendanai mesin turbo Porsche bermerek TAG yang dibuat sesuai dengan spesifikasi dari Barnard; Pendiri TAG, yaitu Mansour Ojjeh, kemudian menjadi pemegang saham tim McLaren. Sementara itu, mereka melanjutkan dengan menggunakan mesin Cosworth pada saat saingan lamanya, yaitu Lauda, keluar dari masa pensiunnya pada tahun 1982 untuk membalap bersama dengan Watson dalam pengembangan MP4 1B pada tahun itu.[49][53][54] Mereka masing-masing memenangkan dua balapan, Watson terutama dari posisi ke-17 di grid pada Detroit,[49] dan pada satu tahap musim, tim McLaren berada di urutan kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Sebagai bagian dari perselisihan dengan FISA, mereka memboikot Grand Prix San Marino.[55] Meskipun musim 1983 tidak begitu membuahkan hasil, namun Watson kembali berhasil menang di Amerika Serikat, kali ini dari posisi ke-22 di grid, di Long Beach.[56]
Setelah dipecat oleh tim pabrikan Renault, Prost kembali lagi ke tim McLaren sekali lagi untuk musim 1984.[57] Kini, dengan menggunakan mesin TAG, tim mendominasi, dengan mencetak 12 kemenangan dan poin konstruktor dua setengah kali lebih banyak dibandingkan rival terdekatnya, yaitu tim Ferrari. Di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, Lauda berhasil mengalahkan Prost dengan selisih setengah poin, margin tersempit yang pernah ada.[58] Koalisi McLaren-TAG kembali kuat di musim 1985; gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor yang ketiga datang, sementara kali ini Prost berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Pada musim 1986, tim Williams bangkit kembali dengan mesin Honda dan duet pembalap Nigel Mansell dan Nelson Piquet, sementara di tim McLaren, pengganti Lauda, yaitu juara dunia musim 1982, Keke Rosberg, tidak bisa menyatu dengan mobilnya. Tim Williams berhasil merebut gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor, tetapi untuk Prost, kemenangan di San Marino, Monako, dan Austria, yang digabungkan dengan fakta bahwa para pembalap Williams saling mengambil poin berarti dia tetap memiliki peluang untuk memasuki balapan terakhir, yaitu Grand Prix Australia. Di sana, kebocoran ban yang dialami oleh Mansell dan pit stop yang hati-hati bagi Piquet memberi Prost kemenangan balapan dan gelar juara dunia untuk yang kedua kalinya, menjadikannya sebagai pembalap pertama yang berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap secara berturut-turut sejak Jack Brabham di musim 1959 dan 1960.[59] In 1987 Barnard berangkat ke tim Ferrari untuk digantikan oleh Steve Nichols (yang bergabung bersama dengan tim Ferrari pada tahun 1989).[60][61][62] Namun, di tangan Prost dan Stefan Johansson, mobil MP4/3 Nichols dan mesin TAG tidak dapat menandingi koalisi Williams-Honda.
Untuk musim 1988, Honda mengalihkan pasokan mereka ke tim McLaren dan, didorong oleh Prost, Dennis menandatangani Ayrton Senna untuk membalap.[63] Meskipun peraturan mengurangi peningkatan tekanan dan kapasitas bahan bakar (dan juga tenaga) pada mobil turbo, namun Honda tetap menggunakan mesin turbocharged.[64] Di mobil MP4/4, Senna dan Prost terlibat dalam pertarungan sepanjang musim, memenangkan 15 dari 16 balapan (pada balapan lainnya di Monza, Senna telah memimpin jalannya lomba dengan nyaman, tetapi bertabrakan dengan pembalap di barisan belakang, yaitu Jean-Louis Schlesser[65]). Pada Grand Prix Portugal, hubungan mereka memburuk ketika Senna menekan Prost ke dinding pit; Prost berhasil menang, tetapi kemudian berkata bahwa, "Itu berbahaya. Jika dia sangat menginginkan [gelar] kejuaraan dunia [pembalap], dia bisa mendapatkannya."[66] Prost mencetak lebih banyak poin pada tahun itu, tetapi karena hanya 11 hasil terbaik saja yang dihitung, maka Senna berhasil merebut gelar juara dunia pada balapan kedua dari terakhir di Jepang.[67][68]
Pada tahun berikutnya, ketika turbo dilarang, Honda memasok mesin 3,5 L baru yang disedot secara alami, yaitu mesin V10,[69] dan tim McLaren kembali berhasil memenangkan kedua gelar Kejuaraan Dunia tersebut dengan mobil MP4/5. Namun, hubungan pembalap mereka terus memburuk, terutama ketika, di Grand Prix San Marino, Prost merasa Senna telah mengingkari perjanjian untuk tidak saling berpapasan satu sama lain di tikungan pertama.[70] Percaya bahwa Honda dan Dennis lebih menyukai Senna, Prost mengumumkan pada pertengahan musim bahwa dia akan pergi untuk membalap di tim Ferrari pada tahun berikutnya.[71] Untuk tahun kedua secara berturut-turut, gelar Kejuaraan Dunia Pembalap diputuskan di Grand Prix Jepang, kali ini menguntungkan Prost setelah Senna dan dia bertabrakan (Senna pada awalnya berhasil pulih dan memenangkan perlombaan, namun kemudian didiskualifikasi).[72]
Dengan mantan pemain tim McLaren, yaitu Nichols dan Prost, (Barnard pindah ke tim Benetton), tim Ferrari mendorong tim asal Inggris ini lebih dekat pada musim 1990. Tim McLaren, pada gilirannya, mendatangkan Gerhard Berger dari tim Ferrari, tetapi seperti dua musim sebelumnya, gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dipimpin oleh Prost dan Senna, dan diselesaikan di balapan kedua dari terakhir di Jepang. Di sini, Senna bertabrakan dengan Prost di tikungan pertama, memaksa keduanya untuk mundur, namun kali ini Senna lolos dari hukuman dan merebut gelar juara dunia;[73] Tim McLaren juga memenangkan Kejuaraan Konstruktor. Tahun 1991 adalah tahun lain bagi tim McLaren dan Senna, dengan tim Williams yang bertenaga Renault menjadi penantang terdekat mereka. Pada mobil 1992, tim Williams, dengan mobil canggih mereka, yaitu FW14B,[74] telah menyalip tim McLaren, mematahkan rekor empat tahun mereka sebagai juara dunia, meskipun tim McLaren berhasil memenangkan lima balapan pada tahun itu.
Mesin Ford, Lamborghini, dan Peugeot (1993–1994)
Ketika Honda menarik diri dari olahraga ini pada akhir tahun 1992,[75] tim McLaren mencari pemasok mesin yang baru. Kesepakatan untuk mengamankan mesin Renault gagal, kemudian tim McLaren beralih ke mesin pelanggan Ford untuk musim 1993.[76] Senna—yang pada awalnya hanya menyetujui kontrak balapan demi balapan sebelum kemudian menandatangani kontrak selama setahun penuh[77][78]—berhasil memenangkan lima balapan, termasuk kemenangan keenam yang memecahkan rekor di Monako dan kemenangan di Grand Prix Eropa, di mana ia naik dari posisi kelima ke posisi pertama pada putaran pembuka balapan.[79] Rekan setimnya, yaitu juara CARTmusim 1991, Michael Andretti, bernasib jauh lebih buruk; dia hanya berhasil mencetak tujuh poin saja, dan posisinya digantikan oleh pembalap tes Mika Häkkinen untuk tiga putaran terakhir musim ini.[80][81] Tim Williams pada akhirnya berhasil memenangkan kedua gelar Kejuaraan Dunia tersebut, dan Senna—yang sempat tergoda untuk pindah ke sana pada tahun 1993—menandatangani kontrak dengan mereka untuk musim 1994.[76][82] Selama musim 1993, tim McLaren mengambil bagian dalam tujuh bagian film dokumenter BBC Television, yang berjudul A Season With McLaren.[83]
Tim McLaren menguji mesin Lamborghini V12 menjelang musim 1994, sebagai bagian dari kesepakatan potensial dengan pemilik Lamborghini saat itu Chrysler, sebelum akhirnya memutuskan untuk menggunakan mesin Peugeot. Dengan tenaga Peugeot, mobil MP4/9 dikendarai oleh Häkkinen dan Martin Brundle, dan meskipun meraih delapan podium sepanjang musim, namun tidak ada kemenangan yang berhasil diraih. Peugeot dikeluarkan setelah satu tahun karena beberapa kegagalan mesin/tidak dapat diandalkan, yang menyebabkan tim McLaren kehilangan potensi kemenangan balapan dan mereka beralih ke mesin bermerek Mercedes-Benz, yang dirancang oleh Ilmor.[84]
Kerja sama dengan Mercedes (1995–2014)
1995–2009: Tim pabrikan Mercedes
Untuk musim 1995 dan seterusnya, tim McLaren mengakhiri kesepakatan mesin mereka dengan Peugeot Sport dan memulai kemitraan pengerjaan penuh mesin dengan Mercedes-Benz High Performance Engines untuk yang pertama kalinya, setelah Pabrikan asal Jerman tersebut menghabiskan satu tahun bermitra bersama dengan tim Sauber.[85] Kemitraan ini mencakup mesin gratis dari Mercedes-Benz yang dibuat dan dirakit oleh Ilmor Engineering, kendaraan tim resmi Mercedes-Benz, dukungan finansial, juga mendapatkan dukungan pabrik penuh dari Daimler AG dan Mercedes-Benz, dan juga staf Mercedes-Benz dan Ilmor akan bekerja dengan tim di markas mereka di Woking.
Mobil Formula Satu McLaren untuk musim 1995, yaitu MP4/10, bukanlah yang terdepan dan pengganti Brundle, yaitu mantan juara dunia musim 1992, Nigel Mansell, tidak mampu untuk masuk ke dalam mobil pada awalnya dan berangkat setelah hanya dua balapan, dengan Mark Blundell yang menggantikan posisinya.[86]
Sementara tim Williams mendominasi di musim 1996, tim McLaren, sekarang dengan David Coulthard bersama dengan Häkkinen,[87] menjalani musim ketiga berturut-turut tanpa kemenangan. Namun, pada musim 1997, Coulthard berhasil memecahkan rekor tidak berguna ini dengan keberhasilannya memenangkan Grand Prix Australia; Häkkinen dan dia masing-masing berhasil memenangkan perlombaan lain sebelum akhir musim, dan desainer berperingkat tinggi, yaitu Adrian Newey, bergabung bersama dengan tim dari tim Williams pada bulan Agustus tahun itu.[88] Meskipun kecepatan mobil meningkat, namun ketidakandalan terbukti merugikan sepanjang musim, dengan penghentian balapan di Grand Prix Inggris dan Luksemburg yang terjadi pada saat Häkkinen sedang memimpin jalannya lomba.
