Tantowi Yahya (ejaan Soewandi: Tantowi Jahja, lahir 29 Oktober 1960) adalah seorang penyanyi, pembawa acara televisi, politikus dan aktor berkebangsaan Indonesia.
Sebelum menjadi politikus dan anggota parlemen, Tantowi dikenal sebagai pembawa acara serta ikonmusikcountry di Indonesia. Ia adalah kakak dari Helmy Yahya yang juga seorang pembawa acara.
Sejak kecil, putra kedelapan pasangan H.M. Yahya Matusin dan Hj. Komariah Yahya ini telah bercita-cita menjadi orang terkenal. Baginya keterkenalan itu memudahkan semua persoalan. Bakat seni, khususnya musik sudah terlihat sejak ia di sekolah dasar. Tantowi senang menyanyi, khususnya lagu-lagu barat yang kemudian ia kenal sebagai lagu-lagu Country. Darah musik mengalir dari ayahnya yang ketika muda dikenal di kampungnya di Indralaya, Sumatera Selatan sebagai seorang pemusik dan penyanyi.[4]
Untuk mewujudkan mimpi besarnya, Tantowi tak segan bekerja keras. Ia les bahasa Inggris sejak kelas 1 SMP, sesuatu yang masih jarang dilakukan anak seusianya untuk ukuran di Palembang pada waktu itu, dan untuk les 3 kali seminggu yang harus ditempuh dengan jalan kaki dengan jarak 10 kilometer berarti dia harus mengorbankan waktunya untuk bermain. Menurut ayahnya, menguasai bahasa Inggris adalah jalan untuk menuju sukses. Disamping tekun, Tantowi juga berbakat di bidang bahasa. Bahasa Inggris cepat dikuasainya dan akhirnya ia diminta mengajar di tempat dia kursus tersebut. Lulus SLTA tahun 1979, ia merantau ke Pulau Jawa untuk kuliah Akademi Kepariwisataan Indonesia (AKI) di Yogyakarta dalam rangka mengejar mimpinya untuk menjadi orang terkenal, meninggalkan berbagai kemudahan yang sudah diraihnya di daerah. Hanya selesai D1, ia kemudian pindah ke Bandung untuk kuliah di National Hotel Institute (NHI), perguruan tinggi perhotelan dan pariwisata paling populer saat itu. Berbekal ilmu yang didapatkannya di NHI, Tantowi pindah ke Jakarta.[4]
Karier
Awal karier
Kariernya diawali sebagai resepsionis di Hotel Borobudur Intercontinental Jakarta pada tahun 1982. Pendidikan perhotelan yang memadai didukung penguasaan bahasa Inggris membuat Tantowi cepat beradaptasi dengan profesinya sebagai hotelier. Kerajinan dan kesupelannya membuat ia dikenal dan disukai oleh teman-teman kerja dan atasannya. Satu setengah tahun sebagai resepsionis, Tantowi mencoba melamar sebagai Assistant Manager di Hotel Jakarta Hilton International. Ia lulus tes dan diterima sebagai karyawan Jakarta Hilton Intenasional, hotel bintang lima paling bergengsi saat itu. Mulanya menjabat sebagai Assistant Manager di Front Office, Tantowi kemudian mengakhiri karier manisnya sebagai Sales Account Executive. Sebagai Sales Representative, ia berkeliling kantor-kantor asing menawarkan fasilitas-fasilitas yang ada baik di Hilton Jakarta maupun Hilton di seluruh dunia. Dengan tugas ini dia banyak berkenalan dengan presiden dan CEO berbagai perusahaan asing di Jakarta. Satu diantaranya adalah Danny Jozal, Direktur Pemasaran P.T. BASF Indonesia yang kelak menjadi orang yang paling berkuasa di perusahaan tersebut. Skill komunikasi dan wawasan pemasaran Tantowi membuat Danny Jozal tertarik. Tahun 1987, Tantowi pindah ke P.T. BASF Indonesia, perusahaan pembuat pita kaset audio dan video yang berpusat di Ludwigshafen, Jerman. Di sana, ia menjabat sebagai Promotion Officer, dan berkat usaha kerasnya, Tantowi menduduki jabatan Advertising & Sales Promotion Manager dalam waktu 2 tahun.
