Menurut sumber turun-temurun, mahkota ini dibuat atas prakarsa Sanghyang Bunisora Suradipati, raja Galuh (1357-1371). Mahkota ini digunakan oleh raja-raja Sunda selanjutnya dalam upacara pelantikan raja baru dan menjadi benda pusaka kerajaan hingga kerajaan Sunda runtuh.[2]
Pada waktu ibu kota kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran diserbu oleh pasukan Banten (1579), mahkota ini berhasil diselamatkan oleh para pembesar kerajaan Sunda yang berhasil meloloskan diri, yaitu: Sayang Hawu, Térong Péot, dan Kondang Hapa. Mahkota ini dibawa ke Sumedanglarang dan diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun dengan harapan dapat menggantikan dan melanjutkan keberadaan dan kejayaan kerajaan Sunda. sejak itu mahkota ini menjadi benda pusaka para raja Sumedanglarang dan kemudian para bupati Sumedang. Sejak pemerintahan Bupati Pangeran Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih (1836-1882) mahkota tersebut dipakai untuk hiasan kepala pengantin keluarga bupati Sumedang.[2]
Mahkota Binokasih dan siger emas menjadi daya tarik pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. Mahkota yang mempunyai nama lengkap Makuta Binokasih Sanghyang Pake ini merupakan salah satu simbol dan peninggalan Kerajaan Pajajaran (Sunda). Hingga kini, mahkota tersebut masuk dalam Pusaka Leluhur Sumedang dan menjadi peninggalan Prabu Geusan Ulun 1578 - 1601.
Mahkota ini disimpan di gedung pusaka kompleks Museum Prabu Geusan Ulun. Tersimpan di dalam lemari kaca segi delapan dengan pengamanan super ekstra. Ini dilakukan, karena mahkota tersebut merupakan mahkota asli raja Pajajaran akhir sebelum runtag atau runtuh.
Terbuat dari emas dengan hiasan batu permata menjadikan mahkota ini sangat spesial. Tidak heran jika pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun lebih tertarik melihat koleksi mahakarya ini. Para pengunjung pun mau berlama-lama di gedung ini. Selain mahkota Binokasi, terdapat pula siger, ikat pinggang, serta aksesoris raha lainnya yang merupakan peninggalan asli Raja Pajajaran terakhir. Untuk menambah daya tarik, di gedung ini terdapat pula berbagai jenis senjata pusaka kerajaan, seperti tombak, kujang, dan keris.
Rujukan
^Iskandar, Yoseph.1997.Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung:Geger Sunten.
^ abcRosidi, Ajip.2000.Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya, Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi.Bandung:Pustaka Jaya.