Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Belanda dan senjata pemusnah massal

Meskipun Belanda tidak memiliki senjata pemusnah massal buatannya sendiri, Belanda berpartisipasi dalam program pelatihan dan pembagian senjata nuklir NATO untuk mengirimkan senjata nuklir AS. Senjata-senjata ini pertama kali disimpan di Belanda pada tahun 1960.[1][2]

Belanda juga merupakan salah satu produsen dari komponen yang dapat digunakan untuk membuat agen mematikan, senjata kimia, dan jenis senjata pemusnah massal lainnya. Beberapa perusahaan Belanda menyediakan komponen untuk senjata-senjata ini kepada Amerika Serikat, Israel, dan Pakistan.

Belanda meratifikasi Protokol Jenewa pada tanggal 31 Oktober 1930. Belanda juga meratifikasi Konvensi Senjata Biologis pada tanggal 10 April 1972 dan Konvensi Senjata Kimia pada tanggal 30 Juni 1995.

Pembagian senjata nuklir AS-NATO

Belanda meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada tanggal 2 Mei 1975.

Di masa lalu (tahun 1960-an hingga 1990-an), Belanda ikut andil dalam pengerahan peluru artileri nuklir NATO untuk artileri swagerak dan unit artileri rudalnya. Peluru dan hulu ledak 8 inci untuk rudal Honest John, dan kemudian Lance, disimpan di gudang amunisi khusus di 't Harde dan Havelterberg. Senjata-senjata ini sudah tidak lagi beroperasi.

Komandan USAFE Jenderal Roger Brady menginspeksi prosedur pelucutan senjata di Pangkalan Udara Volkel.

Hingga tahun 2006, pesawat P-3 Orion milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda, dan pendahulunya P-2 Neptune, yang bermarkas di bekas Pangkalan Udara Angkatan Laut Valkenburg di Katwijk dan Curaçao di Karibia, ditugaskan untuk membawa Bom Kedalaman Nuklir (NDB) milik Angkatan Laut AS untuk digunakan dalam peperangan antikapal selam. Senjata-senjata ini awalnya adalah Mk 101 Lulu dengan daya ledak 11 kt; kemudian, senjata-senjata ini digantikan oleh Mk-57 (juga disebut sebagai B-57).

NDB disimpan di bawah penjagaan Marinir AS di RAF St. Mawgan, Cornwall, Britania Raya, yang juga menyimpan 60 senjata serupa untuk digunakan oleh pesawat Shackleton dan Nimrod milik RAF. Pengaturan penyimpanan disetujui pada tahun 1965 antara Perdana Menteri Britania Raya Harold Wilson dan Presiden AS Lyndon B. Johnson dalam sebuah memorandum rahasia yang sekarang telah dideklasifikasi dalam arsip Britania Raya.[3]

Saat ini (per tahun 2008), USAF masih menyediakan 22 bom nuklir taktis B61 untuk digunakan oleh Belanda berdasarkan perjanjian pembagian senjata nuklir NATO. Senjata-senjata ini disimpan di Pangkalan Udara Volkel, dan pada masa perang, senjata ini dapat dibawa oleh pesawat tempur F-16 Angkatan Udara Kerajaan Belanda.[4] (Pemerintah Belanda tidak pernah mengakui atau menyangkal secara resmi keberadaan senjata-senjata ini, tetapi mantan perdana menteri Dries van Agt dan Ruud Lubbers sama-sama mengakui keberadaannya pada tahun 2013.[5][6])

AS bersikeras bahwa pasukannya mengontrol senjata-senjata tersebut dan tidak ada pemberian bom nuklir atau kontrol atas bom tersebut yang dimaksudkan "kecuali dan sampai ada keputusan untuk berperang, yang mana perjanjian [NPT] tidak lagi mengatur", jadi tidak ada pelanggaran NPT.[7]

Produksi prekursor senjata kimia oleh Belanda

Bersama perusahaan-perusahaan dari Britania Raya, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Belgia, Spanyol, India, dan Brasil, perusahaan-perusahaan Belanda menyediakan bahan kimia yang digunakan sebagai prekursor untuk memproduksi senjata kimia bagi Irak guna melawan Iran dalam Perang Iran-Irak.

Menderita akibat perang kimia selama Perang Iran-Irak (1980–1988), 2.000 warga Iran mengajukan dakwaan beberapa tahun lalu ke pengadilan Teheran terhadap sembilan perusahaan yang telah menyediakan bahan kimia tersebut kepada Saddam Hussein, dan 455 perusahaan Amerika dan Eropa (dua pertiganya dari Jerman) yang memberikan bantuan kepada Irak selama perangnya dengan Iran. Perserikatan Bangsa-Bangsa menerbitkan laporan setebal 12.000 halaman tentang konflik tersebut dan menyebutkan nama-nama perusahaan yang terlibat.

Eksperimen gas beracun

Pada tanggal 20 Februari 2008, terungkap bahwa Belanda telah melakukan uji coba perang kimia dengan gas saraf pada awal tahun 1950-an. Percobaan ini dilakukan oleh lembaga TNO atas permintaan Departemen Pertahanan. Eksperimen tersebut terdiri dari penggunaan sarin, tabun, soman, dan gas Prancis yang dimodifikasi yang disebut Stof X (Substansi X), yang lebih beracun daripada sarin. Percobaan tersebut dilakukan pada hewan di desa Harskamp dan di tempat latihan pengeboman Vliehors, yang terletak di pulau Vlieland. Setelah tahun 1956, satu-satunya eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen yang dilakukan bersama dengan Prancis dan Belgia di sebuah gurun di Aljazair, yang menggunakan 6 kilogram Stof X. Alasan di balik eksperimen ini adalah ketakutan akan serangan oleh Uni Soviet.[8]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "US Nuclear Weapons in the Netherlands: A First Appraisal | National Security Archive". nsarchive.gwu.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-24. 
  2. ^ Onderco, Michal; Joosen, Rik (2022-07). "Nuclear Weapons in the Tweede Kamer: Analysis of Nuclear Motions in the Dutch House of Representatives in Times of Contestation". Global Studies Quarterly. 2 (3). doi:10.1093/isagsq/ksac028. ISSN 2634-3797. 
  3. ^ "The National Archives, London. DEFE 24/691 E28 p6". 
  4. ^ Kristensen, Hans (Februari 2005). "U.S. Nuclear Weapons in Europe" (PDF). 
  5. ^ "22 atoombommen in kluizen basis Volkel". RTL Nieuws. 10 Juni 2013. 
  6. ^ "Een typisch geval van klassenjustitie (2)". RTL Nieuws. 4 Desember 2013. 
  7. ^ Brian Donnelly (2009-01-05). "The Nuclear Weapons Non-Proliferation Articles I, II and VI of the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons". Agency for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America and the Caribbean. 
  8. ^ "NRC newspaper, 19 feb. 2008". 
Kembali kehalaman sebelumnya