Varahi adalah salah satu dewi di dalam sistem religi agama Hindu. Dewi Varahi adalah salah satu di antara dewi-dewi Parvati, dan dia mewakili semangat spirit dari Batara Yama atau dewa kematian. Dewi Varahi mempunyai wujud berupa babi hutan yang dipercaya diciptakan oleh energi Dewa Wisnu yang memiliki tiga tiga energi sakti yaitu Waisnawi, Varahi, dan Nrisimhi. Ibu Dewi Varahi adalah salah satu yang memiliki tujuh sifat ketuhanan Matrikas selain Batari Durga.[1] Dewi Varahi dipuja oleh empat golongan agama Hindu yaitu Siwaisme, Brahmanisme, Wisnuisme, dan Shaktisme. Dewi Varahi biasanya dipuja pada waktu malam hari meggunakan praktik Tantri Wamamarga, berdasarkan Shumba-Nishumba mitos dari Dewi Mahatmaya yang berasal dari teks keagamaan Markandeya Purana dewi-dewi muncul sebagai Shakti melambangkan kefeminiman dari fisik-fisik dewi tersebut.[2]
Deskripsi Dewi Varahi
Dalam kitab suci agama Hindu mengatakan Varahi berasal dari Varaha yang memiliki cakra dan bertarung menggunakan pedang. Setelah berhasil membunuh musuhnya Varahi bisa duduk atau menari-nari di atas darah musuhnya dengan menggunakan Mahkota Karanda.[2] Musuh Dewi Varahi adalah iblis, Dia juga digambarkan memiliki atribut mirip seperti Dewa Wisnu dan kadang-kadang Dia diasosiasikan dengan membawa seluruh alam semesta di dalam kandungannya.[3] Dewi Varahi sering muncul dengan menampakkan empat lengannya, bermata tiga dan dengan moncong babi hutan. Dia berkulit gelap dan sering menggunakan pakaian sari yang serba hitam dengan duduk di atas tunggangannya yaitu kerbau Vahana, di kedua tangan atasnya memegang senjata bajak dan Danda (tongkat hukuman), sedangkan kedua tangan lannya menunjukkan Vara dan Abaya namun kekuatan sebenarnya ada pada moncongnya.[4] Babi dikenal karena kecerdasannya, kesuburannya, dan keganasannya serta kemerdekaannya di India, meskipun orang-orang Muslim tidak memakan daging babi dan pemeluk agama Hindu memakan daging babi. Secara umum babi diketahui sebagai hewan yang kotor dan tidak tersentuh oleh penduduk di pinggiran atau perdesaan.[5]
Dikatakan Dewi Varahi memiliki delapan perwujudan di antaranya Lagu Varahi, Sapvan Varahi, Mahisharooda Varahi, Simharooda Varahi, Mahavarahi, Unmatta Varahi, Adhi Varahi, dan Ashvarooda Varahi. Dewi Varahi juga merupakan pemimpin dari Dewi Lalita (Tripura Sundari), Dia juga dipuja-puja oleh umatnya yang sedang memiliki masalah dengan Kethu Graha pada saat malam ataupun tengah malam hari.[4]
Mitos Babi Hutan
Pada saat Dewa Brahma berhenti melakukan tapa dan memberi keuntungan bagi Hiranyaksha, iblis bermata emas. Iblis itu meminta untuk menjadi raja seluruh dunia, dia ingin agar tidak ada manusia atau hewan yang memiliki kekuatan untuk melukainya. Setiap legenda selalu memiliki celah, iblis itu menyebutkan semua binatang yang ditemukan tetapi menginginkan babi hutan. Dia menjadi tak terkalahkan dan menyebabkan kekacauan. Dia menjarah segala sesuatu yang bernilai dari makhluk di dunia. Dia mengambil Weda dan kitab suci. Bumi dibenamkan ke laut sebagai sandera. Para dewa lari ke Mahawisnu dan mencari bantuan. Dengan menghilangnya Weda, tidak ada aktivitas keagamaan atau spiritual dan orang-orang berada di jurang kegelapan. Perang dilancarkan tetapi Hiranyaksha menang, para dewa di tiga dunia panik. Jadi para dewa mendekati Dewa Brahma, Dia membawa rombongan dan bergegas ke Kailash. Di sana Dewa Siwa berada dalam kondisi meditasi. Semua orang tahu bahwa Siwa tidak boleh diganggu ketika Dia berada dalam samadhi. Tetapi Dewa Siwa sadar dan memberikan pengetahuan kepada Brahma untuk bergegas mendekati Mahawisnu.[1]
