Film Jepang adalah film yang diproduksi untuk diputar di Jepang, dengan biaya produksi dari warga negara Jepang atau badan hukum yang didirikan di Jepang berdasarkan undang-undang Jepang. Dalam bahasa Jepang, istilah hōga (邦画code: ja is deprecated , film Jepang) dipakai untuk membedakan film Jepang dengan film Barat (洋画code: ja is deprecated , yōga).
Pemutaran film pertama kali dilakukan di Jepang dengan menggunakan Kinetoscope ciptaan Thomas Alva Edison pada bulan November 1896. Sejarah sinema Jepang berawal dari film pertama produksi orang Jepang pada tahun 1898. Film pertama produksi Jepang adalah dua judul film pendek, Bake Jizō (Setan Jizō) dan Shinin no Sosei (Mayat Bangkit). Kedua film pendek tersebut merupakan karya Shirō Asano dari Konishiroku (sekarang Konica Minolta)
Film Jepang dapat dikatakan "tidak mengenal" era film bisu.[1] Dalam setiap pemutaran film bisu, selalu ada benshi yang bertugas di dalam gedung bioskop sebagai narator. Sewaktu film diputar, benshi menceritakan jalannya cerita film dan ikut membawakan dialog secara langsung. Tradisi pemutaran film dengan mendatangkan benshi merupakan pengaruh dari teater tradisional ningyo johruri. Kelarisan sebuah film sering bergantung kepada benshi ternama yang ditampilkan sewaktu film diputar.
Sejarah
Klub Shinkō di Kobe menjadi tempat pemutaran film yang pertama di Jepang pada bulan November 1896. Pemutaran film dilakukan dengan memakai Kinetoscope. Pemutarnya adalah seorang pedagang senjata bernama Takahashi Nobuharu. Pada bulan Februari 1897, Inahata Katsutarō memutar film dengan memakai cinématographe di Osaka. Pada bulan berikutnya (Maret 1897), di Tokyo diputar film dengan memakai Vitascope yang merupakan perbaikan dari Kinetoscope. Pemutaran film di Tokyo ternyata sangat populer dan banyak ditonton orang.
Setelah Bake Jizō dan Shinin no Sosei (1898), film Geisha no Teodori diputar di Kabuki-za, Tokyo pada tahun 1899. Film tersebut juga dibuat Shiro Asano dari Konishi Honten (nantinya disebut Konishi Shashin Kōgyō, dan sekarang Konica Minolta). Asano waktu itu memakai kamera film bermerek Gaumont. Film karya Asano dipertunjukkan ke muka umum oleh Perkumpulan Gambar Hidup Modern Jepang (Nippon Sossen Katsudō Shashinkai). Perkumpulan diketuai oleh Kōyō Komada yang nantinya menjadi produser film. Masih pada tahun 1899, Kōyō Komada melakukan syuting film berjudul Pistol Gōtō Shimizu Sadakichi (Perampok Berpistol Shimizu Sadakichi). Film tersebut diangkat dari kisah nyata Sadakichi Shimizu, si pelopor perampok berpistol di Jepang. Film Pistol Gōtō Shimizu Sadakichi merupakan film cerita pertama produksi Jepang yang memakai film sepanjang 70 kaki per rol. Dari film tersebut muncul aktor Jepang pertama, Unpei Yokoyama yang anggota paguyuban aktor Shinpageki.[2] Film Jepang tertua yang masih tersimpan baik hingga kini adalah film berjudul Momijigari karya sutradara Tsunekichi Shibata yang diproduksi tahun 1899.
Pada tahun 1903, Yoshizawa Shōten mendirikan toko barang-barang yang berkaitan dengan film. Toko tersebut merupakan toko barang-barang film yang pertama di Jepang. Pada tahun berikutnya terjadi Perang Rusia-Jepang. Kamerawan Jepang untuk pertama kalinya terjun dalam perang untuk membuat film dokumenter di Cina. Film dokumenter tersebut sangat populer ketika diputar di Jepang.
Catatan
^Tanaka Junichirō. Nihon eiga hattatsu shi (日本映画発達史)
^Pada waktu itu, kalangan aktor kabuki mencerca film sebagai "teater tidak bermutu", dan aktor film hanya berasal dari kalangan Shinpageki.