Yahudi Karait atau Karaisme (juga disebut Orang-Orang Kara; bahasa Ibrani: קָרָאִים,ModernStandar : QaraʾimTiberiasBahasa Tiberian : Qārāʾîm ; yang berarti: Pembaca [dari Kitab-Kitab]; bahasa Inggris: Karaite Judaism, atau Karaism atau Karaites) adalah gerakan Yahudi yang mempunyai ciri dan karakteristik berdasarkan Tanakh sebagai Kitab Suci mereka, dan menolak Hukum Lisan (Mishnah dan Talmud). Ini berbeda dengan Yudaisme Rabbinik umum, yang menganggap "Taurat Lisan", keputusan legalistik Sanhedrin yang dibukukan dalam Talmud, dan karya-karya selanjutnya, sebagai tafsiran otoritatis bagi Taurat. Golongan Karait berpendapat bahwa semua perintah ilahi yang diturunkan kepada Musa oleh Allah telah dicatat dalam Taurat tertulis, tanpa tambahan Hukum Lisan maupun penjelasan. Akibatnya, orang Yahudi Karait tidak menerima koleksi tulisan dari tradisi lisan dalam Mishnah atau Talmud sebagai hukum yang mengikat.
Etimologi
Istilah "Karait" berasal dari kata "miqra" (מקרא), istilah Yahudi untuk Alkitab Ibrani, serta akar kata (shoresh) "qara" (קרא) yang artinya "memberitakan melalui pembacaan."
Sejarah
Asal mula
Perbedaan pendapat di antara golongan-golongan Yahudi mengenai keabsahan Hukum Lisan dapat ditelusuri sejak abad ke-2 dan ke-1 SM, sehingga sejumlah pakar melacak asal mula aliran "Karaisme" di antara orang-orang yang menolak tradisi Talmudik, karena dianggap sebagai karangan tambahan.
Abraham Geiger mengajukan pendapat adanya kaitan antara golongan Karait sebagai sisa-sisa golongan Saduki, sekte Yahudi dari abad ke-1 yang mengikuti Alkitab Ibrani secara harfiah dan menolak pengakuan orang Farisi terhadap Hukum Lisan jauh sebelum dibuat penulisannya (beberapa abad kemudian, antara lain sebagai Talmud). Pandangan Geiger ini didasarkan dari perbandingan halakha antara Karait dan Saduki: misalnya, ada segolongan minoritas Yahudi Karait yang tidak percaya adanya kebangkitan orang mati atau hidup setelah kematian, seperti halnya orang Saduki.[1] Teolog Inggris John Gill (1767) menulis,
"Pada zaman John Hyrcanus, dan Alexander Janneus putranya, muncul suatu sekte: dari golongan Karait, yang bertentangan dengan golongan Farisi, yang telah memperkenalkan sejumlah tradisi dan menyusun Hukum Lisan, semuanya ini ditolak oleh mereka (Karait). Dalam masa-masa pemimpin-pemimpin tersebut, hidup Simeon ben Shetach, dan Judah ben Tabbai, yang berkembang pada tahun A. M. 3621, kedua orang ini berpisah, yang kedua dari yang pertama, karena ia tidak dapat menerima "ciptaan" dari orang pertama yang dihasilkan dari pemikiran sendiri; dan dari orang kedua ini muncul golongan Karait, yang awalnya disebut masyarakat atau jemaat Judah ben Tabbai, yang kemudian diganti namanya menjadi Karaites."[2]
Gill juga melacak sekte Karait dari perpecahan antara Kelompok (schools) Hillel the Elder dan Shammai pada tahun 30 SM.[3]
Namun, Bernard Revel, dalam disertasinya mengenai "Karaite Halakhah," menolak banyak bukti-bukti yang diberikan Geiger.[4] Revel juga menunjukkan banyak korelasi antara halakha Karait dan telogi serta interpretasi Filo dari Aleksandria, filsuf dan pakar Yahudi dari abad ke-1 M, serta tulisan-tulisan Karait dari abad ke-10 yang menyadur tulisan-tulisan Filo. Ini memperlihatkan bahwa orang-orang Karait menggunakan tulisan-tulisan Filo dalam perkembangan gerakan mereka, meskipun komentator Karait selanjutnya, dalam Abad Pertengahan, tidak menyukai pandangan Filo. Sikap ini menunjukkan adanya friksi antara teologi Karait di kemudian hari dengan kemungkinan kaitannya kepada filsafat Filo.