Pemujaan Dewi Varahi
Dewi Varahi kadang kala disebut sebagai dewi kegelapan dan waktu ideal untuk memujanya yaitu pada saat matahari terbenam dan pada saat tengah malam. Pada beberapa candinya kadang menyajikan beberapa minuman dan makanan seperti anggur, ikan, gandum, dan daging-daging yang ditujukan kepada sang dewi yang mungkin kadang masih diragukan kebenarannya. Sebab agama Hindu biasanya hanya memperbolehkan sesajian berupa sayur-sayuran atau buah-buahan.[3] Sekarang adalah saat-saat untuk mengingat dewi-dewi seperti Varahi yang muncul sebagai bagian dari tantangan Tantra pada orang-orang yang memegang teguh norma Vedanta, dan memastikan manusia memiliki pandangan yang lebih realististis daripada romantisme tentang seksisme, kekerasan, kehidupan dan bahkan kematian.[5]
Legenda Dewi Varahi
Teks keagamaan agama Hindu Kuno menggambarkan anggota Matrikas sebagai Sakta yang mana merupakan suatu aspek dari feminisme suatu Dewi termasuk Dewi Varahi adalah salah satu Dewi dengan jenis kelamin perempuan keturunan dari Varaha. Berdasarkan Mahatmaya, Batari Durga menciptakan Matrikas dari dirinya sendiri dan memimpin para Matrikas untuk melawan iblis Raktabija. Dewi Varahi berperang mengendarai kerbau sambil menghunus pedang, perisai, dan galah dengan berani melawan gerombolan pasukan iblis. Dengan bantuan dari para Matrikas, dan pembantaian iblis oleh Batari Durga dan ketika Dia berduel satu lawan satu dengan iblis, Varahi menyerap para Matrikas ke dalam dirinya. Ibu dari para Matrikas membunuh pasukan iblis dan meminum darah musuhnya guna menakut-nakuti iblis-iblis yang lain.[3]
Ashvaruda Varahi
Di dalam agama Hindu ditemukan berbagai macam penampilan Dewi Varahi dengan menggunakan wahana yang berbeda-beda, salah satunya adalah Ashvaruda Varahi. Dia adalah Dewi Varahi yang menunggang wahana kuda putih, sebenarnya tidak ada candi khusus untuk memuja Ashvaruda Varahi, dia hanya berada di bagian sudut suatu candi. Namun beberapa ratus tahun yang lalu sebuah candi Varahi dibangun terpisah di suatu tempat yang bernama Pallur. Tempat itu berada di sebuah jalan raya di antara Kanchipuram dan Arakonam. Diceritakan ada suatu kejadian nyata bahwa ada seorang balita yang jatuh ke dalam kolam dan balita tersebut tidak bisa bernafas. Di tempat tersebut letaknya jauh dari klinik atau rumah kesehatan lainnya dan agaknya sangat sulit untuk menyelamatkan balita tersebut. Pada masa yang kritis balita itu dibawa ke candi Varahi, kemudian orang tuanya memohon sambil menangis kepada sang dewi agar menyelamatkan anaknya. Kemudian ada satu babi putih yang masuk ke dalam candi lalu mencium si balita dan pergi, tidak lama kemudian balita tersebut membuka mata dan melihat sekeliling, balita tersebut kembali hidup dan sekarang masih berada di desa itu.[6]
Candi-candi Varahi
Candi-candi tempat pemujaan Dewi Varahi terdapat di beberapa tempat di India, Nepal, Malaysia bahkan di Amerika Serikat. Di India terdapat di kota Orissa ,Varahi dijadikan Dewi utama dalam praktik religi mereka tempat pemujaannya bernama candi Chaurasi cara memujanya dengan menggunakan ritus tantra, Puri, Varanasi, di Mylapore, Chennai juga terdapat candi Varahi, di kota Thanjavur terdapat candi Brihadeeswarar tempat memuja Dewi Varahi, yang terkenal adalah di kota Gonda, Gujarat dan terkemuka yaitu di Coimbatore, Tamil Nadu. Di negara Nepal letaknya di tengah-tengah sebuah danau Phewa. Pada umumnya pemujaan dilakukan ketika memasuki bulan baru maupun ketika bulan purnama, dan ketika itu patung Dewi Varahi dihiasi oleh bermacam-macam perhiasan dan ornamen lainnya[3][7]