Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Campak

Campak

Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxovirus. Virus ini termasuk dalam genus Morbillivirus, yang juga mencakup virus distemper anjing dan virus rinderpest.

Virus ini memiliki genom RNA untai negatif yang tidak tersegmentasi, yang dienkapsulasi oleh protein nukleokapsid (N). Virus ini juga memiliki protein fosfoprotein (P) dan polimerase (L) yang berperan dalam replikasi dan transkripsi virus. Selain itu, virus ini memiliki dua glikoprotein yang tertanam dalam amplop lipid, yaitu protein fusi (F) dan protein hemaglutinin (H). Protein F berfungsi untuk menyatukan membran virus dengan membran sel inang, sedangkan protein H berfungsi untuk mengikat reseptor sel inang dan menginduksi respons imun.[1]

Penyebab

Campak rubeola (bukan rubela=campak Jerman) atau measles (di beberapa daerah disebut juga sebagai tampek, dabaken, atau morbili) adalah penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut, maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10–14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi remaja, dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

Gejala

Gejala mulai timbul dalam waktu 7–14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:

  • Panas badan
  • Nyeri tenggorokan
  • Pilek Coryza
  • Batuk (cough)
  • Bercak koplik
  • Nyeri otot
  • Mata merah (konjungtivitis)

Pada 2–4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3–5 hari setelah timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1–2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita akan merasa kesakitan, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. Sehingga 3–5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Demam, kecapaian, pilek, batuk, dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

  1. Infeksi bakteri: Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
  2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
  3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000–2.000 kasus.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas.

Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:

  • Pemeriksaan darah, pemeriksaan darah tepi
  • Pemeriksaan Ig M anti-campak
  • Pemeriksaan komplikasi campak:
    • Enteritis
    • Ensephalopati,
    • Bronkopneumoni

Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Maka dari itu harus berjaga-jaga.

Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/ Mumps, Measles, Rubela), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12–15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4–6 tahun.

Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

Terdapat juga vaksin MMRV, suatu kombinasi vaksin MMR dan vaksin cacar air (varicella). Dengan adanya kombinasi ini, maka tata laksana vaksinasi lebih sederhana, karena jumlah penyuntikan lebih sedikit dan lebih murah.[2] Tetapi untuk anak-anak berusia 2 tahun atau kurang, vaksin MMRV lebih memiliki efek samping dibandingkan pemberian vaksin MMR dan vaksin cacar air secara terpisah dalam satu hari.[3] Terjadi penambahan kejadian febrile seizures yang terjadi 7 hingga 10 hari setelah vaksinasi, penambahan kejadian demam ringan dan penambahan kejadian gatal-gatal seperti kena campak. Tetapi vaksinasi MMRV pada usia 4 sampai 6 tahun tidak ada bukti penambahan kejadian febrile seizure dibandingkan pemberian vaksin MMR dan vaksin cacar air secara terpisah.[4][5]

Waktu inkubasi

Waktu terpapar sampai kena penyakit: Kira-kira 10 sampai 12 hari sehingga gejala pertama, dan 14 hari sehingga ruam muncul. Imunisasi (MMR) pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Orang yang dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak menghadiri sekolah atau bekerja selama 14 hari.

Waktu pengasingan yang disarankan

Disarankan selama sekurang-kurangnya 4 hari setelah ruam muncul.

Referensi

  1. ^ Krawiec; Hinson., Conrad; Joshua W. (2023-01-16). "Rubeola (Measles)". The National Library of Medicine. Diakses tanggal 2024-03-04. 
  2. ^ Vesikari T, Sadzot-Delvaux C, Rentier B, Gershon A (2007). "Increasing coverage and efficiency of measles, mumps, and rubella vaccine and introducing universal varicella vaccination in Europe: a role for the combined vaccine". Pediatr Infect Dis J. 26 (7): 632–8. doi:10.1097/INF.0b013e3180616c8f. PMID 17596807. 
  3. ^ CDC: Possible Side-effects from Vaccines
  4. ^ Klein NP, Fireman B, Yih WK; et al. (July 2010). "Measles-mumps-rubella-varicella combination vaccine and the risk of febrile seizures". Pediatrics. 126 (1): e1–8. doi:10.1542/peds.2010-0665. PMID 20587679. 
  5. ^ FDA: CBER clinical review of studies submitted in support of licensure of ProQuad
Kembali kehalaman sebelumnya