Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Salmon (makanan)

Daging salmon yang dijual di pasar
Sashimi salmon
Norwegia roll, sushi salmon
Salmon asap
Salmon atlantik, dari alam liar, mentah
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi142 kcal (590 kJ)
6.34 g
19.84 g
VitaminKuantitas
%AKG
Vitamin A40 SI
MineralKuantitas
%AKG
Kalsium
1%
12 mg
Zat besi
6%
0.80 mg
Magnesium
8%
29 mg
Fosfor
29%
200 mg
Potasium
10%
490 mg
Sodium
3%
44 mg
Seng
7%
0.64 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air68.50 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Salmon merupakan ikan dari famili Salmonidae, salah satu jenis ikan berminyak yang hidup di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik.[1] Ikan ini didapatkan dengan cara ditangkap di alam liar atau dibudidayakan. Ikan ini dijual dalam bentuk daging ikan segar, beku, maupun dikalengkan. 99 persen salmon atlantik didapatkan dari budi daya, sedangkan 80 persen salmon pasifik didapatkan dari alam liar.[2]

Secara nutrisi, ikan ini mengandung protein dan vitamin D yang tinggi.[3] Ikan ini juga mengandung kolesterol dengan kadar yang bervariasi antara 23–214 mg/100 g tergantung spesiesnya.[4] Ikan salmon yang telah dimasak mengandung DHA antara 500–1500 mg dan EPA antara 300–1000 mg per 100 gram sajian.[5]

Ikan yang dibudidayakan mengandung kadar dibenzodioxin dan polychlorinated biphenyl dengan kadar hingga 8 kali ikan salmon yang ditangkap di alam liar[6] meski masih jauh di bawah kadar yang dikategorikan membahayakan.[7][8] Meski demikian, manfaat memakan ikan salmon bagi kesehatan dikatakan jauh melebihi risikonya.[9]

Daging ikan salmon secara alami berwarna jingga kemerahan karena keberadaan pigmen karotenoid astaxanthin dan canthaxanthin yang didapatkan ikan salmon dari krill dan zooplankton.[10] Ikan salmon hasil budi daya tidak mendapatkan pakan alami tersebut dan dagingnya berwarna pucat, sehingga pakan ikan salmon budi daya ditambahkan pewarna identik astaxanthin (E161j) dan canthaxanthin (E161g) untuk memberi warna pada dagingnya dan menarik minat konsumen. Alternatifnya adalah dengan memberikan pakan yang sesuai seperti udang namun cukup mahal. Alternatif lainnya yaitu menggunakan ekstrak ragi merah (Phaffia rhodozyma) yang memberikan pigmen yang sama.[11] Namun asupan pigmen canthaxanthin yang berlebihan bagi manusia dapat mempengaruhi kesehatan mata.[10]

Daging salmon mentah dapat mengandung nematoda Anisakis, parasit yang mampu menyebabkan Anisakiasis.

Referensi

  1. ^ "What's an oily fish?". Food Standards Agency. 2004-06-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-10. Diakses tanggal 2014-04-20. 
  2. ^ Montaigne, Fen. "Everybody Loves Atlantic Salmon: Here's the Catch..." National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-01. Diakses tanggal 2006-11-17. 
  3. ^ "Dietary Supplement Fact Sheet: Vitamin D". National Institutes of Health. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-10. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  4. ^ "Cholesterol: Cholesterol Content in Seafoods (Tuna, Salmon, Shrimp)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-20. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  5. ^ "(USDA)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-06. Diakses tanggal 2014-04-20. 
  6. ^ "Global Assessment of Organic Contaminants in Farmed Salmon". Science (journal). 2004-01-09. 
  7. ^ "Farmed vs. wild salmon -- which is better?". CTV News. Diakses tanggal 2013-04-28. 
  8. ^ "Risk-Based Consumption Advice for Farmed Atlantic and Wild Pacific Salmon Contaminated with Dioxins and Dioxin-like Compounds". doi:10.1289/ehp.7626. 
  9. ^ "JAMA - Abstract: Fish Intake, Contaminants, and Human Health: Evaluating the Risks and the Benefits, October 18, 2006, Mozaffarian and Rimm 296 (15): 1885". Jama.ama-assn.org. 2006-10-18. doi:10.1001/jama.296.15.1885. Diakses tanggal 2010-03-18. 
  10. ^ a b "Opinion of the Scientific Committee on Animal Nutrition on the use of canthaxanthin in feedingstuffs for salmon and trout, laying hens, and other poultry" (PDF). European Commission — Health & Consumer Protection Directorate. hlm. 6–7. Diakses tanggal 2006-11-13. 
  11. ^ Timotius, K.H.; Purnomo, Ana W.; Meitiniarti, V.I. (2003). "Produksi Astaxanthin oleh Kamir Merah (Phaffia Rhodozyma) Ditumbuhkan dalam Air Kelapa yang Ditambahkan Ekstrak Kamir". Jurnal Teknologi dan Industri Pangan IPB. 

Bahan bacaan terkait

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya