Penduduk kelurahan Ubud sampai dengan tahun 2020 berjumlah 11.137 jiwa terdiri dari 5.587 laki-laki dan 5.550 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.062 .[1]
Dalam perjalanan sejarah Guru Suci Mpu Markandya dari Gunung Raung Jawa ke Bali, dalam proses penyebaran Agama Hindu beliau tiba disebuah lereng atau bukit kecil yang memanjang ke arah utara dan selatan. Bukit ini diapit oleh dua buah sungai yang berliku yang mirip seperti dua ekor naga. Sungai yang berada disebelah barat bernama Sungai Wos Barat, sedangkan yang berada disebelah timur bernama Sungai Wos Timur. Mpu Markandya mendirikan sebuah pemukiman disebut “Sarwa Ada” yang terletak disekitar Desa Taro.
Kedua Sungai Wos Barat dan Wos Timur bertemu menjadi satu di sebuah lokasi yang disebut dengan Campuhan. Di Campuhan inilah Mpu Markendya mengadakan tempat pertapaan dan beliau mulai merambas hutan untuk membuat pemukiman dan membagikan tanah pertanian bagi pengikutnya. Dengan demikian sempurnalah Yoga Sang Rsi, yang ditandai dengan dimulainya kehidupan masyarakat di desa ini dengan dianugrahinya tanah untuk pertanian sebagai sumber kehidupan.
Sebutan Wos untuk kedua sungai yang telah bercampur ini melekat menjadi nama desa/pemukiman pada jaman itu. Sedangkan nama sungai ini sesuai dengan maknanya. Sesuai dengan isi lontar Markandya Purana, Wos ngaran “Usadi”, Usadi ngaran “Usada”, dan Usada ngaran “Ubad”. Dari kata ubad ini ditranskripsikan menjadi UBUD.
Selain tersebut di atas, Kelurahan Ubud juga memiliki sejarah kepemimpinan kepala desa. Keperbekelan desa di Ubud dimulai tahun 1922 yang dipimpin oleh seorang perbekel pada waktu itu bernama Pan Grya. Wilayah Ubud waktu itu meliputi Sambahan, Junjungan, Bentuyung, Ubud, Kutuh dan Nagi. Pan Grya kemudian digantikan oleh A.A.Gde Kerepeg yang menambah lagi wilayahnya ke Taman Kaja, Padangtegal dan Tegallantang.
Sejak tanggal 31 Desember 1980 Keperbekelan Ubud berubah status menjadi kelurahan, dan perbekelnya Tjokorda Gde Rai Darmawan diangkat menjadi Kepala Kelurahan Ubud. (lahirnya Kelurahan Ubud tanggal 1 Januari tahun 1981.
Sejak jaman perang kemerdekaan putra-putri Ubud telah banyak yang ikut memberi andil demi kemajuan bangsa dan negara, seperti I Wayan Suweta, Nyoman Sunia, Ida Tjokorda Gde Putra Sudharsana, Nombrog dan Made Kajeng. Demikian juga di jaman pembangunan ini salah seorang putra Ubud, yaitu : DR. Ir. Tjokorda Raka Sukawati juga telah memberikan andil yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa dan Negara kita, khususnya dalam bidang pembangunan fisik, berupa penciptaan sebuah teknik pembangunan yang dinamakan “Sosrobahu” dalam pembuatan jalan layang di Jakarta.