Kariernya di BASF demikian gemilang. Pada tahun 1993 ia diminta bertanggung jawab untuk seluruh kegiatan kehumasan Kelompok Perusahaan BASF di Indonesia. Selama 7 tahun di BASF, Tantowi dengan dukungan sepenuhnya dari Danny Jozal berhasil mengibarkan nama perusahaan Jerman tersebut melalui kegiatan musik tahunan, BASF Award. Di tangannya acara tersebut menjelma menjadi ajang apresiasi musik bergengsi dan menjadi barometer prestasi musik anak negeri. Tahun 1994, Tantowi dari BASF untuk membuat perusahaan sendiri yang bergerak dibidang produksi dan distribusi rekaman serta jasa penyelenggaraan pertunjukan (event organizer), P.T. Ciptadaya Prestasi. Setahun kemudian BASF menutup bisnis kasetnya di seluruh dunia menyusul hadirnya cakram padat sebagai media rekaman yang baru. BASF sendiri memang tidak ingin masuk ke bisnis cakram tersebut dan lebih berkonsentrasi di industri kimia yang membesarkannya hingga kini.
Setelah keluar dari BASF, nama Tantowi semakin berkibar. Dengan perusahaannya, dia berhasil menghimpun beberapa artis besar dan melahirkan beberapa nama yang kelak menjadi artis besar juga dibawah label Ceepee Production. Beberapa artis besar yang pernah dilahirkan dan dibesarkan Ceepee antara lain; Andre Hehanussa, Titi DJ, Vina Panduwinata, Becky Tumewu, Lusi Rachmawati, Mollucas, Sherina Munaf, Halmahera, Jingga dan Tantowi sendiri. Sebagai event organizer, Ceepee juga pernah merancang dan menyelenggarakan berbagai event besar seperti BASF Awards 1992-1994, Pemilihan Puteri Indonesia1994-1996, Citra Pariwara 1994-1995, We Are Indonesia Concert di Istana Bogor tahun 1999, dan acara Panasonic Awards.[5]
Karier hiburan
Pembawa acara
Kemampuannya membawakan acara langsung menempatkannya sebagai penghuni baru di ranah hiburan tanah air. Namanya berkibar bukan saja di TVRI, tetapi ia juga laris sebagai MC (master of ceremony) untuk berbagai acara.[6] Karier terbaik Tantowi sampai saat ini adalah menjadi pembawa acara kuis Who Wants to Be a Millionaire? (WWtBaM?) pada tahun 2001 hingga 2006. Kerja keras Tantowi terbayar dengan diboyongnya penghargaan sebagai Presenter Kuis dan Game Show Terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, 2004, 2005, dan 2009. Tantowi juga tercatat sebagai salah satu pendiri sekaligus Ketua Umum Yayasan Anugerah Musik Indonesia sejak tahun 1997 hingga 2016.[7]
Penyanyi country
Selain sebagai pembawa acara, Tantowi juga seorang penyanyicountry. Tahun 2000, Tantowi melempar single "Gone, Gone, Gone" (karya Rinto Harahap) yang ternyata mendapat tanggapan yang cukup baik dari masyarakat. Tantowi kemudian melempar album perdananya, Country Breeze.[8] Satu lagu andalannya adalah berjudul "Hidupku Sunyi" yang dulu pernah dilantunkan almarhum Charles Hutagalung, personel The Mercy's. Dalam album itu hadir pula lagu "Aryati" (ciptaan Ismail Marzuki) serta lagu karya Rinto Harahap yang berjudul "Tangan Tak Sampai". Bahkan ada 3 lagu yang dinyanyikan Tanto secara duet, yaitu dengan Helmy Yahya ("Kasih kembalilah"), Mark Alan ("Love is a Desire"), dan Pinky Warow ("You're My Kind of Woman").[9] Album perdananya ini mampu menembus angka penjualan 300.000 kopi. Suksesnya album country itu, membawa Tantowi kembali ke TVRI untuk menyuguhkan Country Road yang menjadi andalan televisi pemerintah itu.[10]
Tak berbeda dari album sebelumnya, album kedua Southern Dreams yang diillhami lagu country Amerika, mendapat sukses besar. Keinginannya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia dibuktikan dengan dikeluarkannya album berisikan lagu-lagu daerah yaitu Country Manado. Album ini akhirnya menghantarkan Tantowi menerima penghargaan AMI-Sharp Awards sebagai Best Ballad and Country singer pada tahun 2002. Kemudian, pada tahun 2004 AMI-Samsung Awards menganugerahinya Best Traditional Album Singer.