Ada pula yang berpendapat bahwa dorongan utama pembentukan Karaisme adalah reaksi terhadap bangkitnya Islam,[5] yang mengenali Yudaisme sebagai sesama orang beriman monoteistik, tetapi menyatakan golongan Yudaisme ini menyimpang dari monoteisme karena lebih mengikuti otoritas rabbinik.
Yang lain berpendapat bahwa Karaism merupakan bentuk asli Yudaisme, dari mana Yudaisme Rabbinik kemudian bercabang dan terpisah darinya.[6]
Abad ke-9
Anan Ben David (~ 715 – 795 atau 811?) (bahasa Ibrani: ענן בן דוד) secara luas dianggap pendiri utama gerakan Karait. Pengikutnya disebut Ananites dan, seperti Karaites modern, tidak percaya bahwa hukum lisan Yahudi Rabbinik merupakan ilham ilahi.
Menurut catatan Rabbanite dari abad ke-12, pada kira-kira tahun 760 M, Shelomoh ben Ḥisdai II, pemimpin Yahudi dalam pembuangan (exilarch) di Babilon, meninggal, dan dua saudara laki-laki di antara kerabat terdekatnya, ‘Anan ben David (menurut catatan Rabbanite namanya ‘Anan ben Shafaṭ, tetapi disebut "ben David" karena garis keturunan "Daud" (= David) yang dimilikinya) dan Ḥananyah, berada pada urutan penggantinya. Akhirnya Ḥananyah dipilih oleh para rabbi dari "Babylonian Jewish colleges" (golongan Ge’onim) dan oleh jemaat-jemaat Yahudi terkemuka, kemudian pilihan ini dikonfirmasi oleh KalifahBagdad.
Perpecahan terjadi, di mana ‘Anan Ben David diangkat menjadi exilarch oleh para pengikutnya. Namun, tidak semua pakar setuju peristiwa ini pernah terjadi. Leon Nemoy menulis bahwa "Natronai, tidak sampai 90 tahun setelah pemisahan oleh ‘Anan, tidak memberitahukan kami apapun mengenai garis keturunan bangsawannya (garis Daud) atau perebutan jabatan exilarch yang dituduhkan sebagai penyebab langsung pemisahannya (apostasy)."[7] Ia kemudian menulis bahwa Natronai — seorang Yahudi Rabbanite yang saleh — hidup di daerah di mana aktivitas ‘Anan terjadi, dan bahwa orang bijak (sage) Karait, Ya‘akov Al-Qirqisani, tidak pernah menyinggung mengenai garis keturunan ‘Anan maupun pencalonannya sebagai exilarch.[7]
Anan mengizinkan dirinya diangkat sebagai Exilarch oleh para pengikutnya, suatu langkah yang dianggap pemberontakan oleh pemerintah Muslim. Ia dihukum mati, tetapi nyawanya ditolong oleh sesama narapidana, Abū Ḥanīfa, pendiri kelompok teologi dan yurisprudensi Muslim yang terkenal. Akhiranya ia dan para pengikutnya diizinkan pindah ke Palestina. Mereka mendirikan sebuah sinagoge di Yerusalem yang terus terpelihara sampai masa Perang Salib. Dari pusat ini, sekte tersebut menyebar tipis ke seluruh Siria, sampai ke Mesir dan akhir mencapai Eropa tenggara.[8]
Anan mengkhususkan diri pada pengembangan prinsip-prinsip dasar gerakannya. Karyanya Sefer HaMiṣwot ("Kitab Perintah-perintah"; "The Book of the Commandments") diterbitkan pada sekitar tahun 770. Ia mengambil banyak prinsip dan pendapat dari bentuk Yudaisme yang anti-rabbinik yang sudah ada. Ia banyak mengambil dari ajaran kuno Saduki dan Essene, yang orang-orangnya masih ada, dan tulisan-tulisannya masih beredar. Misalnya, sekte-sekte tersebut melarang penyalaan lampu dan meninggalkan tempat tinggal pada hari Sabat (orang Saduki melarang meninggalkan rumah, sedangkan ‘Anan dan golongan Qumran melarang meninggalkan kota atau perkemahan, tetapi boleh meninggalkan rumah; ‘Anan mengatakan bahwa seseorang seharusnya tidak meninggalkan rumahnya untuk hal-hal yang tidak berguna, tetapi hanya untuk pergi bersembahyang atau mempelajari Kitab Suci); juga berpartisipasi dalam observasi langsung untuk bulan baru bagi penentuan tanggal-tanggal hari raya, serta merayakan hari Shavuot (Pentakosta Yahudi) selalu pada hari Minggu.
Masa Keemasan
Dalam "Masa Keemasan Karaisme" (tahun 900–1100) sejumlah besar tulisan-tulisan orang Karait dipublikasikan di seluruh bagian dunia Muslim. Yahudi Karait juga mendapatkan otonomi dari Yudaime Rabbanite di dunia Muslim untuk mendirikan institusi mereka sendiri. Mereka juga menduduki posisi sosial tinggi dalam dunia Muslim, seperti pemungut pajak, dokter, dan juru tulis, termasuk posisi-posisi khusus dalam pengadilan-pengadilan Mesir. Pakar Karait termasuk pelaku yang paling kentara dalam golongan filsafat yang dikenal sebagai Jewish Kalam.
Menurut sejarawan Salo Wittmayer Baron, pada satu ketika jumlah orang Yahudi yang berhubungan dengan Karaisme mencapai 40 persen orang Yahudi sedunia, dan sering terjadi perdebatan antara pemimpin-pemimpin Rabbanit dan Karait.
Yang terkemuka di antara penentang ajaran dan praktik Karait pada zaman itu adalah tulisan-tulisan Rabbi Saadia Gaon, yang akhirnya menyebabkan perpecahan permanen antara komunitas Karait dan Rabbanit.
Karait di Kekaisaran Rusia (Qaraylar)
Di akhir abad ke-19, Karait Rusia (Russian Karaites atau Crimean Karaites) mulai memisahkan diri dari Yahudi Rabbanit, sehingga mereka bebas dari sejumlah hukum anti-Semit yang berlaku atas orang-orang Yahudi. Gubernur Crimea yang diangkat oleh Tsar Rusia mengatakan kepada pemimpin-pemimpin Karait bahwa meskipun pemerintah Tsar menyukai ide bahwa orang Karait tidak menerima Talmud (yang diajarkan oleh gereja di sana sebagai alasan orang Yahudi tidak mau menerima YesusKristus), mereka masih tergolong orang Yahudi, dan bertanggung jawab atas kematian Yesus serta harus tunduk di bawah hukum-hukum antisemit yang baru. Mendengar hal itu, para pemimpin mencari akal untuk bebas dari hukum itu dengan mengatakan bahwa mereka sudah tinggal di Crimea sebelum kematian Yesus. Pemerintah Tsar menjawab bahwa jika mereka dapat membuktikannya, mereka bebas dari hukum tersebut. Avraham Firkovich ditugaskan oleh para pemimpin komunitas untuk mengumpulkan semua informasi yang membuktikan bahwa golongan mereka tidak berada di Yerusalem pada masa Yesus dan karenanya tidak bertanggung jawab atas kematian-Nya. Melalui hasil kerjanya ia membantu menyusun jawaban bagi para otoritas Tsar bahwa orang Karait merupakan keturunan orang-orang yang berasal dari Kerajaan Israel Utara dan karenanya telah berada dalam pembuangan berabad-abad sebelum kematian Yesus dan karenanya tidak berhubungan dengan hal tersebut. Dengan Referensi batu-batu nisan di Crimea (dan diduga mengganti tarikhnya) serta pengumpulan ribuan naskah-naskah Karait, Rabbanit, dan Samarian, termasuk dokumen Rabbanit dari Kaukasus selatan yang mengklaim bahwa orang-orang Yahudi di sana adalah keturunan orang-orang yang berasal dari Kerajaan Israel Utara. Tindakan ini meyakinkan Tsar Rusia bahwa leluhur orang Karait tidak mungkin membunuh Yesus; sehingga mereka dibebaskan dari kesalahan keluarga (yang menjadi alasan penyusunan hukum-hukum antisemit saat itu).
