Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Revolusi kognitif

Pendekatan interdisipliner dalam revolusi kognitif.

Revolusi kognitif adalah sebuah pergerakan pemikiran yang dimulai sekitar tahun 1950-an sebagai sebuah studi antar disiplin ilmu tentang pikiran dan cara berprosesnya. Bidang ini kemudian lebih dikenal melalui cabang studi ilmu kognitif.[1] Istilah ini juga dipakai dalam bidang paleoantropologi untuk merujuk pada peristiwa dalam sejarah dan perkembangan evolusi manusia (Homo sapiens) berupa peningkatan kemampuan kognitif mereka (terutama dalam menciptakan bahasa dan budaya).[2]

Latar Belakang

Aliran mahzab di dalam dunia Psikologi Amerika Serikat sebagian besar tertuju pada behaviorisme, terlebih-lebih sebelum populernya gagasan revolusi kognitif.[3] Behaviorisme mulai ditinggalkan semenjak ketidakmampuan mereka dalam mengatasi masalah utama pada psikologi manusia, sebuah kegagalan yang dipelopori pendirinya, John Broadus Watson. Para behavioris ini tertarik dengan "pembelajaran", yang mana dilihat sebagai " asosiasi yang baru dari rangsangan dengan respon". Percobaan binatang memainkan peranan besar dalam penelitian behavioris, dan behavioris terkemuka J.B. Watson tertarik untuk mendeskripsikan respon manusia dan binatang dalam satu kelompok, menyatakan bahwa tidak perlu membedakan keduanya. Watson memiliki harapan dengan mempelajari hal ini, ia mampu memprediksi dan mengendalikan perilaku melalui penelitiannya. Menurut George Mandler, pendekatan Kenneth Spence-Clark Leonardo Hull model stimulus-respon yang populer itu tidak memungkinkan untuk menggunakan topik penelitian yang melingkupi minat para ilmuwan kognitif, seperti ingatan dan pemikiran, karena stimulus (rangsangan) dan respon adalah fenomena fisik seutuhnya.[butuh rujukan]

Sejarah

Pendekatan yang digunakan dikembangkan menggunakan bidang artificial intelligent, sains komputer, dan ilmu saraf yang baru saja lahir di tahun 1950-an. Kemudian pada tahun 1960-an, Harvard Center for Cognitive Studies dan Center for Human Information Processing di Universitas California, San Diego berperan penting dalam awal-awal pengembangan studi akademik ilmu kognitif. Lalu pada awal 1970-an, pergerakan dari revolusi ilmu kognitif telah melampaui pemikiran behaviorisme dalam kerangka berpikir psikologis. Terlebih lagi, di awal tahun 1980-an, pendekatan kognitif telah menjadi acuan dominan dari penelitian sepanjang ruang lingkup bidang psikologi.[4]

Trivia

Di dalam buku Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia karya Yuval Noah Harari, disitu disebutkan istilah revolusi kognitif sebagai judul dari bab pertama.[2] Tetapi definisi dari revolusi kognitif yang dimaksud di dalam buku sedikit berbeda dengan definisi para ahli diatas. Buku tersebut lebih condong untuk membawa para pembacanya terhadap narasi seputar perkembangan kecerdasan spesies Homo sapiens, dari yang awalnya hanya berupa sekelompok pemburu dan pengumpul yang hidup secara nomaden menjadi komunitas masyarakat perkotaan yang kompleks.[butuh rujukan]

Gagasan Utama

Gagasan dari George Miller yang menyatakan bahwa enam bidang yang berpartisipasi dalam pengembangan ilmu kognitif adalah antropologi, psikologi, linguistika, sains komputer, neurosains dan filsafat, dengan tiga cabang ilmu dominan ialah antropologi, psikologi serta ilmu komputer.[butuh rujukan]

Metode Ilmiah

Tujuan utama dari awal psikologi kognitif adalah untuk menerapkan metode ilmiah untuk mempelajari kognisi manusia. Ini telah diselesaikan dengan merancang percobaan yang menggunakan model-model komputasi dari kecerdasan buatan untuk menguji secara sistematis teori mengenai proses mental manusia dalam sebuah laboratorium yang sudah diatur dan dikontrol.[butuh rujukan]

Mediasi dan pemrosesan informasi

Ketika mengartikan "Pendekatan Kognitif", Ulric Neisser mengatakan bahwa manusia hanya dapat berinteraksi dengan "dunia nyata" melalui sistem perantara yang memproses informasi (input sensorik). Studi tentang kognisi adalah studi tentang sistem yang memproses informasi dari input. Pemrosesan tidak hanya berkutat pada penataan awal dan penafsiran dari input, tetapi juga penyimpanan yang bakal dipakai kemudian.[butuh rujukan]

Steven Pinker mengklaim jika revolusi kognitif menjembatani jurang diantara dunia fisik dan dunia ide, konsep abstrak, pemaknaan dan niat. Hal ini menyatukan kedua dunia dengan sebuah teori dimana kehidupan mental bisa dijelaskan dalam konteks informasi, komputasi dan umpan balik.[butuh rujukan]

