Museum Seni Agung Rai atau Agung Rai Museum of Art (ARMA) merupakan salah satu museum seni rupa di Bali yang menyimpan berbagai koleksi lukisan yang berasal dari pelukis-pelukis ternama baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Museum ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada 9 Juni 1996.[1]
Sejarah Berdiri
Nama museum ini diambil dari seniman Bali yaitu Anak Agung Gde Rai atau biasa dipanggil Agung Rai yang merupakan budayawan dan tokoh seni yang berjasa besar melestarikan dan mempopulerkan karya-karya seni Indonesia (khususnya Bali). Dia beliau juga adalah pendiri museum[1]. Pria yang pernah berprofesi sebagai pedagang acung (pedangan asogan) Anak Agung Gde Rai mendedikasikan hidupnya untuk mempopulerkan, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya Indonesia.
Bangunan
Gedung-gedung yang ada di area museum didesain dengan gaya arsitektur tradisional Bali dengan dominasi material lokal. Dua gedung utamanya, Bale Daja, seluas 3.300 meter persegi, dan Bale Dauh seluas 1.200 meter persegi, berdiri kokoh di tengah pepohonan, air mancur, dan kolam serta landskap sawah.[2]
Museum Seni Agung Rai juga menampilkan pertunjukan tari, seni, musik dan teater serta pameran tetap dan pameran temporer.[3] Pameran diadakan untuk karya seni dari seniman asal Bali maupun seniman asing. Pengunjung juga bisa melihat proses pembuatan karya di bengkel budaya dan melihat koleksi buku-buku yang ada di perputakaan.
Koleksi
Koleksi museum berkisar dari tradisional hingga kontemporer.[butuh rujukan] Salah satu lukisan yang ditampilkan ialah lukisan kamasan klasik pada kulit kayu.[4] Karya-karya seniman batuan tahun 1930-an dan 1940-an dan satu-satunya karya yang dapat dilihat di pulau Bali oleh seniman Jawa abad ke-19 adalah karya dari Raden Saleh.
Sementara untuk pelukis asing adalah dari seniman yang tinggal dan bekerja di Bali seperti Willem Gerard Hofker, Rudolf Bonnet, dan Willem Dooijewaard. Karya-karya pelukis Jerman Walter Spies memiliki tempat khusus dalam koleksi karena kontribusinya yang penting untuk pengembangan seni Bali.
^Album Budaya (2012). Direktori Museum Indonesia(PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 490.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)