Dengan Newey yang dapat memanfaatkan peraturan teknis baru untuk musim 1998,[89] dan dengan Williams kehilangan mesin Renault andalannya setelah Renault mundur sementara dari olahraga tersebut, tim McLaren sekali lagi mampu menantang Kejuaraan Dunia. Häkkinen dan Coulthard berhasil memenangkan lima dari enam balapan pertama, meskipun sistem "brake steer" tim dilarang, yang memungkinkan rem belakang untuk dioperasikan secara individual untuk mengurangi understeer, setelah sebuah protes yang dilancarkan oleh tim Ferrari pada balapan kedua di Brasil.[90][91][92] Schumacher dan tim Ferrari memberikan persaingan terhebat, di mana Schumacher menyamakan poin dengan Häkkinen dengan dua balapan tersisa, namun menang untuk Häkkinen di Grand Prix Luksemburg dan Jepang memberinya gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dan juga gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor untuk tim McLaren. Häkkinen berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang kedua kalinya di Kejuaraan Dunia musim berikutnya, tetapi karena kombinasi kesalahan pembalap dan kegagalan mekanis, maka tim tersebut terpaksa harus rela kehilangan gelar juara dunia konstruktor dari tim Ferrari.
Pada musim 2000, tim McLaren berhasil memenangkan tujuh balapan dalam pertarungan jarak dekat dengan tim Ferrari, namun pada akhirnya tim Ferrari dan Schumacher berhasil menang di kedua kompetisi tersebut. Hal ini menandai dimulainya penurunan performa pada saat tim Ferrari mengukuhkan dominasi mereka di dalam ajang Formula Satu dan juga material mesin berilium yang dilarang di dalam ajang Formula Satu, yang memengaruhi performa mesin Mercedes. Pada musim 2001, Häkkinen dikalahkan oleh Coulthard untuk yang pertama kalinya sejak musim 1997 dan pensiun (mengakhiri kemitraan pembalap yang terlama di dalam sejarah ajang Formula Satu), di mana tempatnya digantikan oleh Kimi Räikkönen,[93] dan kemudian pada musim 2002, Coulthard meraih kemenangan tunggal mereka di Monako, sementara tim Ferrari mengulangi prestasi tim McLaren pada tahun 1988 dengan 15 kemenangan dalam satu musim.
Tahun 2003 dimulai dengan menjanjikan, dengan masing-masing satu kemenangan untuk Coulthard dan Räikkönen di dua Grand Prix pertama. Namun, hal tersebut terhambat karena mobil MP4-18 yang dirancang untuk tahun tersebut mengalami masalah uji tabrak dan keandalan, dan memaksa mereka untuk terus menggunakan pengembangan 'D' dari MP4-17 yang sudah berusia satu tahun lebih lama dari rencana awal.[94] Meskipun demikian, Räikkönen secara konsisten mencetak poin dan menantang Kejuaraan Dunia hingga balapan terakhir, hingga pada akhirnya kalah dua poin. Tim memulai musim 2004 dengan menggunakan mobil MP4-19, yang digambarkan oleh direktur teknis, yaitu Adrian Newey, sebagai "versi debug dari [MP4-18]".[94] Namun, mobil itu tidak berhasil, dan digantikan pada pertengahan musim oleh mobil MP4-19B. Dengan ini, Räikkönen berhasil mencetak kemenangan tim dan satu-satunya kemenangannya tahun ini di Grand Prix Belgia, dan tim McLaren finis di posisi kelima di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, peringkat yang terburuk untuk mereka sejak musim 1983.
Coulthard berangkat ke tim Red Bull Racing pada musim 2005 untuk digantikan oleh mantan juara CART, yaitu Juan Pablo Montoya, untuk musim yang paling sukses bagi tim McLaren dalam beberapa tahun, usai ia dan Räikkönen berhasil memenangkan sepuluh balapan. Namun, kedua tim tidak dapat mengetahui mengapa mobil tidak dapat memanaskan ban mobilnya dengan baik pada tahap awal musim, dan tidak dapat diandalkannya MP4-20 secara keseluruhan menyebabkan tim kehilangan beberapa kemenangan balapan ketika Räikkönen telah memimpin jalannya lomba atau bersaing untuk menang, dan juga membuatnya kehilangan posisi grid di beberapa sesi kualifikasi, yang memungkinkan tim Renault dan pembalap mereka, yaitu Fernando Alonso, untuk memanfaatkan dan memenangkan kedua gelar juara dunia tersebut.
Pada musim 2006, keandalan dan kecepatan superior dari tim Ferrari dan Renault menghalangi tim untuk meraih kemenangan apa pun untuk yang pertama kalinya dalam satu dekade. Montoya berpisah secara sengit dengan tim untuk balapan di dalam ajang NASCAR setelah Grand Prix Amerika Serikat, di mana ia menabrak Räikkönen di awal; pembalap tes Pedro de la Rosa mewakili sisa musim ini.[95] Tim juga kehilangan Räikkönen yang keluar dari tim untuk bergabung bersama dengan tim Ferrari pada akhir tahun.[96]
Steve Matchett berpendapat bahwa buruknya keandalan mobil McLaren pada tahun 2006 dan beberapa tahun sebelumnya disebabkan oleh kurangnya kontinuitas dan stabilitas di dalam tubuh tim.[97] Contoh ketidakstabilan yang dikutip olehnya adalah tantangan logistik terkait kepindahan ke Pusat Teknologi McLaren, pembatalan kepindahan Adrian Newey ke tim Jaguar dan kemudian pindah ke tim Red Bull, kepindahan berikutnya dari wakil Newey ke tim Red Bull, dan pergantian personel di Ilmor.[97]
Setelah tidak berhasil meraih kemenangan pada tahun 2006, tim kembali lagi ke status kompetitif di musim 2007. Pada tahun itu, Fernando Alonso berlomba bersama dengan debutan Formula Satu dan anak didik lama tim McLaren, yaitu Lewis Hamilton.[98][99] Pasangan ini masing-masing berhasil mencetak empat kemenangan dan memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap selama hampir sepanjang tahun, namun ketegangan muncul di dalam tim, di mana BBC Sport mengklaim bahwa Alonso tidak mampu untuk mengatasi daya saing Hamilton.[100] Pada Grand Prix Hongaria, Alonso dinilai sengaja menghalangi laju rekan setimnya pada saat sesi kualifikasi, sehingga tim tidak diperbolehkan untuk mencetak poin Konstruktor pada acara balapan tersebut.[101] Kesepakatan internal di dalam tim McLaren menyatakan bahwa pembalap akan memiliki putaran tambahan untuk sesi kualifikasi, namun Lewis Hamilton menolak untuk menerimanya di Grand Prix Hongaria. Selanjutnya, tim McLaren diselidiki oleh FIA karena memiliki cetak biru teknis mobil tim Ferrari – yang disebut kontroversi "Spygate". Pada sidang pertama, manajemen tim McLaren secara konsisten menyangkal semua pengetahuan, menyalahkan satu "insinyur nakal". Namun, dalam sidang terakhir, tim McLaren dinyatakan bersalah dan tim tersebut dikeluarkan dari klasemen Kejuaraan Dunia Konstruktor dan didenda sebesar $100 juta.[102] Para pembalap diizinkan untuk melanjutkan balapan tanpa penalti, dan pada saat Hamilton memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap menuju balapan terakhir di Brasil, Räikkönen bersama dengan tim Ferrari berhasil memenangkan perlombaan dan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap serta Konstruktor, dengan satu poin di depan kedua pembalap McLaren. Pada bulan November, Alonso dan tim McLaren setuju untuk mengakhiri kontrak mereka dengan persetujuan bersama, Heikki Kovalainen mengisi kursi kosong bersama dengan Hamilton.[103][104]
Pada musim 2008, pertarungan sengit terjadi antara Hamilton dan duet pembalap Ferrari, yaitu Felipe Massa dan Räikkönen; Hamilton berhasil menang sebanyak lima kali, dan meskipun juga melintasi garis finis sebagai yang pertama di Grand Prix Belgia, namun ia dianggap telah memperoleh keuntungan ilegal dengan memotong tikungan pada saat menyalip dan secara kontroversial diturunkan ke posisi ketiga.[105] Menjelang balapan terakhir di Brasil, Hamilton unggul tujuh poin atas Massa. Massa berhasil menang di sana, tetapi Hamilton secara dramatis berhasil meraih gelar Kejuaraan Dunia Pembalap pertamanya dengan naik ke posisi kelima pada tikungan terakhir putaran terakhir balapan. Meskipun berhasil memenangkan Grand Prix pertamanya di Hongaria, namun Kovalainen menyelesaikan musim hanya di urutan ketujuh saja di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap secara keseluruhan, dan memungkinkan tim Ferrari untuk mengambil gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor.
Sebelum dimulainya musim 2009, Dennis pensiun sebagai kepala tim, dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada Martin Whitmarsh,[106] namun tahun tersebut dimulai dengan buruk: mobil MP4-24 melenceng dan tim tersebut terkena skorsing tiga balapan karena menyesatkan pengawas balapan di Grand Prix Australia dan Malaysia.[107] Terlepas dari masalah-masalah awal ini, kebangkitan yang terlambat berhasil membuat Hamilton berhasil menang di Grand Prix Hongaria dan Singapura.
2010–2014: Mesin pelanggan Mercedes
Untuk Kejuaraan Dunia musim 2010, tim McLaren kehilangan statusnya sebagai tim pabrikan Mercedes; Mercedes memutuskan untuk membeli tim Brawn yang berbasis di Brackley yang sebelumnya telah berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dan Konstruktor pada tahun 2009 dengan mesin pelanggannya, Whitmarsh lebih memilih untuk melepaskan hak eksklusif mereka atas mesin Mercedes untuk membantu tim Brawn agar tetap berjalan.[108] Mercedes masih terus menyediakan mesin untuk tim McLaren, meskipun dalam hubungan pemasok-pelanggan daripada kemitraan kerja seperti sebelumnya, sementara Mercedes menjual 40% saham tim McLaren selama dua tahun.[108] Tim McLaren mengontrak juara dunia pembalap musim 2009, yaitu Jenson Button, untuk menggantikan posisi Kovalainen bersama dengan Hamilton di musim 2010.[109] Button berhasil menang sebanyak dua kali (di Australia dan China) dan Hamilton tiga kali (di Turki, Kanada, dan Belgia), tetapi mereka dan tim McLaren masing-masing gagal memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dan Konstruktor, di mana mobil MP4-25 tahun itu sebagian besar dikalahkan oleh mobil RB6.