Sifat Bawaan

Noam Chomsky bertanya di dalam bukunya yang terbit di tahun 1975 berjudul Reflections on Language, bagaimana manusia bisa mengetahui begitu banyak hal di dunia, meskipun informasi yang diterima relatif terbatas. Dia kemudian berpendapat bahwa manusia harus memiliki semacam jenis mekanisme belajar bawaan yang memproses setiap informasi yang masuk, dan mekanisme yang dimaksud tadi itu haruslah bersifat khusus dan bawaan setiap individu. Chomsky mengamati bahwa organ fisik tidak bertumbuh berdasarkan pengalaman, tetapi berdasarkan sejumlah kode genetik yang melekat, dan ia mencatatkan bahwa seharusnya pikiran bekerja dengan sistem yang sama pula. Dia menyebut bahwa tidak ada pertanyaan yang merupakan semacam struktur bawaan pikiran, tetapi ini kurang disepakati mengenai apakah struktur yang sama digunakan juga oleh organisme yang lainnya dalam berbagai jenis pembelajaran. Dia membandingkan manusia dengan tikus dalam percobaan labirin untuk menunjukkan bahwa teori pembelajaran yang sama tidak bisa digunakan untuk spesies yang berbeda karena mereka akan sama baiknya dalam apa yang mereka pelajari, padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Dia juga mengatakan bahkan diantara sesama manusia, menggunakan teori pembelajaran yang sama untuk berulang kali itu mungkin, tetapi tidak ada bukti mutlak yang membuktikannya. Lantas ia mengajukan sebuah hipotesis yang mengklaim bahwa ada sebuah fakultas bahasa berbasis biologis yang mengatur informasi linguistika dalam input dan membatasi bahasa manusia pada seperangkat jenis tata bahasa tertentu. Dia memperkenalkan tatabahasa universal, sebuah aturan dan prinsip inheren dimana semua manusia harus untuk menentukan bahasa, dan menyebutkan bahwa semua komponen tatabahasa universal adalah biologis. Untuk mendukung ini, dia menunjuk jika anak kecil kelihatannya paham jika bahasa memiliki sebuah struktur hierarki, dan mereka tidak pernah membuat kesalahan yang diharapkan dari sebuah hipotesis bahwa bahasa adalah linear.[5]

Tokoh Penting

Kritik

Kritik terhadap perubahan pemikiran dari behaviorisme menuju kognitivisme bermula dari pendapat Henry L. Roediger III bahwa apa yang dipahami awam mengenai revolusi kognitif itu tidak akurat. Narasi umum yang diketahui oleh masyarakat awam adalah begini, bahwa psikologi pada awalnya berkembang dengan baik tetapi sempat melenceng karena behaviorisme, lalu kemudian dalam perkembangannya direvisi oleh revolusi kognitif, dan hal ini mengantarkan teori behaviorisme pada ajalnya. Pendapatnya ini didasarkan oleh fakta bahwa analisis tingkah laku sebenarnya masih hidup secara penelitian dan sukses menorehkan keberhasilan dalam psikologi dan menunjuk ke Association for Behavior Analysis International sebagai bukti nyatanya. Dia percaya bahwa perubahan dari behaviorisme menuju kognitivisme terjadi secara bertahap dan lambat dengan membangun behaviorisme itu sendiri.[butuh rujukan]

Lachman dan Butterfield adalah orang-orang paling awal yang menyatakan bahwa psikologi kognitif memiliki asal-usul yang revolusioner. Thomas H. Leahay telah mengkritik gagasan pemikiran bahwa pengenalan awal dari behaviorisme dan revolusi kognitif sebenarnya adalah revolusi dan ia malah mengajukan sebuah sejarah alternatif bahwa dari psikologi Amerika sebagai sebuah narasi dari tradisi penelitian.[butuh rujukan]

Penulis-penulis lainnya juga mengkritik behaviorisme, tetapi mereka juga mengkritik revolusi kognitif karena telah mengadopsi bentuk baru dari anti-mentalisme.[butuh rujukan]

Psikolog kognitif Jerome Bruner mengkritik pengadopsian teori komputasi pikiran dan pengecualian makna ilmu kognitif, dan dia memberikan ciri-ciri salah satu objek utama dari revolusi kognitif sebagai perubahan dari studi psikologi. Pemahamannya terkait revolusi kognitif berputar sepenuhnya pada "pembuatan makna" dan deskripsi hermeneutika dari bagaimana orang melakukan sesuatu tentang ini. Dia berkeyakinan bahwa kondisi dimana revolusi kognitif menjauhkan psikologi dari behaviorisme itu adalah sesuatu yang bagus, tetapi kemudian bentuk anti-mentalisme lain menggantikannya: komputasionalisme. Bruner menyatakan bahwa revolusi kognitif harus dapat menggantikan behaviorisme daripada hanya mengubahnya.[butuh rujukan]

Daftar Referensi

  1. ^ Thagard, Paul (2020). Zalta, Edward N., ed. Cognitive Science (edisi ke-Winter 2020). Metaphysics Research Lab, Stanford University. 
  2. ^ a b Harari, Yuval Noah (2015). Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia. Penerbit KPG. hlm. 44. ISBN 9780062316103. 
  3. ^ Mandler, George (2002). "Origins of the cognitive (r)evolution". Journal of the History of the Behavioral Sciences (dalam bahasa Inggris). 38: 339–353. doi:10.1002/jhbs.10066. 
  4. ^ Miller, George (2003). "The cognitive revolution: a historical perspective". Trends Journal. 7: 1. doi:10.1016/S1364-6613(03)00029-9. 
  5. ^ Chomsky, Noam (September 1975). Reflections on Language. New York: Pantheon Books. ISBN 0394499565. 
Kembali kehalaman sebelumnya