Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Swipoa

Swipoa

Swipoa yang digunakan murid sekolah dasar di Denmark (awal abad ke-20)
Hanzi tradisional: 算盤
Hanzi sederhana: 算盘
Makna harfiah: "tabel perhitungan"

Swipoa (dikenal pula sebagai sempoa, sipoa, dekak-dekak, atau abakus) adalah alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Swipoa digunakan untuk melakukan operasi aritmetika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.

Swipoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu-Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok.

Swipoa sering digunakan sebagai alat hitung bagi tunanetra karena manik-manik pada swipoa dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan di bawah swipoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.

Sejarah

Asal-usul swipoa sulit dilacak karena alat hitung yang mirip-mirip swipoa banyak dikenal di berbagai kebudayaan di dunia. Konon swipoa sudah ada di Babilonia dan di Tiongkok sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan bentuk awal dari berbagai macam variasi swipoa.

Swipoa juga dikenal sebagai abakus yang diserap dari kata bahasa Inggris abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam bahasa Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti "tabel perhitungan." Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Ahli linguistik berspekulasi bahwa kata abax berasal dari kata ābāq yang dalam bahasa Ibrani yang berarti "Debu." Pendapat lain mengatakan abacus berasal dari kata abak yang dalam keluarga bahasa Fenisia berarti "Pasir."

Swipoa sistem 1-4

Swipoa Jepang yang disebut Soroban

Swipoa sistem 1-4 atau swipoa Jepang (soroban) adalah sistem bilangan desimal murni yang hanya terdiri dari 2 baris manik-manik. Baris bagian atas terdiri dari 1 baris manik-manik dan baris bagian bawah terdiri dari 4 baris manik-manik. Ada juga soroban dengan 5 baris manik-manik pada setiap kolom.

Baris manik-manik bagian atas (sebuah manik-manik per batang) bernilai 5, sedangkan manik-manik bagian bawah (4 manik-manik per batang) bernilai 1. Garis tengah di antara kelompok manik-manik tersebut disebut "garis nilai". Pada kondisi nol, tidak ada manik-manik yang menempel pada garis nilai. Batang swipoa pada posisi paling kanan bernilai satuan, dengan batang di sebelah kirinya bernilai puluhan, ratusan, dan begitu seterusnya ke arah kiri.

Soroban diajarkan di sekolah dasar di Jepang sebagai bagian dari pelajaran operasi perhitungan aritmatika untuk memperlihatkan bilangan desimal secara visual. Pada waktu belajar menghitung dengan soroban di kelas, guru biasanya memberi instruksi penambahan atau pengurangan dengan bernyanyi.

Swipoa sistem 2-6

Program swipoa 2 tangan 6 jari sangat efektif untuk meningkatkan fungsi otak kanan dan otak kiri secara bersamaan. metode pendidikan mental aritmetika swipoa saat ini merupakan suatu kebutuhan bagi pertumbuhan mental anak. Pola dasar berpikir anak akan terbentuk di usia 4-12 tahun secara maksimal, dengan metode pendidikan mental aritmetika swipoa maka kemampuan kerja otak seperti ingatan, imajinasi, penemuan, pengertian, ketekunan, kemandirian dan pengelihatan akan meningkat. Dengan belajar menghitung cepat, otak kanan anak akan menjadi terlatih lebih aktif, sehingga elemen otak yang lain juga akan berkembang lebih optimal. Dengan sistem 2 tangan enam jari memiliki kelebihan pada faktor kecepatan, menghemat langkah dan lebih cepat mengoperasikan sistem hitung.

Galeri

Referensi

Pranala luar

Artikel mengenai sejarah swipoa

Belajar swipoa

Serbaneka

Kembali kehalaman sebelumnya