Hamilton dan Button tetap bersama dengan tim hingga musim 2011, dengan Hamilton yang berhasil memenangkan tiga balapan– China, Jerman, dan Abu Dhabi, dan Button juga berhasil memenangkan tiga balapan – Kanada, Hongaria, dan Jepang. Button menyelesaikan Kejuaraan Dunia Pembalap di tempat kedua dengan 270 poin di belakang Juara Dunia Pembalap musim 2011, yaitu Sebastian Vettel, dari tim Red Bull Racing, 227 poin di depan Hamilton. Tim McLaren berada di urutan kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor setelah tim Red Bull Racing. Sepanjang musim, Hamilton terlibat dalam beberapa insiden dengan pembalap lain termasuk – yang paling menonjol – beberapa kali tabrakan dengan rivalnya dalam meraih gelar juara dunia tahun 2008, yaitu Massa.[110]
Pada musim 2012, tim McLaren berhasil memenangkan balapan pertama tahun ini di Australia dengan kemenangan dominan dari Button dan posisi ke-3 dari posisi terdepan untuk Hamilton, sementara Hamilton kemudian menang di Kanada, tetapi pada pertengahan musim pada balapan kandang tim di Silverstone, mobil McLaren hanya berhasil menempati posisi kedelapan (Hamilton) dan ke-10 (Button), sedangkan kedua pembalapnya hanya menempati posisi ke-8 (Hamilton) dan ke-10 (Button), dan klasemen sementara Kejuaraan Dunia Konstruktor didominasi oleh tim Red Bull Racing dan Ferrari, yang mana kedua mobilnya menempati empat tempat pertama di Grand Prix Inggris, di mana hal ini sebagian disebabkan oleh masalah pit stop dan penurunan performa Button untuk sementara waktu setelah dirinya tidak mampu untuk beradaptasi sebaik Hamilton dengan spesifikasi ban Pirelli yang baru. Mobil tersebut juga mengalami masalah keandalan yang menyebabkan tim dan kedua pembalapnya kehilangan banyak potensi untuk meraih poin dalam jumlah yang maksimal, terutama di Singapura dan Abu Dhabi, tempat di mana Hamilton memimpin jalannya lomba setelah start dari posisi terdepan di kedua balapan itu, [111] dan di Italia, di mana tim harus rela kehilangan peluang untuk finis di posisi 1-2 ketika mobil Button mogok karena mengalami masalah bahan bakar pada putaran ke-33.[112]
Sergio Pérez menggantikan posisi Hamilton untuk musim 2013, setelah Hamilton memutuskan untuk hengkang ke tim pabrikan Mercedes.[113][114] Mobil tim untuk musim ini, yaitu MP4-28, diluncurkan pada tanggal 31 Januari 2013.[115] Mobil tersebut kesulitan bersaing dengan tim papan atas yang lainnya, dan pada musim tersebut, tim McLaren gagal meraih podium untuk yang pertama kalinya sejak musim 1980.[116]
Kevin Magnussen menggantikan posisi Pérez untuk musim 2014, dan Ron Dennis, yang tidak lagi berada dalam jarak dekat sejak mengundurkan diri dari peran utama tim, kembali lagi sebagai CEO operasi tersebut.[116] Tim McLaren adalah tim yang pertama yang secara resmi meluncurkan mobil tahun 2014 mereka, yaitu MP4-29, yang diumumkan pada tanggal 24 Januari 2014.[116] Mereka sebagian besar mengalami kegagalan pada tahun 2014; hasil terbaik mereka adalah di Australia, di mana – setelah diskualifikasi Daniel Ricciardo dari posisi kedua– Magnussen finis di posisi kedua dan Button finis di posisi ketiga. Button kemudian finis di posisi keempat di Kanada, Inggris, dan Rusia. Posisi grid yang tertinggi bagi mereka berada di Inggris, dengan Button yang berada di posisi ketiga di grid.[117]
Kembali ke mesin Honda (2015–2017)
Untuk musim 2015, tim McLaren mengakhiri kesepakatan mesin mereka dengan Mercedes, termasuk membeli kembali 40% saham yang dimiliki oleh Mercedes di dalam tim, dan memperkuat kembali kemitraan bersejarah mereka bersama dengan Honda. Kesepakatan dengan Honda tidak hanya berarti bahwa mereka akan memasok mesin saja, namun staf Honda juga akan bekerja dengan tim di markas mereka di Woking, serta menerima dukungan penuh dari pabrik Honda, termasuk kendaraan resmi tim dan mesin gratis. Tim mengumumkan Fernando Alonso dan Jenson Button sebagai pembalap mereka, dengan Kevin Magnussen yang diturunkan posisinya menjadi pembalap tes. Selama sesi tes pra-musim di Circuit de Barcelona-Catalunya pada bulan Februari, Alonso mengalami gegar otak dan akibatnya, Kevin Magnussen menggantikan posisinya untuk balapan pembuka musim Grand Prix Australia di bulan Maret. Pada balapan perdana musim ini, Jenson Button finis di urutan ke-11, tetapi tertinggal dua kali dan finis di posisi yang paling terakhir dari semua mobil yang berhasil finis.[118] Menyusul ketidakandalan yang cukup besar dan anggapan awal bahwa mesin Honda kurang bertenaga jika dibandingkan dengan para kompetitornya, peningkatan performa yang stabil pada akhirnya membuat Button berhasil mencetak (empat) poin pertama tim di musim ini pada putaran keenam di Monako.[119] Sebaliknya, Alonso berhasil mencetak poin pertamanya pada tiga balapan kemudian di Grand Prix Inggris.[120]
Grand Prix Hongaria menampilkan tim yang berhasil mencetak hasil terbaik mereka di musim ini, dengan Alonso dan Button yang masing-masing berhasil finis di posisi kelima dan kesembilan.[121][122] Namun, tim McLaren tidak berhasil mencetak poin di dalam empat balapan berikutnya, hingga Button finis di posisi kesembilan di Grand Prix Rusia. Pada balapan berikutnya di Grand Prix Amerika Serikat, Button mencetak hasil terbaiknya di musim ini dengan menempati posisi keenam. Tim tersebut finis di posisi kesembilan di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 27 poin, performa terburuk tim McLaren sejak musim 1980.
Tim McLaren mempertahankan pasangan Alonso – Button untuk musim 2016. Tahun kedua kemitraan dengan Honda lebih baik jika dibandingkan dengan tahun pertama, dengan tim yang mampu menantang posisi 10 besar secara lebih teratur. Namun, musim ini dimulai dengan sebuah kecelakaan besar di Grand Prix Australia, di mana Fernando Alonso mengalami patah tulang rusuk dan paru-paru kolaps setelah bertabrakan dengan Esteban Gutiérrez, dan jungkir balik ke penghalang tabrakan. Alonso, akibat cedera yang dialami olehnya, terpaksa absen pada putaran kedua Kejuaraan Dunia musim ini, yakni Grand Prix Bahrain, dan posisinya digantikan oleh pembalap cadangan Stoffel Vandoorne. Vandoorne menghasilkan performa yang mengesankan dalam balapan pertamanya untuk mencetak poin yang pertama bagi tim di musim ini, dengan finis di posisi ke-10. Poin berikutnya bagi tim McLaren datang di Grand Prix Rusia dengan Alonso dan Button yang masing-masing berhasil finis di urutan keenam dan ke-10. Grand Prix Monako yang terkena dampak hujan adalah salah satu balapan yang terbaik di musim ini bagi tim. Alonso finis di posisi kelima, di mana dia menjaga pembalap Mercedes, yaitu Nico Rosberg, agar tetap diam di belakangnya selama 46 putaran, sementara Button mencetak dua poin dengan finis di posisi kesembilan. Pada Grand Prix Austria, Button mencatatkan hasil terbaiknya di musim ini dengan menempati posisi keenam setelah start dari posisi ketiga pada sesi basah/kering. Setelah penampilan yang mengecewakan di balapan kandang mereka, yaitu Grand Prix Inggris di Silverstone, tim berhasil mencetak poin pada tiga putaran berikutnya dengan raihan sebanyak enam poin di Hongaria, empat di Jerman, dan enam poin lagi berkat posisi finis ketujuh yang mengesankan dari Alonso di Grand Prix Belgia. Pada Grand Prix Amerika Serikat, tim McLaren menyamai hasil Monako mereka dengan 12 poin setelah balapan menyerang dari Alonso, yang membuatnya mengklaim posisi kelima, sementara Button sekali lagi finis di urutan kesembilan. Setelah di musim ini mereka mengalami kemajuan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2015, Alonso dan Button menyelesaikan Kejuaraan Dunia musim ini masing-masing di peringkat ke-10 dan ke-15, dengan tim yang mengakhiri musim ini di peringkat keenam di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 76 poin. Pada tanggal 3 September 2016, Jenson Button mengumumkan bahwa ia akan mengambil cuti panjang dari ajang Formula Satu untuk musim 2017. Dia kemudian mengonfirmasi pada tanggal 25 November bahwa dia akan pensiun dari ajang F1 sepenuhnya, dengan Vandoorne yang menjadi Rekan Setim Alonso yang baru untuk tahun 2017.
Pada bulan Februari 2017, tim McLaren menandatangani Lando Norris ke dalam Program Pembalap Muda mereka.[123]
Alonso tidak ambil bagian di dalam Grand Prix Monako 2017 karena ia berpartisipasi di dalam ajang Indianapolis 500. Sebaliknya, Jenson Button kembali lagi untuk satu balapan saja sebagai penggantinya.[124] Tim McLaren menyelesaikan tahun 2017 dengan berada di posisi ke-9 dengan total 30 poin.
Mesin Renault (2018–2020)
Tim McLaren mengumumkan selama akhir pekan Grand Prix Singapura 2017 bahwa mereka akan berpisah dari pemasok mesin Honda pada akhir musim 2017, dan telah menyetujui kesepakatan pelanggan selama tiga tahun untuk dipasok dengan Mesin Mecachrome rakitan Renault.[125] Bos tim, yaitu Éric Boullier, menggambarkan kinerja mereka antara tahun 2015 dan 2017 sebagai "bencana yang tepat" bagi kredibilitas tim.[126] Musim 2018 adalah musim yang pertama dalam sejarah tim McLaren di mana mobil mereka ditenagai oleh mesin Renault. Tim McLaren juga mengumumkan bahwa Fernando Alonso dan Stoffel Vandoorne akan tetap bersama dengan tim untuk Kejuaraan Dunia musim 2018.[127][128] Pada tanggal 6 November 2017, tim mengumumkan bahwa Lando Norris akan menjadi pembalap penguji dan cadangan tim.[129]
Pada balapan pembukaan musim di Grand Prix Australia, Fernando Alonso berhasil mencetak posisi finis terbaik bagi tim sejak Grand Prix Monako 2016 dengan finis di posisi kelima, di mana setelah balapan Alonso mengatakan bahwa target tim adalah tim Red Bull Racing.[130] Tim McLaren mengawali musim dengan relatif baik dengan perolehan poin di empat balapan berikutnya, namun dalam 16 balapan berikutnya setelah Spanyol, tim McLaren hanya mencetak 22 poin saja, lebih sedikit 8 poin dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017. Pada tanggal 14 Agustus 2018, Fernando Alonso mengumumkan bahwa dia tidak akan berkompetisi di dalam ajang Formula Satu pada tahun 2019, mengakhiri masa empat tahunnya di tim tersebut.[131]Carlos Sainz Jr. ditandatangani sebagai penggantinya dengan kontrak multi-tahun.[132] Pada tanggal 3 September 2018, diumumkan bahwa Stoffel Vandoorne akan meninggalkan tim pada akhir musim, dengan Lando Norris yang dipromosikan dari posisinya sebagai pembalap cadangan untuk menggantikan posisinya pada tahun 2019.[133] Tim McLaren berjuang dengan performa sepanjang musim ini, dengan pembalap McLaren yang tersingkir sebanyak 21 kali di sesi kualifikasi bagian pertama, dan tim McLaren memiliki rata-rata peringkat kualifikasi terburuk yang kedua di antara tim mana pun, hanya di depan tim Williams saja.[134] Tim menyelesaikan musim yang mengecewakan – setelah terbantu dengan tersingkirnya poin tim Force India dari 12 balapan pertama – di posisi ke-6 dengan 62 poin, tertinggal 357 poin dari target mereka, yaitu tim Red Bull Racing, dengan menggunakan mesin yang sama.
Kejuaraan Dunia musim 2019 jauh lebih positif bagi tim McLaren, dengan tim tersebut yang mengukuhkan diri mereka sebagai konstruktor terbaik di belakang tim Mercedes, Ferrari, dan Red Bull. Pada Grand Prix Brasil, Sainz berhasil mencatatkan podium pertama tim sejak Grand Prix Australia 2014, di mana dia finis di posisi keempat di laga tandang, tetapi kemudian dipromosikan ke posisi ketiga setelah Lewis Hamilton menerima penalti pasca-balapan, yang artinya tim melewatkan upacara podium resmi.[135] Tim McLaren mengakhiri musim ini di peringkat ke-4 dengan 145 poin, hasil terbaik mereka sejak musim 2014, dan unggul 54 poin dari pesaing terdekatnya, yaitu tim pabrikan Renault.
Tim McLaren mempertahankan Norris dan Sainz untuk musim 2020.[136] Musim ini sangat dipengaruhi oleh pandemi COVID-19. Musim ini dipersingkat menjadi 18 balapan, dengan balapan pembuka musim yang berlangsung di Austria.[137] Pada Grand Prix Austria, Norris berhasil meraih podium pertamanya,[138] dengan finis di posisi ketiga.[139] Sainz berhasil meraih podium yang kedua bagi tim pada tahun 2020 di Grand Prix Italia, di mana ia finis di urutan kedua.[140] Tim menyelesaikan musim 2020 dengan berada di urutan ketiga di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 202 poin.[141] Sainz menyelesaikan Kejuaraan Dunia Pembalap di urutan keenam dengan 105 poin dan Norris di urutan kesembilan dengan 97 poin.[142]
Kembali ke mesin Mercedes (2021–)
Tim McLaren kembali lagi menggunakan mesin Mercedes pada musim 2021 setelah kesepakatan mereka dengan Renault berakhir.[143] Tim McLaren sebelumnya pernah berkolaborasi dengan Mercedes dari tahun 1995 hingga 2014 (musim 1995 hingga 2009 adalah mitra kerja, dan kemudian tahun 2010 hingga 2014 adalah mitra pelanggan), namun kali ini dengan sistem peran pelanggan.[144]Daniel Ricciardo pindah dari tim pabrikan Renault untuk bermitra bersama dengan Lando Norris untuk Kejuaraan Dunia Formula Satu musim 2021 dengan kontrak multi-tahun.[145] Ricciardo menggantikan posisi Carlos Sainz, yang pindah ke tim pabrikan Ferrari.[146] Dalam sembilan balapan pertama musim ini, tim berhasil mencetak tiga podium dengan kekuatan Mercedes, di Italia, Monako dan Austria, semua milik Norris.
Pada Grand Prix Italia 2021, Ricciardo berhasil mencetak kemenangan pertamanya sejak Grand Prix Monako 2018, dan kemenangan pertama bagi tim McLaren sejak Grand Prix Brasil 2012.[147] Finis di posisi kedua bagi Norris juga berarti tim McLaren mencapai posisi finis satu-dua yang pertama bagi mereka sejak Grand Prix Kanada 2010 dan satu-satunya posisi finis satu-dua di musim 2021. Norris mengamankan posisi terdepan yang pertama bagi tim di era hybrid di Grand Prix Rusia 2021, tetapi tidak mampu mengubahnya menjadi kemenangan, usai dirinya finis di posisi ke-7 karena perubahan drastis kondisi cuaca dan strategi tim yang tiba-tiba di dua putaran terakhir balapan. Penurunan performa berikutnya di akhir musim membuat tim McLaren berakhir di urutan keempat di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor di belakang tim pabrikan Ferrari.
Untuk musim 2022, tim McLaren mempertahankan duet Norris dan Ricciardo.[148] Ricciardo dinyatakan positif COVID-19 menjelang tes pra-musim di Bahrain,[149] yang berarti Norris diharuskan untuk menyelesaikan semua sisa tes,[150] meskipun masalah rem pada mobilnya membatasi pengujian yang dapat dia lakukan.[151] Kedua pembalap mengalami kesulitan pada balapan pertama di Bahrain, dengan tidak ada pembalap yang mencapai sesi Q3 – pertama kalinya sejak Grand Prix Turki 2020 – dan finis di urutan ke-14 dan ke-15 di dalam balapan tersebut.[152] Norris berhasil meraih posisi ketiga di Grand Prix Emilia Romagna.[153] Setelah Norris melewatkan hari pertama lintasan pada akhir pekan Grand Prix São Paulo, tim McLaren mengalami finis DNF ganda yang pertama bagi mereka sejak Monako 2017 karena mobil Norris mengalami gangguan listrik[154] dan Ricciardo terlibat tabrakan dengan Kevin Magnussen dari tim Haas.[155] Dibandingkan dengan rekan setimnya, Ricciardo mengalami kesulitan dan banyak yang mengkritik penampilannya,[156] dengan beberapa orang yang menyarankan bahwa tim McLaren akan menjatuhkannya.[157] Hal ini memaksa Ricciardo untuk mengeluarkan pernyataan di Instagram, yang mengonfirmasi bahwa dia akan bertahan hingga tahun 2023.[158] Pada bulan Agustus 2022, kontrak Riccardo untuk tahun 2023 diputus berdasarkan kesepakatan bersama.[159]Oscar Piastri menggantikan posisi Ricciardo untuk musim 2023 setelah perselisihan kontrak dengan Tim F1 Alpine diselesaikan demi kepentingan tim McLaren oleh Dewan Pengakuan Kontrak FIA.[160][161] Tim McLaren menyelesaikan musim ini di tempat kelima di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor di belakang tim Alpine.
Kejuaraan Dunia musim 2023 merayakan ulang tahun ke-60 berdirinya tim, dengan mobil musim tersebut yang diberi nama MCL60 untuk memperingati hari jadi tersebut.[162][163] Musim ini dimulai dengan segudang masalah bagi tim,[164][165] menyebabkan mereka mengeluarkan pernyataan publik setelah Grand Prix Arab Saudi, mengumumkan perubahan organisasi tertentu seperti memperkenalkan Tim Eksekutif Teknis Formula 1 yang terdiri dari tiga peran Direktur Teknis khusus yang baru [166] dengan Direktur Teknis James Key yang berpisah dengan perusahaan.[167] Setelah tidak mencetak poin dalam dua balapan pertama, Norris dan Piastri menyelesaikan kekacauan Grand Prix Australia masing-masing di tempat keenam dan kedelapan, dengan Piastri yang berhasil mencetak poin pertamanya di dalam ajang Formula Satu dan untuk tim McLaren.[168] Pada Grand Prix Spanyol, Norris lolos dengan menempati posisi ketiga secara mengejutkan, sedangkan Piastri start dari posisi kesembilan.[169] Pada hari perlombaan, Norris melakukan kontak dengan Hamilton di awal balapan dan merusak sayap depan mobilnya. Dia turun ke grid terbawah setelah melakukan pit stop untuk pergantian sayap depan, dan menyelesaikan balapan di urutan ke-17, sedangkan Piastri finis di urutan ke-13.[170] Tim McLaren membawa upgrade mobil baru untuk Norris untuk Grand Prix Austria, sementara Piastri akan mendapatkannya di Grand Prix Inggris.[171][172] Dengan peningkatan mobil baru, Norris menempati posisi ketiga dalam adu sprint. Pada sesi sprint yang berlangsungdalam kondisi basah, mobil Norris mengalami anti-stall akibat kurangnya grip di tikungan ke-3 pada putaran pertama, yang langsung menjatuhkannya ke posisi kesepuluh. Dia menyelesaikan sesi sprint di urutan kesembilan.[173][174] Norris lolos di urutan keempat untuk balapan dan finis di urutan kelima setelah sebagian besar bertarung dengan Hamilton dan Sainz sepanjang balapan. Norris dipromosikan ke posisi keempat setelah Sainz, yang finis di urutan keempat, diberi penalti waktu sepuluh detik pasca balapan karena melebihi batas lintasan.[175][176] Di Grand Prix Inggris, dengan kedua mobil mendapat peningkatan baru, Norris dan Piastri yang masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga, memberikan tim McLaren hasil kualifikasi terbaik di musim ini sejauh ini.[177] Pada hari perlombaan, Norris memulai lebih cepat dan menyalip Verstappen di tikungan pertama untuk memimpin balapan di empat putaran pertama, sebelum disusul oleh Verstappen di putaran kelima. Piastri juga memulai dengan baik untuk mempertahankan posisi ketiga dan membangun keunggulan yang cukup besar melawan Charles Leclerc. Piastri melakukan pit stop pada putaran ke-29, namun dua putaran kemudian, mesin mobil Kevin Magnussen terbakar yang memanggil mobil keselamatan virtual dan mobil keselamatan, di mana Hamilton diuntungkan untuk mendahului Piastri ke posisi ketiga setelah melakukan pit stop. Norris juga masuk pit pada saat mobil keselamatan dan unggul dari Hamilton. Norris, yang beralih ke ban keras, mempertahankan posisinya melawan Hamilton (yang beralih ke ban lunak) ketika balapan kembali dilanjutkan untuk finis di posisi kedua, memberi tim McLaren dan Norris finis di posisi kedua untuk yang pertama kalinya sejak Grand Prix Italia 2021. Piastri finis di posisi keempat setelah bertarung melawan George Russell dalam karier terbaiknya di dalam ajang Formula Satu hingga saat ini.[178] Norris berhasil mencetak podium pertamanya berturut-turut dengan finis di posisi kedua di Grand Prix Hongaria. Sial bagi Piastri, setelah sempat menempati posisi kedua pada awal balapan setelah start dari posisi keempat, ia finis di posisi kelima setelah mobilnya mengalami kerusakan lantai.[179][180] Pada Grand Prix Belgia, Piastri lolos di posisi kedua dalam sesi adu sprint, posisi kualifikasi tertingginya hingga saat ini, dan kehilangan posisi terdepan dengan selisih hanya 11 milidetik saja.[181] Pada saat balapan sprint, Piastri memimpin balapan di putaran kedua untuk yang pertama kalinya di dalam kariernya di dalam ajang Formula Satu, namun disusul oleh Verstappen di putaran ke-5. Piastri menyelesaikan sprint di posisi kedua, sedangkan Norris finis di urutan keenam.[182] Pada Grand Prix Jepang, Norris dan Piastri masing-masing berhasil finis di posisi kedua dan ketiga, memberi tim McLaren podium ganda yang pertama bagi mereka di musim ini, dan yang pertama sejak Grand Prix Italia 2021. Ini sekaligus juga menjadi podium yang pertama bagi Piastri di dalam ajang Formula Satu.[183] Piastri berhasil memenangkan lomba balapan sprint Grand Prix Qatar, menandai kemenangan lomba balapan sprint yang pertama bagi tim McLaren di dalam ajang Formula Satu; keduanya akan pulih dari posisi grid yang lebih rendah pada balapan utama untuk masing-masing finis di urutan kedua dan ketiga. Pada balapan inilah, tim McLaren berhasil mencatatkan waktu pit stop tercepat di dalam ajang Formula Satu dengan catatan waktu 1,80 detik, lebih cepat 0,02 detik dari rekor sebelumnya yang dibuat oleh tim Red Bull Racing di Grand Prix Brasil 2019.[184] Di Grand Prix Amerika Serikat, Norris dan Piastri masing-masing berhasil finis di urutan keempat dan kelima dalam sprint, sementara Norris berhasil finis di posisi ketiga di dalam balapan utama, hanya untuk dipromosikan ke urutan kedua setelah mobil Hamilton ditemukan ilegal dalam inspeksi pasca balapan,[185] dengan Piastri yang terpaksa harus rela tersingkir pada putaran ke-10 karena intercooler mobilnya yang mengalami kerusakan setelah sebelumnya terlibat kontak dengan Ocon pada putaran ke-1. Grand Prix Meksiko menyaksikan Norris tersingkir di sesi Q1 setelah tidak mampu menetapkan catatan waktu putaran yang kompetitif, karena kesalahan dan bendera kuning. Tim memutuskan untuk tidak menjalankan unit daya yang baru dan mendapatkan penalti, meskipun posisi di grid yang rendah dan kehilangan beberapa komponen mesin pada balapan pertama di Bahrain,[186] dan Norris berhasil bangkit untuk finis di posisi kelima yang cemerlang, di depan Piastri yang finis di posisi kedelapan. Grand Prix Brasil menyaksikan Norris berhasil meraih posisi terdepan untuk balapan sprint dengan Piastri di posisi kesepuluh, tetapi hanya dapat mengonversinya menjadi finis di posisi kedua dan kesepuluh. Norris memulai balapan ini dari posisi keenam dengan Piastri yang sekali lagi di posisi kesepuluh. Start yang sangat baik membuat Norris melompat ke posisi kedua di tikungan pertama, di mana dia bertahan selama sisa balapan. Sementara itu, Piastri terjebak di dalam insiden di tikungan pertama yang merusak sayap belakang dan diffusernya, dan meskipun tim dapat memperbaiki mobilnya di bawah kondisi bendera merah, tetapi karena harus segera masuk ke dalam pit, sementara mobil-mobil lainnya berputar untuk putaran lain di bawah kondisi mobil keselamatan, maka dia berakhir dengan tertinggal satu putaran.[187] Dia pada akhirnya finis di posisi ke-16, dengan tertinggal dua putaran.