Tantowi kemudian mendirikan Country Music Club of Indonesia pada Januari 2003,[11] dan setahun kemudian, Metro TV mengundangnya untuk menjadi host di acara musik country atau yang dikenal “Goin’ Country”.
Kecintaannya pada musik country menjalar pula pada aksesorisnya termasuk pakaian. Tantowi pun membuka gerai pakaian Western berlabel namanya sendiri, TY Western Wears. Produk yang dikembangkan TY Western Wears terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu produk garmen, kulit, dan aksesoris.[12]
Karier politik
Pada Juni 2013, Tantowi memicu kontroversi ketika ia mengunjungi Israel, karena Indonesia tidak secara resmi mengakui negara tersebut dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengannya. Kritikan disampaikan oleh kelompok Muslim konservatif, terutama Front Pembela Islam (FPI). Juru bicara FPI, Munarman, menyatakan bahwa Tantowi "mengabaikan penderitaan rakyat Palestina" dan menyatakan bahwa Tantowi seharusnya mengunjungi Gaza.[13]
Pada bulan September 2013, dalam sebuah wawancara oleh ABC, ia secara terbuka menyatakan penolakan Indonesia terhadap kebijakan pemerintah Australia mengenai pencari suaka, yang melibatkan penarikan kembali kapal suaka di perairan internasional kembali ke Indonesia wilayah dan membayar penduduk desa Indonesia untuk memberi informasi tentang penyelundupan manusia, menyebutnya 'ilegal, ofensif dan penghinaan terhadap demokrasi'.[14] Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Menteri Luar NegeriMarty Natalegawa.[15]
Pada pemilihan umum legislatif 2014, Tantowi maju sebagai calon legislatif DPR daerah pemilihan DKI III. Ia pun lolos ke Senayan dan menjadi anggota DPR periode 2014-2019 dengan perolehan suara 45.507 suara.[16][17]
Pada Maret 2017, Joko Widodo secara resmi menunjuk Tantowi sebagai Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru. Posisinya di DPR diambil alih oleh Ivan Doly Gultom.[18]
Aktivitas sosial
Tantowi juga aktif di berbagai kegiatan, diantaranya sebagai Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA) masa bakti 2004-2006.[19], serta wakil Indonesia di Eisenhower Fellowship, sebuah acara internasional yang mempertemukan wakil-wakil dari berbagai negara pada tahun 2005. Acara tersebut dihadiri oleh para politikus, pejabat tinggi pemerintahan ataupun pengusaha. Dalam acara itu, Tantowi adalah satu-satunya orang yang mempunyai latar belakang dunia hiburan.[20] Setahun kemudian Tantowi dinobatkan sebagai Duta Baca Indonesia (DBI) tahun 2006 oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).[21] Pada tahun yang sama, Tantowi mendirikan Tantowi Yahya Public Speaking School, sebuah lembaga pendidikan yang khusus mengajarkan bagaimana seseorang dapat berbicara dengan baik di depan publik.[22]
Kehidupan pribadi
Tantowi menikah dengan Dewi Handayari. Setelah 15 tahun menikah, mereka baru dikaruniai seorang anak laki-laki Muhammad Adjani Prasanna Yahya (lahir 11 April 2001), yang merupakan anggota dari Skuat Milan Junior Camp Indonesia yang menjuarai Turnamen Milan Day Challenge di Italia.[23]