Semua ini hanya untuk informasi eksternal. Di dalam komunitas Ḥakhamim masih diajarkan bahwa orang Karait adalah selalu termasuk bagian orang Yahudi, beribadah dalam bahasa Ibrani, garis keturunan Kohanim, suku Lewi, dan keluarga keturunan Daud terus dipelihara dengan teliti, serta buku-buku yang dicetak dalam bahasa Ibrani tegas menyatakan bahwa orang Karait adalah orang Yahudi.
Pada tahun 1897, sensus di Rusia mencatat ada 12.894 Karaims di Kekaisaran Rusia.[9]
Pada permulaan abad ke-20, kebanyakan orang Karait Eropa tidak lagi tahu mengenai agamanya. Seraya Shapshal (Seraya Szapszal), seorang tentara bayaran Karait yang menjadi tutor bagi Shah Persia terakhir dari dinasti Qajar, Mohammad Ali Shah Qajar, dan juga seorang mata-mata Rusia, berhasil membuat dirinya terpilih sebagai Ḥakham utama orang Karait di Kekaisaran Rusia (saat itu, menurut peraturan Rusia, jabatan tersebut lebih bersifat politik dan bukan rohaniah). Ia dipengaruhi oleh gerakan "Pan-Turki" di Turki (sebagaimana diteliti oleh Dan Shapira), membuat jabatannya sebagai Kaisar-Imam, mengubah gelar "Ḥakham" menjadi "Ḥakhan" (persilangan antara gelar Turki "Khaqan" dan "Khan"), melarang penggunaan bahasa Ibrani, memperkenalkan elemen ibadah asing (seperti pemujaan pohon-pohon ek suci di pekuburan), serta mengklaim bahwa baik Yesus maupun Muhammad adalah nabi-nabi. Hal ini menyenangkan baik pemerintah Tsar Rusia Ortodoks maupun orang Muslim Turki.[10]
Setelah Revolusi Bolshevik, ateisme menjadi kebijakan negara resmi dan sekolah-sekolah agama Karait maupun tempat-tempat ibadah mereka menjadi institusi agama pertama yang ditutup oleh pemerintah Soviet. Setelahnya, informasi mengenai Karait yang boleh diajarkan hanyalah doktrin Szapszal, dan definisi resmi menurut hukum Rusia (dibawa dari hukum Tsar) yang keliru bahwa Karaimi adalah keturunan orang Turki dari Khazars, bukannya orang Yahudi.[11] Tidak semua orang Karait Eropa menerima doktrin Szapszalian. Sejumlah "Hakhamim" dan sebagian kecil populasi Karait umum masih memelihara budaya Yahudi mereka, tetapi umumnya tidak berani menentang Szapszal secara terbuka karena kedudukan resminya berkaitan dengan pemerintah Soviet.[12]
Karait modern
Diperkirakan ukuran gerakan Karait modern berkisar dari 4.000 orang Karait di Amerika Serikat, sekitar 100 keluarga di Istanbul, dan lebih dari 40.000 orang di Israel, populasi terbesarnya di Ramlah, Ashdod dan Beer-Sheva. Dalam sensus penduduk di Polandia pada tahun 2002, hanya ada 45 orang yang menyatakan diri "Karaims", termasuk 43 orang berwarganegara Polandia.[13]
Pada awal tahun 1920-an seorang pejabat "British mandate: di Yerusalem mencatat kunjungannya ke sebuah sinagoge Karait yang digambarkannya sebagai "kecil, bercorak Abad Pertengahan, agak di bawah tanah" melayani "koloni kecil Qaraites di Yerusalem."[14]
Pada awal tahun 1950-an, Chief RabbinateIsrael asalnya berkeberatan atas imigrasi orang Yahudi Karait ke Israel, tetapi tidak berhasil menghalanginya. Namun, pada tahun 2007, Rabbi David Ḥayim Chelouche, chief rabbi dari Netayana dikutip dalam The Jerusalem Post mengatakan, "Seorang Karait adalah seorang Yahudi. Kami menerima mereka sebagai orang Yahudi dan setiap orang dari mereka yang ingin kembali ke Yudaisme umum, kami menerima mereka kembali. Pernah ada pertanyaan apakah orang Karaite perlu menjalani "sunat penandaan" ("token circumcision") untuk beralih ke Yudaisme Rabbinik, tetapi para rabbinate setuju bahwa hal itu sekarang tidak lagi diperlukan."[15]
Moshe Marzouk, salah satu orang Yahudi Mesir yang dihukum mati pada tahun 1954 karena meletakkan bom di Kairo atas suruhan dinas intelijen Israel (Israeli Military Intelligence; the "Lavon Affair") adalah seorang Karait. Marzouk dianggap pahlawan di Israel, tetapi identitasnya sebagai Karait tidak dinyatakan jelas di koran-koran, yang hanya menggambarkannya sebagai seorang Yahudi-Mesir. Namun, pada tahun 2001, pemerintah Israel melalui dinas pos (Israel Postal Authority), mengeluarkan lembaran kenangan khusus memperingatinya dan banyak orang Yahudi Karait lain yang telah mengorbankan nyawanya untuk Israel.
Di Israel, kepemimpinan Yahudi Karait diatur oleh suatu kelompok yang disebut "Universal Karaite Judaism". Kebanyakan anggota dari "Board of Ḥakhamim" tersebut adalah keturunan orang Yahudi Mesir.
Ada sekitar 4.000 orang Karait tinggal di Amerika Serikat. Sinagoge KJA "Congregation B’nai Israel" di Daly City, California, di dekat kota San Francisco merupakan satu-satunya sinagoge Karait di Amerika Serikat dengan fasilitas tetap. Para pemimpinnya berlatarbelakang Karait Mesir. Jemaat lain yang lebih kecil, "Congregation Oraḥ Ṣaddiqim", berlokasi di Albany, New York, tetapi belum memiliki fasilitas permanen, dan masih menggunakan sebuah kamar di rumah Ḥakham mereka, Ḥakham Avraham Ben-Raḥamiël Qanaï, sebagai sinagoge sementara.[16]
^Luke, Sir Harry (1953) Cities and Men. An Autobiography. Volume II. Aegean, Cyprus, Turkey, Transcaucasia & Palestine. (1914-1924). Geoffrey Bles. London. p.245
Karaite Judaism and Historical Understanding (Fred Astren) ISBN 1-57003-518-0
Just for the record in the history of the Karaite Jews of Egypt in modern times (Mourad el-Kodsi) (2002)
The Dead Sea Scrolls in the Historiography and Self-Image of Contemporary Karaites (Daniel J. Lasker) Dead Sea Discoveries, Nov 2002, Vol. 9 Issue 3, p281, 14p-294; DOI:10.1163/156851702320917832; (AN 8688101)
Heir to the Glimmering World (Cynthia Ozick) A fictional story about a historian of the Karaism.
A History of the Jews in Christian Spain (Yitzhak Baer) Vol 1
The Jews of Spain, A History of the Sephardic Experience (Jane S. Gerber)
'The Written' as the Vocation of Conceiving Jewishly (John W McGinley) ISBN 0-595-40488-X
The History of the Jewish People: Volume II, the Early Middle Ages (Moses A. Shulvass)
Dan Shapira, "Remarks on Avraham Firkowicz and the Hebrew Mejelis 'Document'", Acta Orientalia Academiae Scientiarum Hungaricae, 59:2 (2006): 131–180.
M. Polliack (ed.), Karaite Judaism: Introduction to Karaite Studies (Leiden, Brill, 2004).
Kizilov, Mikhail, "Faithful Unto Death: Language, Tradition, and the Disappearance of the East European Karaite Communities," East European Jewish Affairs, 36:1 (2006), 73–93.
Shapira, Dan, Avraham Firkowicz in Istanbul (1830–1832): Paving the Way for Turkic Nationalism (Ankara, KaraM, 2003).
Kizilov, Mikhail, Karaites through the Travelers' Eyes: Ethnic History, Traditional Culture and Everyday Life of the Crimean Karaites According to Descriptions of the Travelers (New York, al-Qirqisani, 2003).
Daniel J. Lasker, From Judah Hadassi to Elijah Bashyatchi: Studies in Late Medieval Karaite Philosophy (Leiden, Brill, 2008) (Supplements to The Journal of Jewish Thought and Philosophy, 4), xvi, 296 pp.