Grand Prix Las Vegas 2023 menyaksikan eliminasi ganda di sesi Q1 untuk yang pertama kalinya sejak Grand Prix Miami di awal tahun, di mana hal ini terjadi karena tim lebih memilih untuk tidak menggunakan set kedua ban lunak untuk putaran terakhir mereka.[188] Balapan tidak jauh lebih baik; Norris mengalami pengunduran dirinya yang pertama di musim ini pada putaran ke-3 setelah mengalami kecelakaan hebat di tikungan kesebelas dengan mobilnya yang hampir mencapai dasar lintasan karena gundukan, dengan mobil yang boros bahan bakar dan tekanan ban rendah karena kurangnya suhu. Norris dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan pencegahan, tetapi segera diperbolehkan pulang. Sementara itu, Piastri berjuang dengan gagah berani di grid. Namun, pada putaran ke-17, dia bertabrakan dengan Hamilton, dan menyebabkan ban mobilnya mengalami kebocoran. Setelah memulai dengan menggunakan ban keras, dia kembali ke ban keras dengan harapan akan ada mobil keselamatan di akhir balapan. Sayangnya baginya, mobil keselamatan keluar 10 putaran kemudian, pada putaran ke-27 dari 50; pada saat itu, ban medium tidak dapat dijalankan selama itu secara optimal. Pada saat memulai kembali balapan, dia berada di urutan ke-4 dan menunjukkan kecepatan yang mengesankan melawan para pembalap yang berada di posisi terdepan, bertahan hingga putaran ke-44 untuk melakukan overcut terhadap para pembalap yang berada di belakangnya. Dia kemudian beralih ke ban medium dan keluar di urutan kedua belas, di mana dia berjuang hingga akhirnya finis di urutan kesepuluh dengan mencatatkan waktu putaran tercepat. Selama akhir pekan Grand Prix Abu Dhabi, tim McLaren menandatangani perpanjangan penggunaan mesin Mercedes hingga musim 2030.[3] Untuk balapan tersebut, Piastri memulai jalannya balapan dari posisi ketiga dengan Norris di posisi kelima setelah sebuah kesalahan pada putaran terakhirnya di sesi Q3 membuatnya kehilangan kesempatan untuk menempati barisan terdepan. Mobil-mobil tersebut menyelesaikan balapan di posisi kelima untuk Norris dan keenam untuk Piastri, yang sekaligus juga mengakhiri musim 2023 untuk tim McLaren, dengan mereka yang menempati posisi keempat di dalam klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor, dengan Norris yang finis di posisi keenam dan Piastri yang finis di posisi kesembilan di dalam klasemen akhir kejuaraan dunia pembalap.
Rekor Pit Stop
Per bulan Oktober 2023, tim McLaren memiliki rekor pit stop tercepat, dengan catatan waktu 1.80 detik. Rekor ini berhasil diperoleh tim McLaren di Grand Prix Qatar 2023.[189]
Sejarah balapan: Seri lain
Can-Am
Mobil balap pertama McLaren yang dirancang dan dibuat "dari karet ke atas" oleh Bruce McLaren Motor Racing adalah mobil M1. Mobil dengan blok kecil Oldsmobile langsung sukses dikendarai oleh Bruce McLaren. Mobil itu dilombakan di kawasan Amerika Utara dan benua Eropa pada tahun 1964 di berbagai acara olahraga A dan Kejuaraan Balap Jalan Amerika Serikat. Pada tahun 1965, mobil tim adalah prototipe M1A, yang menjadi dasar produksi Elva M1A. Pada akhir tahun 1965, mobil M1B (juga dikenal sebagai Mk2) adalah mobil tim untuk balapan Amerika Utara pada akhir tahun. Untuk Seri Can-Am, yang dimulai pada tahun 1966, tim McLaren menciptakan M3 yang dikendarai oleh Bruce dan Chris Amon– mobil pelanggan juga muncul di beberapa balapan di musim 1966. Dengan mobil M3, mereka memimpin dua balapan, tetapi tidak mencetak kemenangan, dan gelar perdana diambil oleh John Surtees dengan menggunakan mobil Lola T70. Pada tahun berikutnya, Robin Herd sengaja merancang Chevrolet bertenaga V8 M6A, penundaan karena program Formula Satu memungkinkan tim menghabiskan sumber daya ekstra untuk mengembangkan mobil Can-Am yang merupakan mobil yang pertama yang dicat dengan warna oranye McLaren. Dengan Denny Hulme yang sekarang bermitra bersama dengan Bruce, mereka berhasil memenangkan lima dari enam balapan dan Bruce berhasil memenangkan gelar kejuaraan, menetapkan pola untuk empat tahun ke depan. Pada musim 1968, mereka menggunakan mobil baru, yaitu mobil M8, untuk memenangkan empat balapan; tim McLaren non-pabrikan mengambil dua lainnya, tetapi kali ini Hulme berhasil menang secara keseluruhan. Pada musim 1969, dominasi tim McLaren menjadi total pada saat mereka berhasil memenangkan seluruh 11 balapan dengan mobil M8B; Hulme berhasil menang sebanyak lima kali, dan Bruce berhasil memenangkan balapan sebanyak enam kali dan juga gelar Kejuaraan Pembalap.[24] Sejak tahun 1969 dan seterusnya, mobil McLaren M12 – "varian" pelanggan dari mobil M8 – dikemudikan oleh beberapa pendatang, termasuk versi yang dimodifikasi oleh Jim Hall dari Chaparral yang terkenal. Kesuksesan tim McLaren di Can-Am membawa serta imbalan finansial, baik hadiah uang, maupun uang dari penjualan mobil ke tim yang lain, yang membantu mendukung tim dan mendanai program Formula Satu yang baru lahir dan dengan bayaran yang relatif rendah.[24][190]
Setelah Bruce terbunuh pada saat dirinya sedang menguji mobil M8D musim 1970, dia pada awalnya digantikan oleh Dan Gurney, kemudian oleh Peter Gethin. Mereka masing-masing berhasil memenangkan dua dan satu balapan, sementara Hulme berhasil memenangkan enam balapan dalam perjalanan menuju ke arah gelar kejuaraan. Tim swasta yang berkompetisi di seri Can-Am pada tahun 1970 mencakup mobil M3B versi lama, serta mobil M12 – versi pelanggan dari M8B tim. Pada musim 1971, tim menahan tantangan dari juara dunia pembalap musim 1969, yaitu Jackie Stewart, di Lola T260, berhasil memenangkan delapan balapan, dengan Peter Revson yang berhasil mengambil gelar juara. Hulme juga berhasil memenangkan tiga balapan Can-Am di musim 1972, tetapi mobil McLaren M20 dikalahkan oleh mobil Porsche 917/10s yang dikemudikan oleh Mark Donohue dan George Follmer. Dihadapkan pada sumber daya tim pabrikan Porsche yang lebih besar, tim McLaren memutuskan untuk meninggalkan ajang Can-Am pada akhir tahun 1972, dan hanya fokus pada balap mobil roda terbuka saja.[24] Ketika seri Can-Am yang asli dihentikan pada akhir musim 1974, tim McLaren sejauh ini menjadi konstruktor yang paling sukses dengan raihan 43 kemenangan.[191]
Indianapolis 500
Tim McLaren pertama kali mengikuti balapan Indianapolis 500 di United States Auto Club (USAC) pada musim 1970, didorong oleh pemasok ban mereka, yaitu Goodyear, yang menginginkan untuk mematahkan cengkeraman pesaing Firestone pada acara balapan tersebut. Dengan mobil M15, Bruce, Chris Amon, dan Denny Hulme masuk, tetapi setelah Amon mundur dan tangan Hulme mengalami luka bakar parah dalam sebuah insiden pada saat sesi latihan, Peter Revson dan Carl Williams mengambil tempat di mobil mereka dalam perlombaan, masing-masing untuk pensiun dan finis di urutan ketujuh. Tim juga mengikuti beberapa balapan bergengsi di kejuaraan USAC pada tahun itu, seperti yang akan mereka lakukan di tahun-tahun berikutnya.[192] Untuk tahun 1971, mereka memiliki mobil yang baru, yaitu M16, yang menurut pembalap Mark Donohue: "...menghapus semua mobil lain di trek..." Pada Indianapolis 500 tahun itu, Revson menempati posisi terdepan dan finis di urutan kedua, sementara pada musim 1972, Donohue berhasil menang di M16B privateerTeam Penske.[193] Acara balapan musim 1973 membuat Johnny Rutherford bergabung bersama dengan tim; dia start dari posisi terdepan, tetapi finis di urutan kesembilan, sementara Revson tersingkir.[194] Tim McLaren berhasil memenangkan Indianapolis 500 untuk yang pertama kalinya bagi mereka di musim 1974 bersama dengan Rutherford. Kombinasi antara tim McLaren dan Rutherford berhasil menempati posisi kedua di musim 1975, dan berhasil menang lagi di musim 1976.[195] Pengembangan mobil M16 telah digunakan selama periode ini hingga mobil M24 baru diperkenalkan pada tahun 1977. Tim tidak mereproduksi kesuksesan mereka baru-baru ini di Indianapolis pada musim 1977, 1978, atau 1979, dan meskipun mereka terus memenangkan perlombaan USAC yang lainnya, namun pada akhir tahun 1979, mereka memutuskan untuk mengakhiri keterlibatan mereka.[196]
Pada tanggal 12 April 2017, tim McLaren mengungkapkan bahwa mereka akan berpartisipasi di dalam ajang Indianapolis 500 2017 dengan pembalap Formula 1 mereka saat ini, yakni Fernando Alonso, yang mengendarai mobil IndyCar milik tim Andretti Autosport yang bermerek McLaren dan bertenaga mesin Honda.[197]
Di sesi kualifikasi, Alonso berhasil mengamankan posisi start di baris kedua dari posisi kelima.[198] Selama balapan, Alonso sempat memimpin jalannya lomba selama 27 putaran di start Indy 500 pertamanya. Dengan 21 putaran yang tersisa, Alonso berada di urutan ketujuh ketika mesin Honda-nya mati.[199] Dia diklasifikasikan di posisi ke-24. Setelah pensiun, dia menerima tepuk tangan meriah dari tribun penonton.[200] Alonso telah dipuji atas debutnya yang kuat.[201][202]
Pada tanggal 10 November 2018, tim McLaren secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan berpartisipasi di dalam ajang Indianapolis 500 2019 bersama dengan Fernando Alonso, dan menggunakan mesin dari Chevrolet.[203][204] Namun, setelah mengalami kesulitan mekanis dan kecelakaan parah pada saat sesi latihan, tim tersebut gagal lolos ke balapan (seperti halnya dua peserta terkait Carlin yang lainnya, satu dengan mantan pembalap F1 yang lainnya (Max Chilton) yang membalap).[205]
Pada bulan Agustus 2019, tim McLaren secara resmi mengumumkan bahwa tim tersebut akan berkompetisi secara penuh pada Seri IndyCarmusim 2020. Tim McLaren berkolaborasi bersama dengan tim Arrow Schmidt Peterson Motorsports untuk berkompetisi di dalam Seri IndyCar musim 2020 sebagai Arrow McLaren SP.[206]
Zak Brown menyatakan dalam sebuah sesi wawancara dengan Leigh Diffey bahwa bergabungnya McLaren ke Seri IndyCar secara penuh didorong oleh dua tujuan berbeda. Yang pertama adalah memasarkan merek McLaren dan beberapa sponsor terkemuka tim Formula Satu McLaren yang berbasis di Amerika dalam seri balap yang sebagian besar berpusat di kawasan Amerika Utara, karena Formula Satu hanya mengadakan tiga balapan saja di kawasan Amerika Utara pada Kejuaraan Dunia musim 2021 dan hanya satu dari tiga balapan tersebut yang berada di negara Amerika Serikat. Yang kedua adalah membagi keahlian teknik tim McLaren ke dalam seri balap yang tidak dilibatkan oleh tim Formula Satu yang lainnya, karena Brown berpikir bahwa tim McLaren akan lebih menonjol di antara para pesaingnya di IndyCar dibandingkan di seri balap yang lainnya. Brown juga menyatakan bahwa tim McLaren lebih memilih untuk bermitra bersama dengan tim Schmidt Peterson Motorsports karena upaya mereka sebelumnya menurunkan timnya dengan bantuan dari tim Andretti Autosport dan Carlin khusus untuk ajang Indianapolis 500 tidak berhasil, dan pembelian Seri IndyCar oleh Penske Entertainment membuat tim McLaren merasa lebih percaya diri terhadap kelangsungan dan stabilitas seri ini dalam jangka panjang, dibandingkan dengan kepemilikan sebelumnya di bawah Tony George.[207]
Pada pelaksanaan balapan ronde ke-11 dari Seri IndyCarmusim 2021, tim McLaren mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi mayoritas saham dari tim Arrow McLaren SP. Transaksi tersebut diselesaikan pada akhir tahun yang sama, dengan McLaren Racing yang menjadi pemilik 75% saham dari tim IndyCar tersebut.[208]
Pada akhir tahun 2022, tim IndyCar tersebut mengumumkan bahwa tim tersebut akan mengubah nama tim menjadi Arrow McLaren, menghapus kata SP yang terdapat pada akhir nama tim. SP merupakan inisial dari Sam Schmidt dan Ric Peterson, pemilik tim IndyCar tersebut. Meskipun begitu, Schmidt dan Peterson dikabarkan akan tetap terlibat di dalam kepengurusan tim Arrow McLaren.[209]
Untuk Seri IndyCar musim 2022, tim pertama di bawah kepemilikan tim McLaren, baik O'Ward dan Rosenqvist akan kembali lagi ke dalam tim sebagai entri penuh waktu. Mobil nomor 6 akan kembali lagi secara paruh waktu untuk GMR Grand Prix dan Indianapolis 500 2022 yang dikendarai oleh Juan Pablo Montoya.[210] O'Ward dan Rosenqvist masing-masing finis kedua dan keempat di Indianapolis 500, yang merupakan posisi finis yang terbaik bagi tim di Indianapolis hingga saat ini. Tim secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani Alexander Rossi untuk mengendarai mobil penuh waktu ketiga mulai dari tahun 2023 dan seterusnya.[211]
Untuk musim 2023, tim secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani Alexander Rossi untuk mengendarai mobil penuh waktu ketiga.[212] Selain itu, presiden tim, yaitu Taylor Kiel, meninggalkan tim. Tugasnya diurai dan didistribusikan kembali antara Brian Barnhart, yang bergabung bersama dengan tim bersama dengan Rossi dari tim Andretti Autosport sebagai General Manager, dan Gavin Ward.[213] Sehubungan dengan perayaan ulang tahun McLaren yang ke-60, tim ini menggunakan sebuah livery khusus untuk Indianapolis 500 2023 untuk merayakan pencapaian Triple Crown McLaren. Corak No. 7, 6, dan 5 dicat sebagai McLaren M16C/D, yang berhasil memenangkan Indianapolis 500 1974, McLaren MP4/2 yang berhasil memenangkan Grand Prix Monako 1984, dan McLaren F1 GTR yang masing-masing berhasil memenangkan 24 Hours of Le Mans 1995 untuk menghormati tiga mobil McLaren pemenang yang membentuk Triple Crown.[214][215]
Pada bulan Juni 2021, tim McLaren Racing secara resmi mengumumkan akan memasukkan sebuah tim di seri Extreme E pada musim 2022, yang dioperasikan dengan personel di luar program Formula Satu.[220][221]Tanner Foust dan Emma Gilmour dikonfirmasi sebagai pembalap untuk tim tersebut.[222] Masuk dengan nama McLaren XE, tim ini berganti nama pada balapan kedua menjadi NEOM McLaren Extreme E karena alasan sponsor. TIm ini berhasil memenangkan podium pertamanya pada Energy X-Prix, dan Gilmour menjadi pemenang podium wanita yang pertama untuk McLaren.[223] Tim finis di tempat kelima di dalam klasemen akhir Kejuaraan Tim.
Tim McLaren mempertahankan Foust dan Gilmour untuk musim 2023.[224] Tim ini meraih podium keduanya dengan menempati posisi kedua pada Putaran ke-4 di Hydro X-Prix.[225] Pada Putaran ke-7 di Island X-Prix II, Gilmour mengalami patah tulang rusuk dan gegar otak menyusul kecelakaan pada sesi latihan bebas pertama, dan harus absen selama sisa akhir pekan. Dia digantikan oleh pembalap cadangan kejuaraan Extreme E, yaitu Tamara Molinaro.[226] Tim McLaren mengundurkan diri dari Putaran ke-8 karena mobil cadangan rusak parah pada perlombaan penebusan Putaran kr-7 setelah Molinaro, dalam start balapan debutnya untuk tim McLaren, bertabrakan dengan Hedda HosåsJBXE saat melaju ke bawah lompatan pertama di awal lomba dan menggulingkan mobil. Ini adalah pertama kalinya sebuah tim mengundurkan diri dari perlombaan di Extreme E.[227][228]
Pada bulan Desember 2020, Zak Brown mengumumkan minat tim McLaren untuk memasuki ajang Formula E setelah kontrak perusahaan sebagai pemasok baterai berakhir.[229] Pada bulan Januari tahun berikutnya, tim McLaren menandatangani opsi untuk mengikuti kejuaraan pada tahun 2022.[230]
Tim McLaren mengumumkan akuisisi Tim Formula E Mercedes-EQ pada bulan Mei 2022, dan memulai debutnya di Kejuaraan Dunia musim 2022-23 sebagai Tim Formula E NEOM McLaren, dengan menggunakan powertrain EV Nissan.[7][231]René Rast, yang terakhir kali membalap di Kejuaraan Dunia musim 2020-21 bersama dengan tim Audi Sport ABT Schaeffler, dan Jake Hughes telah dikontrak sebagai pembalap tim.[232][233] McLaren melakukan debut ePrixnya di ePrix Kota Meksiko 2023. Hughes start dari posisi ketiga dan menyelesaikan balapan di tempat kelima, sedangkan Rast start dari posisi kelima belas, tetapi mundur dari balapan pada putaran ke-40 setelah bertabrakan dengan Oliver Rowland dari tim Mahindra.[234][235][236] Tim McLaren mencapai beberapa pencapaian di Diriyah ePrix. Pada babak pertama, Hughes start dari posisi kedua (kehilangan posisi terdepan dengan selisih 0,060 detik), tetapi finis di posisi kedelapan, sedangkan Rast start dan finis di posisi kelima sambil juga mencetak putaran tercepat yang pertama bagi tim McLaren di Rumus E.[237][238] Di babak kedua, Hughes berhasil mengamankan posisi terdepan perdananya tim McLaren di dalam ajang Formula E, dan Rast start di tempat ketiga.[239] Hughes menyelesaikan balapan di posisi kelima dan Rast finis di posisi ketiga, memberi tim McLaren podium perdananya di dalam ajang Formula E.[240] Hughes start dari posisi kedua di Monaco ePrix, tetapi kemudian dipromosikan ke posisi terdepan setelah pembalap Nissan, yaitu Sacha Fenestraz, dicopot dari posisi terdepan karena melebihi batas tenaga di laju finalnya.[241] Hughes menyelesaikan balapan di tempat kelima, sedangkan Rast finis di urutan ketujuh belas setelah mengalami beberapa tabrakan.[242] Pada London ePrix, tim McLaren membalap dengan livery olahraga bermotor yang pertama di dunia yang dirancang dengan menggunakan AI.[243][244] Tim McLaren menyelesaikan musim ini di posisi kedelapan di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Tim.
Pada bulan Agustus 2023, tim McLaren secara resmi mengumumkan bahwa Hughes telah kembali menandatangani kontrak dengan tim, sedangkan Rast akan berangkat ke Kejuaraan Dunia musim 2023-24.[245] Posisi Rast akan digantikan oleh Sam Bird, yang pindah ke tim dari tim Jaguar Racing.[246]
Seri lain
McLaren tengah mengkaji regulasi LMDh untuk kemungkinan masuk ke Kejuaraan Ketahanan Dunia FIA mulai dari musim 2024.[247][248][249] Mulai dari bulan Januari 2023, McLaren tidak ingin masuk WEC.[250]
Balapan pelanggan
Selain mobil yang dilombakan oleh tim kerja, berbagai macam mobil balap McLaren juga telah digunakan oleh tim pelanggan. Pada tahun-tahun awal mereka, tim McLaren membangun Formula Dua,[251]hillclimbing,[252]Formula 5000,[253] dan balapan mobil sport[254] yang dijual kepada pelanggan. Karena tidak mempunyai kapasitas untuk membangun angka-angka yang diinginkan, maka Trojandisubkontrakkan untuk membangun beberapa di antaranya.[251][253][254] Di dalam ajang Can-Am, Trojan membuat mobil M6 dan M8 versi pelanggan dan mobil bekas dijual ke swasta ketika model baru tiba; setengah dari lapangan adalah McLaren di beberapa balapan. Penulis Mark Hughes mengatakan, "lebih dari 220" McLaren dibuat oleh Trojan.[24] Di dalam kompetisi USAC dan Formula Satu, banyak tim yang menggunakan McLaren pada akhir tahun 1960an dan 1970an.[255] M8F tahun 1972 dibuat ulang sebagai C8 untuk digunakan di dalam ajang balapan Grup C pada tahun 1982, tetapi tidak terlalu berhasil.[256]
Pada pertengahan tahun 1990-an, perusahaan saudara McLaren Racing, yaitu McLaren Cars (sekarang McLaren Automotive), membuat versi balap dari mobil jalan raya F1 mereka, F1 GTR yang berhasil memenangkan Le Mans 24 Jam 1995 dan BPR Global GT Series tahun 1995 dan 1996.[257] Pada tahun 2011, versi GT3 dari MP4-12C dikembangkan melalui kemitraan dengan CRS Racing, dan memulai debut kompetitifnya di dalam ajang VLN dan Master ADAC GT pada tahun 2012.[258] MP4-12C digantikan oleh McLaren 650S dan kemudian McLaren 720S untuk balap GT3, sementara versi GT4 dari McLaren 570S juga dikembangkan.
Pada tahun 2022, McLaren Automotive mengumumkan model GT4 baru berdasarkan McLaren Artura,[259] bersama dengan versi tidak terbatas yang bernama Artura Trophy, yang akan digunakan di dalam seri one-make yang direncanakan oleh McLaren.[260]
Pada bulan Oktober 2023, McLaren Automotive mengumumkan niatnya untuk berpartisipasi di dalam ajang Le Mans 24 Jam 2024 di bawah kategori LMGT3 yang baru melalui United Autosports CEO Zak Brown sebagai tim pelanggannya.[261] McLaren Automotive juga mengumumkan bahwa mereka akan mengikuti ajang IMSA SportsCar Championship 2024 dalam kategori GT Daytona Pro (GTD Pro) melalui tim Pfaff Motorsports sebagai tim pelanggannya.[262][263] Baik tim United Autosports dan Pfaff Motorsports akan menggunakan mobil McLaren 720S GT3 Evo.
Karakteristik
McLaren Racing mayoritas dimiliki oleh McLaren Group, setelah menjual 15% saham tim kepada sebuah investor asal Amerika Serikat, yaitu MSP Sports Capital, pada tahun 2020, dan meningkat menjadi 33% saham pada tahun 2022.[264] Tim ini sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh Grup sejak awal berdirinya.
Kepemilikan dan manajemen
Setelah Bruce McLaren meninggal dunia di dalam sebuah kecelakaan pada saat sesi pengujian pada tahun 1970, Teddy Mayer mengambil alih tim. Pada tahun 1981, tim McLaren bergabung bersama dengan Project Four Racing milik Ron Dennis; Dennis mengambil alih posisi sebagai kepala tim, dan tidak lama kemudian mengorganisir pembelian pemegang saham asli McLaren untuk mengambil kendali penuh atas tim. Dennis menawarkan Mansour Ojjeh kesempatan untuk membeli 50% saham tim pada tahun 1983, dengan tim McLaren yang menjadi perusahaan patungan dengan TAG Group milik Ojjeh. Pada tahun 2000, setelah memasok mesin ke tim melalui anak perusahaan Mercedes selama 5 tahun, DaimlerChrysler (sekarang Daimler AG) menggunakan opsi untuk membeli 40% dari Grup TAG McLaren.[265] Dennis dan Ojjeh masing-masing memiliki 30% saham,[266] dan masing-masing menjual setengah sahamnya ke Perusahaan Induk Mumtalakat (dana kekayaan negara dari Kerajaan Bahrain) pada tahun 2007.[267] Meskipun Daimler dilaporkan mempertimbangkan untuk mengakuisisi 60% sisanya dari Dennis dan Ojjeh, namun mereka malah membeli tim Brawn GP (yang kemudian mengganti namanya menjadi Mercedes GP) pada bulan November 2009;[268] dan saham tim McLaren mereka dijual kembali ke Mumtalakat, Dennis, dan Ojjeh pada tahun 2010.[269]
Dennis mengundurkan diri sebagai CEO dan kepala tim McLaren pada tahun 2009, dan menyerahkan kedua peran tersebut kepada Martin Whitmarsh.[270][271] Namun, setelah musim 2013 yang tidak kompetitif, Dennis mengambil kembali peran tersebut pada bulan Januari 2014;[272] Whitmarsh secara resmi meninggalkan tim pada akhir tahun itu.[273] Dennis berusaha untuk mengambil alih saham pengendali di perusahaan tersebut, namun hubungannya dengan Ojjeh memburuk, mungkin pada awal tahun 2013.[274][275] Pada tahun 2016, Dennis dipaksa keluar dari perannya sebagai CEO oleh Ojjeh.[276] Dia menjual sisa sahamnya di perusahaan itu pada tahun berikutnya.[277]
Setelah Dennis kembali lagi pada tahun 2014, dia menghapuskan posisi kepala tim di tim McLaren, dengan mengatakan bahwa posisi itu adalah posisi yang 'ketinggalan jaman'.[278]Éric Boullier malah ditunjuk sebagai direktur balapan pada bulan Januari 2014, dan bertanggung jawab atas tim F1.[279] Setelah Dennis keluar, Zak Brown dipilih untuk jabatan direktur eksekutif Grup, dengan posisi CEO Grup dan CEO Balapan yang mana keduanya dibiarkan kosong.[280] Meskipun posisinya secara formal berada di Grup McLaren yang lebih luas, namun perannya hanya akan terfokus pada tim F1 saja. Meningkatnya kesadaran akan mobil yang biasa-biasa saja mendorong perombakan pada tahun 2018: Brown ditunjuk sebagai CEO McLaren Racing pada bulan April, dan ketika Boullier mengundurkan diri pada bulan Juli, posisinya terbagi antara Gil de Ferran sebagai direktur olahraga dan Andrea Stella sebagai direktur kinerja.[281] Pada bulan Mei 2019, Andreas Seidl ditunjuk sebagai kepala tim yang baru.[282] Pada bulan Desember 2022, Seidl meninggalkan tim McLaren untuk bergabung bersama dengan Sauber sebagai CEO, dengan Stella yang dipromosikan menjadi kepala tim.[283][284]
Sejak tahun 2004, tim ini bermarkas di McLaren Technology Center di Woking, Inggris.[285] Fasilitas di sana antara lain terowongan angin dan simulator membalap, yang disebut-sebut sebagai yang tercanggih di dalam olahraga tersebut.[286] Tim juga telah membuat McLaren Young Driver Programme, yang pada saat ini telah memiliki satu pembalap yang menandatangani kontraknya.[287][288]
Politik
Tim McLaren memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan badan pengatur Formula Satu, yaitu FIA, dan pendahulunya, yakni FISA, serta dengan pemegang hak komersial olahraga tersebut. Tim McLaren terlibat, bersama dengan tim lain dari Asosiasi Konstruktor Formula Satu (FOCA), dalam perselisihan dengan FISA dan Alfa Romeo, Renault, dan Ferrari mengenai kendali olahraga tersebut pada awal dasawarsa 1980-an. Selama perselisihan ini, yang dikenal sebagai perang FISA-FOCA, sebuah seri yang memisahkan diri diancam, FISA menolak memberikan sanksi satu balapan, dan FOCA memboikot balapan lainnya. Hal ini pada akhirnya diselesaikan melalui kesepakatan bagi hasil yang disebut sebagai Perjanjian Concorde.[289][290][291]
Perjanjian Concorde yang berikutnya ditandatangani pada tahun 1987 dan 1992, tetapi pada tahun 1996, tim McLaren kembali menjadi salah satu tim yang mempermasalahkan ketentuan perjanjian baru, kali ini dengan mantan presiden FOCA dan organisasi Promosi dan Administrasi Formula SatuBernie Ecclestone; perjanjian 10 tahun yang baru pada akhirnya ditandatangani pada tahun 1998.[292] Argumen serupa muncul kembali pada pertengahan tahun 2000an, ketika tim McLaren dan pemilik sebagian sahamnya, yaitu Mercedes, kembali lagi mengancam untuk memulai seri saingannya, sebelum Perjanjian Concorde yang lainnya ditandatangani pada tahun 2009.[293] Pada tahun 2007, tim McLaren terlibat dalam kontroversi spionase, setelah kepala desainer mereka, yaitu Mike Coughlan, memperoleh informasi teknis rahasia dari tim Ferrari. Tim McLaren dikeluarkan dari klasemen Kejuaraan Dunia Konstruktor selama satu tahun, dan tim tersebut didenda sebesar US$100 juta.[102][294] Meskipun ketentuan perjanjian yang terbaru, pada tahun 2013 dan 2021, telah dinegosiasikan secara ekstensif, namun tim McLaren kali ini tidak mengambil sikap bermusuhan secara terbuka seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya di masa lalu.
Sponsor, penamaan, dan corak
Tim Formula Satu McLaren pada awalnya bernama Bruce McLaren Motor Racing, dan untuk musim pertama, mereka menggunakan mobil berwarna putih-hijau, yang muncul sebagai hasil kesepakatan dengan pembuat film Grand Prix.[295] Antara musim 1968 dan 1971, tim menggunakan desain oranye, yang juga diterapkan pada mobil yang berkompetisi di dalam seri Indianapolis 500 dan Can-Am, dan digunakan sebagai corak pengujian sementara di tahun-tahun berikutnya.[295][296][297]
Pada musim 1968, Royal Automobile Club dan FIA melonggarkan peraturan mengenai sponsor komersial mobil Formula Satu, dan pada musim 1972, perusahaan kosmetik Yardley of London menjadi sponsor utama yang pertama bagi tim McLaren, dan tim tersebut berlomba sebagai Yardley Team McLaren.[298][299] Alhasil, coraknya diubah menjadi dominan berwarna putih untuk mencerminkan warna sponsor.[300] Hal ini berubah pada musim 1974, ketika Philip Morris bergabung sebagai sponsor utama melalui merek rokok Marlboro mereka, sementara satu mobil terus berjalan—sepertinya oleh tim terpisah—dengan corak Yardley untuk tahun tersebut.[299] Pencitraan merek merah-putih Marlboro bertahan hingga musim 1996, di mana selama waktu tersebut, tim menggunakan berbagai nama yang menggabungkan kata "Marlboro", menjadikannya sebagai sponsorship Formula Satu yang paling lama berjalan (dan masih menjadi sponsor utama terlama), yang sejak saat itu telah dilampaui oleh sponsor tim Hugo Boss, yang berlangsung mulai dari musim 1981 hingga 2014).[301][302][303][304]
Pada musim 1997, Philip Morris memindahkan sponsor Marlboro ke tim Ferrari, dan posisinya digantikan oleh merek rokok West Reemtsma, dengan tim tersebut yang masuk dengan nama West McLaren Mercedes.[305] Alhasil, tim McLaren mengadopsi livery silver dan hitam. Pada pertengahan tahun 2005, European Union Directive melarang iklan tembakau di dalam dunia olahraga, yang memaksa tim McLaren untuk mengakhiri hubungannya dengan West.[306] Pada musim 2006, tim berkompetisi tanpa sponsor utama, dan masuk dengan nama Team McLaren Mercedes. Tim McLaren mengubah coraknya dengan memasukkan warna merah ke dalam desainnya, dan mengubah warna perak menjadi krom.
Pada musim 2007, tim McLaren menandatangani kontrak berdurasi selama tujuh tahun dengan perusahaan telekomunikasi Vodafone, dan dikenal sebagai Vodafone McLaren Mercedes.[307] Perjanjian ini akan berlangsung hingga musim 2014, meskipun tim secara resmi mengumumkan di Grand Prix Australia 2013 bahwa kemitraan mereka akan berakhir pada akhir musim 2013.[308] Meskipun menjelaskan keputusan untuk mengakhiri sponsorship sebagai hasil dari keinginan Vodafone untuk mempertimbangkan kembali peluang komersialnya, namun kemudian dilaporkan bahwa keputusan untuk menjalankan Grand Prix Bahrain 2012 meskipun terjadi pemberontakan sipil yang sedang berlangsung dan protes terhadap balapan, dan ketidakmampuan Vodafone untuk menghapus logo mereka dari mobil McLaren selama balapan sebagai faktor kunci dalam keputusan untuk menghentikan sponsorship.[309] Merek wiski milik Diageo, yaitu Johnnie Walker, yang merupakan sponsor asosiasi sejak tahun 2005, menawarkan untuk mengambil alih posisi sebagai sponsor utama pada akhir tahun 2013, namun tawaran mereka sebesar £43 juta ditolak oleh ketua tim McLaren, yaitu Ron Dennis, yang memercayainya "terlalu kecil".[310]
Pada akhir tahun 2015, diumumkan bahwa tim McLaren akan kehilangan sponsor TAG Heuer ke tim Red Bull Racing. Kepala tim McLaren, yaitu Ron Dennis, kemudian mengaku bahwa dia berselisih dengan CEO TAG Heuer, yaitu Jean-Claude Biver. Pada tahun 2015, tim McLaren tidak memiliki sponsor utama dan diperkirakan akan kehilangan sponsor sebesar £20 juta pada tahun 2016.[310] Antara tahun 2015 dan 2017, tim ini berkompetisi sebagai McLaren Honda karena kemitraan mesin mereka dengan Honda.[311] Tim ini telah berkompetisi sebagai McLaren F1 Team (dalam bahasa Indonesia: Tim F1 McLaren) sejak musim 2018.[312] CEO Zak Brown mengatakan bahwa dia tidak akan menjual nama tim kepada sponsor utama untuk menjaga nama tim tetap utuh, dan sebagai gantinya akan mencari sponsor besar.[313][314]
Mobil McLaren pada awalnya diberi nama dengan huruf M diikuti angka, terkadang juga diikuti huruf yang menunjukkan modelnya.[315] Setelah merger tahun 1981 dengan Project Four, mobil tersebut diberi nama "MP4/x", atau sejak tahun 2001 "MP4-x",[316] dimana x adalah generasi sasis (misalnya MP4/1, MP4-22). "MP4" pada awalnya merupakan singkatan dari "Marlboro Project 4",[317] sehingga judul lengkap mobil (McLaren MP4/x) tidak hanya mencerminkan nama historis tim saja, tetapi juga nama sponsor utama tim dan juga komponen barunya. Sejak pergantian sponsor utama pada tahun 1997, "MP4" konon merupakan singkatan dari "McLaren Project 4".[318] Mulai dari tahun 2017, setelah kepergian Ron Dennis dari tim, skema penamaan mobil diubah menjadi "MCL" diikuti dengan nomor.[319] Sejak musim 2017, tim McLaren semakin banyak mengadopsi warna oranye, yang dirancang untuk mengingatkan pada corak Bruce McLaren.
Pada musim 2017, Logitech menandatangani kesepakatan sponsor multi-tahun dengan McLaren sebagai Mitra Periferal Teknologi Resmi pada tanggal 25 Maret. Kesepakatan ini nantinya akan diperluas ke upaya eSports McLaren di bawah merek Logitech G pada musim 2020.
Pada musim 2019, British American Tobacco (BAT) menyetujui kemitraan global dengan tim McLaren melalui kampanye "A Better Tomorrow", untuk mempromosikan produk rokok alternatif BAT, yaitu Vuse (sebelumnya Vype) dan Velo (sebelumnya Lyft).[320] Perjanjian tersebut telah memicu kontroversi serupa dengan sponsorship Mission Winnow dengan tim Scuderia Ferrari karena hubungannya dengan perusahaan tembakau.[321] Pada bulan Juli 2020, tim McLaren secara resmi mengumumkan kemitraan strategis multi-tahun dengan sponsor lama Gulf Oil International,[322] yang mencakup Gulf Oil sebagai pemasok pelumas pilihan untuk McLaren Automotive[323] dan livery Teluk khusus untuk Grand Prix Monako 2021.[324]
Pada bulan Mei 2022, OKX menandatangani perjanjian sponsorship multi-tahun dengan tim McLaren sebagai mitra utama.[325] Kesepakatan tersebut diperluas pada bulan Maret 2023, dengan OKX yang menjadi mitra utama resmi tim McLaren, di mana OKX akan menerima peningkatan kehadiran merek pada mobil tersebut. Kesepakatan yang diperluas juga mencakup OKX yang mendukung tim esports McLaren Shadow.[326]
Sebagai bagian dari perayaan ulang tahun McLaren yang ke-60, tim mengungkapkan livery khusus untuk Grand Prix Monako dan Spanyol 2023 untuk merayakan Triple Crown. Livery Triple Crown merupakan penggabungan dari livery tiga mobil McLaren pemenang yang membentuk Triple Crown – pepaya dari M16C/D yang berhasil memenangkan Indianapolis 500 1974 di bagian belakang, warna putih dari MP4/2 yang berhasil memenangkan Grand Prix Monako 1984 di bagian tengah, dan warna hitam dari F1 GTR yang berhasil memenangkan Le Mans 24 Jam 1995 di bagian depan MCL60.[327][328]Tim saudara McLaren di Seri IndyCar juga menggunakan corak Triple Crown versi mereka untuk Indianapolis 500 2023, dengan corak mobil No. 7, 6, dan 5 yang masing-masing dicat sebagai M16C/D, MP4/2, dan F1 GTR.[329] Untuk Grand Prix Inggris 2023, dengan bekerja sama dengan mitra utama Google Chrome, tim McLaren akan menggunakan livery krom yang mirip dengan livery favorit penggemar dari tahun 2006 hingga 2014. Livery krom lebih sering dikaitkan dengan tahun-tahun tim McLaren bersama dengan Vodafone.[330][331] Tim McLaren dan OKX kembali lagi berkolaborasi pada Grand Prix Singapura dan Jepang 2023 dengan membalap mobil yang didominasi oleh warna hitam dengan coretan warna oranye pepaya standar, yang disebut sebagai "Stealth Mode".[332][333] Tim McLaren dan Vuse berkolaborasi untuk yang ketiga kalinya pada Grand Prix Abu Dhabi 2023 (2 kolaborasi yang sebelumnya terjadi pada tahun 2021 dan 2022) untuk membalap mobil dengan menggunakan corak yang mirip dengan corak utama pada tahun 2023, tetapi dengan menampilkan lebih banyak pepaya di sayap depan, bersama dengan sidepod yang diperbarui dengan bentuk-bentuk yang abstrak, yang dipengaruhi oleh bukit pasir dan ombak laut.[334][335][336]
^"The TEAM – A SEASON WITH MCLAREN". British Film Institute Film & TV Database. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2015. Diakses tanggal 24 March 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"McLaren and Peugeot part ways". motorsport.com. 25 October 1994. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2023. Diakses tanggal 28 June 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Wright, Peter (8 March 1998). "The 1998 Formula 1 cars". grandprix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 June 2017. Diakses tanggal 13 April 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bishop, Matt. "Pedal to Metal". The Best of F1 Racing 1996–2006. hlm. 66.
^Eason, Kevin (16 January 2009). "Ron Dennis leaves McLaren in safe hands". The Times. UK. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2011. Diakses tanggal 11 November 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"What is McLaren60?". McLaren Racing (dalam bahasa Inggris). McLaren Racing Ltd. 2023-02-08. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 February 2023. Diakses tanggal 2023-02-09.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Highlights". mclaren.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 January 2015. Diakses tanggal 1 May 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"McLaren Formula 1 - YDP". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2019. Diakses tanggal 9 February 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Pada tahun 1952 dan 1953, regulasi Kejuaraan Dunia memakai regulasi Formula Dua, konstruktor yang berlaga di era regulasi tersebut tetap dimasukkan sebagai peserta balap Formula Satu. Konstruktor yang hanya berlaga di Indianapolis 500 yang menjadi bagian Kejuaraan Dunia antara tahun 1950 sampai 1960 tidak dimasukkan dalam daftar di atas.