Raj Kumar Singh "Raja Susu" (lahir di Medan , 1941) adalah Direktur Utama PT Kebun Bunga dan Kuasa Direktur Utama PT Pasoemah Nusantara, Tanjaungkarang. Anak medan ini berasal dari keluarga Sikh, pemilik usaha susu kecil-kecilan yang di sebut penduduk "Susu Kebun Bunga". Ia meninggal pada tahun 2020 di Jakarta pada umur 80 tahun.
Pendidikan
Raj kecil mempunyai cita-cita menjadi ahli hukum. Ia mengemban pendidikan dasar sekolah berbahasa Inggris yang berafiliasi dengan Universitas Cambridge, Inggris. Namun, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi di Inggris karena harus melanjutkan usaha ayahnya di Medan, yang kemudian membesar di Jakarta. Ia kemudian melanjutkan pedidikan School Certificate Class (setingkat SMA).
Karakter
Mempunyai pendidikan demokratis dari ayahnya membuat Raj Kumar menjadi orang yang ceplas-ceplos dengan semua pandangan dan pendapatnya. Dibuktikan pada tahun 1982 ia mengundurkan diri dari jabatan Ketua Kompartemen Aneka Industri Kadin. "Karena ia dibenci banyak orang," ujar Raj Kumar.
Cerita
Raj Kumar selalu bersorban dengan warna merah menyala, karena warna merah merupakan warna kegemarannya. Ia merupakan Ketua Umum Persatuan Olahraga Hoki Indonesia (PHSI). Pria pengemar hoki ini menganggap postur tubuh orang indonesia yang lentur sesuai menjadi atlet Hoki dan mempunyai harapan besar menjadi juara dunia.[1]
Raj Kumar mendirikan PT Kebun Bunga sebagai perusahaan susu nasional dengan produk unggulannya susu shinta, yang dikenal sebagai susu kaleng khusus untuk ABRI. Susu shinta menjadi inspirasi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman untuk kembali menyediakan susu untuk jajaran TNI, yang kemudian dinamakan susu serdadu.
Saat di luar negeri, Raj Kumar pernah disangka sebagai warga negara India." I am Indonesian, " sanggahnya, yang mengagumi Soekarno dan sebab itu juga ia bangga menjadi warga Indonesia.
Lelang
Raj Kumar Singh selalu tampil di lelangan barang sitaan yang diadakan oleh instansi pemerintah. dengan keberaniannya yang nenawar dengan harga yang relatif tinggi, bahkan sampai meraih laba Rp 50 juta di tahun 1980-an.
Referensi
- ^ APA & SIAPA sejumlah orang Indonesia 1985-1986. Tempo (Jakarta, Indonésie) (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Grafiti Pers. 1986. ISBN 979-444-006-X. OCLC 37095471.