Akhir dekade 1990-an (bangunan peninggalan Belanda menjadi bangunan stasiun yang lebih kokoh) 2014–2017 (pengembangan bangunan stasiun sisi selatan) 2020-2021 (pengembangan bangunan stasiun sisi utara)
Stasiun Cikarang (CKR) merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak di Kelurahan Karangasih, Cikarang Utara, Bekasi. Stasiun ini terletak di ketinggian +18 meter dan termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi I Jakarta dan KAI Commuter. Stasiun ini menjadi salah satu dari empat stasiun kereta api yang sudah ada di Kabupaten Bekasi sebelum adanya elektrifikasi lintas Bekasi sampai dengan Cikarang pada tahun 2014 dan merupakan titik awal jalur kereta api perkotaan Jadetabek bagi layanan kereta api antarkota menuju berbagai kota di Pulau Jawa.
Sejarah
Stasiun Cikarang pertama kali dibuka oleh Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BOS) pada tanggal 14 Agustus 1890, dan menjadi bagian integral dari pembukaan jaringan rel kereta api segmen Batavia sampai dengan Karawang. Pada saat itu, bangunannya masih berstatus sebagai halte dengan Halte Tjikarang dan hanya memiliki dua jalur kereta api saja di emplasemennya. Setelah seluruh jaringan rel milik BOS diakuisisi oleh Staatsspoorwegen, sekitar dekade 1920-an jumlah jalur bertambah menjadi empat. Peningkatan ini memungkinkan kereta api bumel untuk menaikturunkan penumpang dan barang di Halte Tjikarang. Kegiatan pengangkutan ini mengakibatkan daerah di sekitarnya menjadi ramai, yang dibuktikan dengan adanya pasar, tangsi, terminal andong, dan lokalisasi.[5]
Seiring dengan berjalannya waktu, peranan halte tersebut semakin meningkat dengan ditambahkannya satu jalur rel khusus di belakang bangunan halte. Jalur rel itu berstatus sebagai sepur badug dan difokuskan untuk kegiatan bongkar muat barang, seperti; beras, daun jati, kayu, garam, dan angkutan ternak. Kegiatan bongkar muat barang ini mencapai puncaknya pada dekade 1970 sampai dengan 1980-an. Khusus untuk angkutan ternak, kegiatan bongkar muatnya masih berlangsung setidaknya sampai dengan sekitar tahun 2001/2002.
Pada awal dekade 1990-an, Departemen Perhubungan pernah merencanakan pembangunan jaringan rel lingkar luar Jabodetabek yang menghubungkan stasiun ini dengan Stasiun Parung Panjang, Stasiun Citayam, dan Stasiun Sungai Lagoa. Salah satu tujuannya adalah untuk meminimalisasi kereta api barang yang melintasi kawasan perkotaan di Jakarta. Pada awalnya rencana itu berjalan cukup baik dengan rampungnya jaringan rel segmen Citayam sampai dengan Nambo, tetapi krisis finansial Asia 1997 membuat rencana ini berhenti di tengah jalan.[6]
Bangunan dan tata letak
Stasiun Cikarang terletak di timur Sungai Cikarang dan berada di belakang Pasar Lama. Selain itu, tidak jauh dari stasiun ini juga terdapat kawasan Toapekong (Pecinan) dan Kaum (Kauman). Beberapa ratus meter sebelah timur-timur laut stasiun ini sejak dulu dikenal dengan nama Tangsi. Dengan demikian stasiun ini telah berperan penting dalam perkembangan kawasan Cikarang tempo dulu.
Adanya proyek jalur dwiganda antara stasiun ini sampai dengan Stasiun Manggarai membuat bangunan stasiun direnovasi secara besar-besaran mulai tahun 2014. Renovasi tahap pertama difokuskan pada elektrifikasi lintas Stasiun Bekasi sampai dengan Cikarang, penambahan bangunan baru sisi selatan, dan penambahan empat jalur rel baru sisi selatan khusus Kereta Rel Listrik (KRL). Selain itu, dibangun juga jembatan baru yang memuat dua jalur rel di atas sungai tersebut yang letaknya bersebelahan dengan jembatan lama. Adapun renovasi tahap pertama ini berlangsung hingga pertengahan tahun 2017 dan kemudian diresmikan pada tanggal 17 September 2017, bersamaan dengan perpanjangan jaringan KRL Commuter Line.[7] Perpanjangan jaringan KRL Stasiun Jakarta Kota sampai dengan Cikarang ini berakibat pada bertambahnya tiga stasiun baru untuk melayani penumpang komuter, yakni Stasiun Metland Telagamurni, Cibitung, dan Bekasi Timur.
Setelah pembangunan sisi selatan rampung, mulai bulan Juni 2020 sampai dengan Juli 2021 dilakukan pembangunan bangunan Stasiun Cikarang sisi utara dengan membongkar sementara empat jalur lama. Pembongkaran ini berdampak pada lalu lintas kereta api yang diarahkan menuju ke sisi selatan. Pembongkaran sementara ini bertujuan untuk mempermudah kegiatan pembangunan sekaligus memperpanjang peron, yang memungkinkan kereta api jarak jauh (KAJJ) berhenti di stasiun ini.[8] Selain itu, di ujung timur emplasemen stasiun ini juga terdapat stabling yard untuk menyimpan rangkaian KRL.
Terhitung sejak tanggal 23 Agustus 2021 empat jalur lama itu telah kembali dioperasikan, sehingga jumlah jalur kereta api di stasiun ini bertambah menjadi delapan jalur dengan perubahan nomor pada jalur 1-4 yang lama menjadi jalur 5-8.
Sejak Desember 2021, sistem persinyalan elektrik yang lama telah diganti dengan yang baru produksi PT Len Industri.[9]
Mulai 19 Januari 2022 bangunan sisi utara stasiun ini sudah dioperasikan secara penuh. Sejak saat itu pula layanan pemberhentian KA Walahar Ekspres dan KA Jatiluhur Ekspres dipindahkan ke jalur 5. Kemudian, mulai 1 Februari 2022, stasiun ini mulai melayani penumpang kereta api antarkota.
^Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia"(PDF) (46). Korean Society for Railways. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-05-09.
^Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^"Revitalisasi Stasiun Bekasi Ditargetkan Selesai Akhir 2021". Republika Online. 2021-04-18. Diakses tanggal 2021-08-27. Selain Stasiun Bekasi, Kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian juga tengah merevitalisasi Stasiun Manggarai, Jatinegara dan Cikarang.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).