Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Anggisrana

Anggisrana (dalam tokoh pewayangan) adalah salah satu raksasa prajurit Alengka yang mempunyai kesaktian sanggup mengubah wujudnya sesuai keinginannya.[1] Termasuk anak buah dan kekasih Sarpakenaka, adik Rahwana. [2] Dalam cerita pewayangan Anggisrana merupakan selingkuhan dari Sarpakenaka.[3] Sarpakenaka merupakan raseksi yang mempunyai libido sangat tinggi.[3] Bisa jadi, ketertarikannya kepada Rama didasari oleh hasratnya yang tinggi itu.[3]

Anggisrana merupakan salah satu tokoh prajurit Alengka dalam wiracarita Ramayana.[1] suatu ketika oleh Dewi Sarpakenaka, Anggisrana ditugaskan untuk menyusup ke markas musuh sebagai teliksandi 'mata-mata' di pasangrahan Suwelagari dengan beralih rupa menjadi kera.[1] Tugasnya sebagai telik sandi melengkapi namanya.[1] Anggisrana lebih dikenal dengan sebutan Telik Anggisrana.[1] Anggisrana merupakan kepala barisan raksasa di negara Awangga yang menjaga tapal batas negara.[4]

Tugas Menjadi Mata-mata

Raksasa Sakti Angisrana itu ditugasi membuat kekacauan (sabotase) di antara pasukan kera yang disiapkan menyerbu Alengka.[1] Namun, sebelum usahanya berhasil Anoman berhasil memergokinya.[1] Adegan ketika Anoman menjebak mata-mata ini sering menjadi adegan yang lucu di dalam pedalangan.[1] Anoman membuat test kepada pasukan kera untuk mere 'berteriak ala kera'.[1] Mere adalah kebiasaan bangsa kera untuk membuat dirinya lebih bersemangat dengan mengeluarkan suara melengking tinggi dari mulutnya.[1] Biasanya kera akan mere jika berperang.[1] suara yang melengking akan dibarengi deretan gigi yang menyeringai, pelototan mata dan hentakan bulu tubuh yang seperti landak.[1] Mere adalah pertahanan alami kera yang akan membuat lawannya gentar.[1] semua pasukan kera mendapat giliran mere.[1] Ketika tiba giliran Anggisrana, Anggisrana berdalih sedang radang tenggorokan sehingga lolos tes pertama.[1] Anoman lalu mengadakan tes kedua dengan mengadakan tes fisik. Semua pasukan kera disuruh menungging.[1] Satu persatu Anoman memeriksa buntuk kera.[1] Ketika tiba giliran Anggisrana, Anggisrana gemetar karena tidak mempunyai buntut.[1] Anggisrana lalu ditanggap dan segera dihadapkan kepada Sri Rama.[1] Anggisrana tidak dihukum namun justru diberi maaf dan diberi hadiah lalu disuruh kembali, melapor kepada Dasamuka.[1]

Bentuk Wayang

Dalam rupa Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta, Anggisrana diwujudkan mirip cakil, berambut udhalan, diurai sampai pantat.[1] Gerak dan perilaku Anggisrana dalam sabetan juga mirip dengan cakil.[1] Anggisrana berwujud raksasa dengan gigi tonggos, berpangkat tumenggung.[5]

Sifat-sifat Tokoh Wayang Anggisrana

Anggrisrana memiliki sifat pemberani, tangkas, trengginas, banyak tingkah dan pandai bicara.[5] Anggisrana berwatak kejam, serakah, selalu menurutkan kata hati dan mau menangnya sendiri.[5] Karena Anggisrana Sebagai tumenggung, Anggisrana pandai dalam olah keprajuritan, khsusunya memainkan senjata gada dan keris.[5] Anggisrana lebih banyak tinggal di perbatasan, sehingga Anggisrana memiliki jiwa yang liar.[5] Anggisrana juga suka merampas harta penduduk, juga mengganggu ketenteraman hidup para Brahmana.[5] Akhir riwayanya diceritakan, Anggisrana tewas dalam peperangan melawan Arjuna, tatkala keluarga Pandawa membantu Basukarna menyerbu negara Awangga dalam upaya merebut Dewi Surtikanti, putri Prabu Salya, raja Mandaraka yang diculik Prabu Kalakarna.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Heru S Sudjarwo, Sumari, Undung Wiyono (2010). Rupa & Karakter Wayang Purwa Dewa, Ramayana, Mahabarata. Jakarta: Kakilangit Kencana. hlm. 227. ISBN 9786028556262. 
  2. ^ Pitoyo. "Anggisrana". Diakses tanggal 7 Mei 2014. 
  3. ^ a b c Kyaine. "Rayuan Sarpakenaka". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-08. Diakses tanggal 8 Mei 2014. 
  4. ^ R. Rio Sudibyoprono (1991). Ensiklopedi Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 42. ISBN 9799240034. 
  5. ^ a b c d e f g "Anggisrana". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-08. Diakses tanggal 8 Mei 2014. 
Kembali kehalaman sebelumnya