Perbekal/Kepala Kelurahan Ubud
Dan dalam perkembangannya, Kelurahan Ubud pernah dipimpin oleh Perbekel/Kepala Kelurahan sebagai berikut :
Pan Grya (1922-1932)
Anak Agung Gde Krepeg (1932-1942)
Gusti Putu Leket (1942-1950)
Tjokorda Alit Dalem (1950-1955)
Anak Agung Gde Rai Gug (1955-1977)
Tjokorda Gde Rai Darmawan (1977-1983)
Tjokorda Raka Sukawati (1983-1988)
Tjokorda Gde Anom (1988-1991)
Tjokorda Gde Rai Darmawan (1991-1993)
I Ketut Suastika, BA (1993-1998)
Cokorda Gede Putra Darmayuda, S.IP., M.Si (1998-2006)
Drs. I Kadek Alit Wirawan (2006-2006)
I Made Wartana, AP (2006-2009)
I Wayan Ardana, AP., MA (2009-2009)
Dra. Melgia C. Van Harling (2009-2009)
I Dewa Gde Pariyatna, S.STP (2009-2013)
I Wayan Parmadi, S.IP.,M.A.P. (2013-2019)
I Gusti Ngurah Nyoman Suastika, ST (2019-Sekarang)
Lingkungan/Banjar
Kelurahan Ubud sampai saat ini secara Administrasi/Kedinasan terbagi ke dalam 13 (tiga belas) Lingkungan sebagai berikut:
Lingkungan Ubud Kelod
Lingkungan Ubud Tengah
Lingkungan Ubud Kaja
Lingkungan Sambahan
Lingkungan Bentuyung
Lingkungan Junjungan
Lingkungan Tengallantang
Lingkungan Taman Kaja
Lingkungan Taman Kelod
Lingkungan Padang Tegal Kaja
Lingkungan Padang Tegal Tengah
Lingkungan Padang Tegal Kelod
Lingkungan Padang Tegal Mekar Sari
Desa Pakraman
Jika ditinjau dari aspek keagamaan dan adat di Kelurahan Ubud terdiri dari 6 (enam) Desa Pakraman yang meliputi:
Desa Pakraman Ubud
Desa Pakraman Bentuyung Sakti
Desa Pakraman Junjungan
Desa Pakraman Tegallantang
Desa Pakraman Taman Kaja
Desa Pakraman Padangtegal
Masing-masing desa pakraman memiliki Pura Khayangan Tiga yang menjadi tanggung jawab dan sekaligus pemersatu warga masyarakatnya (krama desa). Selain Pura Khayangan Tiga yang merupakan parahyangan pokok dari desa pakraman, juga terdapat pura penyungsungan adat yang lain yang sudah diwarisi secara turun temurun diantaranya seperti di Desa Pakraman Ubud adalah Pura Gunung Lebah, Batukaru, Sakenan, dan sebagainya. Dari gambaran tersebut di atas, dapat dipastikan bahwa masyarakat Kelurahan Ubud sangat sarat dengan kehidupan religius dimana pelaksanaan aktifitas keagamaan dan adatnya cukup padat sepanjang tahun.
Dan hubungan kerjasama antara Desa Pakraman yang ada di Kelurahan Ubud selama ini tetap terjalin dengan baik dengan menjungjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan serta mengupayakan tujuan yang sama, yaitu menciptakan keharmonisan dan kekerabatan yang kondusif untuk kemajuan masyarakat Kelurahan Ubud pada umumnya.
Batas Wilayah
Kelurahan Ubud merupakan satu–satunya kelurahan yang ada di antara 8 (delapan) Desa/Kelurahan di Kecamatan Ubud, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Di sebelah Utara : Kecamatan Tegallalang.
Di sebelah Timur : Desa Peliatan.
Di sebelah Selatan : Desa Mas.
Di sebelah Barat : Desa Sayan.
Pendidikan
Di Kelurahan Ubud terdapat satu SMA negeri, tiga SMK swasta, satu SMP negeri, satu SMP swasta, dan lima SD negeri.
SMA/SMK
SMA Negeri 1 Ubud
SMK Negeri 1 Mas-Ubud
SMK Pariwisata Ganesha
SMK Pariwisata PGRI Ubud
SMK Pariwisata Putra Bangsa
SMP
SMP Negeri 1 Ubud
SMP Kerta Yoga
SD
SD Negeri 1 Ubud
SD Negeri 2 Ubud
SD Negeri 3 Ubud
SD Negeri 4 Ubud
SD Negeri 5 Ubud
Sebutan
Banyak sebutan yang diberikan untuk Ubud, seperti Desmond Tutu, seorang peraih Nobel Perdamaian Dunia, yang menyebut Ubud sebagai “Pusat Kebudayaan Dunia” atau “Ubud Capital of Culture For the World”.
Referensi
^ abc"Kecamatan Ubud dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonésia. 2017. Diakses tanggal 16 Désémber 2018.Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "BPS Ubud 2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda