Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Deus Faber

Gambar tentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
Gambar tentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi

Deus Faber atau dea faber adalah sebuah pemahaman akan Tuhan yang menciptakan dunia sebagai seorang pengrajin atau seniman.[1] Gambaran ini memperlihatkan hubungan langsung antara Tuhan dengan pekerjaan manusia seperti tukang kayu, pembuat patung, dan pekerja bangunan.[2] Pemahaman ini muncul dari waktu ke waktu dari berbagai Mitos penciptaan yang ada di berbagai belahan dunia.[2] Pemahaman ini menggambarkan Tuhan sebagai seorang tukang atau pekerja yang sangat ahli dalam merancang dan membangun dunia.[3] Dalam pemahaman ini, Tuhan bertindak seperti seorang manusia yang sedang mengerjakan pekerjaannya.[4] Konsep deus faber mempunyai hubungan dengan konsep homo faber.[5] Konsep deus faber ini juga disandingkan dengan konsep deus ludens.[5]

Karakter

Konsep Deus Faber dapat kita temukan dalam gambaran-gambaran karakter yang terdapat dalam mitos-mitos penciptaan yang ada di berbagai negara.[2] Ptah dan Pangu adalah contoh karakter yang memperlihatkan konsep dari deus faber.[2] Ptah berasal dari mitos penciptaan Mesir dan Pangu berasal dari mitos penciptaan di Tiongkok.[2]

Pangu

Tiongkok mempunyai salah satu mitos penciptaan yang menceritakan bagaimana dunia diciptakan.[2] Dalam mitos tersebut, terdapat sebuah karakter yang bernama Pangu.[2] Ia merupakan sosok yang menciptakan dan membentuk dunia.[2] Pangu digambarkan sebagai seorang tukang kayu yang membawa palu dan alat pahat.[2] Ia menciptakan dan membentuk dunia dengan cara mengukir dunia.[2] Dalam mitos penciptaan ini, dunia awalnya berbentuk telur.[6] Dunia dalam bentuk telur dikenal dengan istilah telur kosmik.[6] Telur kosmik tersebut terdiri dari dua unsur yaitu Yin dan Yang.[6] Sebelum Pangu hadir, kedua unsur ini saling berlawanan di dalam telur kosmik.[6] Hal ini menyebabkan terjadinya khaos.[6] Yin digambarkan sebagai kekuatan perempuan yang terkait dengan kegelapan, dingin, dan lembap.[6] Yang digambarkan sebagai kekuatan lelaki yang terkait dengan cahaya, kering, panas, dan dominan.[6] Pangu tertidur dalam telur kosmik tersebut.[6] Ia kemudian bangun dan membentangkan lengannya.[6] Tindakan Pangu menyebabkan telur kosmik tersebut pecah.[6] Yin dan Yang pun keluar dari telur kosmik.[6] Yang kemudian melayang menjadi langit dan Ying kemudian tenggelam menjadi bumi.[6] Pangu melihat bahwa pemisahan langit dan bumi adalah sesuatu yang baik Yin dan Yang.[6] Akan tetapi, ia khawatir bahwa suatu saat keduanya akan menyatu kembali.[6] Ia kemudian berdiri untuk menjaga agar langit dan bumi tidak menyatu.[6] Kepala Pangu menahan langit dan kakinya menginjak bumi.[6] Setiap hari Pangu bertumbuh semakin besar.[6] Hal ini membuat jarak antara langit dan bumi semakin jauh sehingga keduanya tidak mungkin menyatu.[6] Pangu berusaha untuk tetap menjaga agar kedua unsur tersebut tidak menyatu agar menghindari terjadinya khaos.[6] Pangun dipercaya tidak hanya menciptakan langit dan bumi, tetapi juga umat manusia.[6] Setelah lelah dari pekerjaan yang ia lakukan, Pangu kemudian berbaring.[6] Ia kemudian tertidur dan bernapas untuk terakhir kalinya.[6] Setelah meninggal, setiap bagian tubuh Pangu berubah menjadi setiap unsur dari dunia.[6]

Ptah

Ptah, dewa dari Mesir

Ptah merupakan salah satu nama karakter dalam mitos penciptaan di Mesir.[2] Menurut tradisi Heliopolis, Ia merupakan pencipta dunia dalam mitos tersebut.[2][7] Nama Ptah mempunyai arti pengukir atau pembuka.[7] Namun, nama Ptah sendiri tidak mempunyai arti secara harafiah pembuka.[8] Pembuka disini mempunyai maksud pengukir.[8] Dalam mitos tersebut, Ptah menciptakan dunia seperti seorang pengrajin membuat tembikar.[2] Ia memutar roda pembuat tembikar dan membentuk dunia.[2] Ptah juga dikenal sebagai Tuhan dari para pengrajin, terutama para pengrajin yang bekerja dengan logam dan batu.[7][8] Ptah tidak dilahirkan ataupun dibuat.[7] Ia selalu disamakan dengan Nun.[7] Ptah membuat logam raksasa yang menjadi lantai dari surga dan atap dari langit.[7] Ptah menciptakan bumi menjadi ada melalui dua tahap, yaitu melalui mimpi dan kata-kata.[7] Ptah menciptakan segala hal yang ada di bumi dengan menggenggam hal itu dalam pikirannya dan kemudian membuat hal itu menjadi nyata melalui perkataannya.[7] Ptah berada dalam setiap hal yang ia ciptakan.[7]

Teologi Kristen

Dalam kekristenan, konsep deus faber merupakan konsep yang muncul dalam alkitab.[4] Konsep deus faber muncul dalam beberapa kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.[4] Konsep deus faber dalam setiap kitab mempunyai ciri khasnya masing-masing.[4]

Kitab Kejadian

Dalam kitab Kejadian, konsep deus faber dapat kita temukan dalam kisah penciptaan.[5] Dalam kitab Kejadian 2, Tuhan digambarkan sebagai seorang petani.[5] Eden digambarkan sebagai sawah pertama yang dibuat oleh Tuhan.[5] Tuhan bekerja membuat taman dan menanam tanaman.[5] Ia membangun taman demi kenyamanan manusia yang tinggal di dalam taman tersebut.[5] Kata Natta dalam bahasa Ibrani, menunjuk kepada aktivitas Tuhan membuat taman.[5] Tuhan membuat taman dengan tujuan agar manusia dan ciptaan-Nya yang lain dapat hidup tanpa kesulitan mendapatkan makanan.[5] Dalam kisah ini, gambaran Tuhan sebagai pekerja mengakibatkan gambaran manusia digambarkan sebagai pekerja atau dikenal dengan istilah homo faber.[5]

Kitab Yeremia

Dalam kitab Yeremia 18:1-10, pekerjaan Tuhan dilakukan dengan tangan-Nya sendiri.[4] Dalam Kitab Yeremia 18, diceritakan bahwa nabi Yeremia berada dalam rumah tukang periuk.[9] Ketika Yeremia berada dalam rumah tukang periuk, ia melihat bagaimana tukang periuk itu bekerja.[9] Yeremia melihat bahwa walaupun bahan yang diolah oleh tukang periuk itu tidak berkualitas baik, tetapi tukang periuk itu berusaha untuk terus mengolah bahan tersebut sehingga menjadi bentuk yang baik.[9] Dalam ilutrasi ini, Yeremia melihat bahwa tukang periuk itu sebagai Tuhan dan tanah liat yang dibentuk merupakan bangsa Israel.[9] Pemberitaan Yeremia ini terkait dengan peringatan Yeremia kepada Israel agar Israel kembali kepada Tuhan.[9]

Kitab Mazmur

Dalam kitab Mazmur, konsep deus faber ini diperlihatkan melalui gambar Tuhan yang bekerja membentuk tanah liat.[4] Dalam Kitab Mazmur 74:12-17, kita dapat menemukan Tuhan bekerja.[4] Dalam hal ini, pekerjaan yang Tuhan lakukan terhadap dunia menjadi bukti bahwa Tuhan memiliki kedaulatan penuh terhadap ciptaan-Nya.[4] Kedaulatan penuh ini terkait dengan konteks penulisan dari Kitab mazmur 74 yang ditulis sebagai sebuah ratapan komunal.[10] Mazmur 74 ini hendak menguatkan kembali bangsa Israel yang berada dalam keadaan putus asa karena hancurnya Bait Allah yang disebabkan oleh serangan babilonia.[10] Mazmur 74 memperlihatkan bahwa Tuhan, melalui pekerjaan-Nya, menguasai serta mengatur setiap hal yang ada di dunia.[10] Pesan ini hendak menguatkan bangsa Israel untuk tetap bertahan dalam keadaan yang sulit.[10]

Pengaruh

Pemahaman deus faber berpengaruh kepada pola pemikiran masyarakat.[5] Pemahaman ini mempengaruhi pola kerja dalam masyarakat.[5] Pemahaman deus faber jika dimutlakkan dalam kehidupan manusia maka akan membawa dampak negatif.[5] Manusia akan memahami bahwa keseluruhan hidupnya adalah bekerja.[5] Gambaran deus faber ini mengakibatkan manusia diukur berdasarkan prestasi yang dicapai atau pada apa yang dihasilkan dari manusia tersebut.[11] Dewasa ini, Jepang merupakan negara yang memprioritaskan kerja.[5] Selain Jepang, Rusia di bawah kepemimpinan Josef Stalin pun demikian.[5] Di bawah pemerintahan Josef Stalin, Uni Sovyet merupakan negara komunis.[5] Rusia saat itu masih bergabung dengan negara-negara lainnya dalam uni Sovyet.[5] Pada masa itu, Uni Sovyet sangat menghargai orang yang bekerja keras.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (English) David Adams Leeming. 1994. A Dictionary of Creation Myths. New York:Oxford University Press.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n (English) David Adams Leeming. 2010. Creation Myths of The World: an Encyclopedia. California:ABC-CLIO.
  3. ^ (English) Lorena Laura Stookey. 2004. Thematic guide to world mythology. Connecticut:Greenwood Press.
  4. ^ a b c d e f g h (English) Othmar Keel. 1978. The Symbolism of The Biblical World: Ancient Near Eastern iconography and Book of The Psalms. New York:Seabury Press.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Emanuel Gerrit Singgih. 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadiaan 1-11. Yogyakarta: Kanisius.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w (English) VIrginia Schomp. 2010. Myths of The World:The Ancient Chinesse. New York: Marshall Cavendish Corporation. Hlm 53-61.
  7. ^ a b c d e f g h i (English) Judis Page. 2011. Invoking Egyptian Gods. Minessota: Lleweyllyn Publication.
  8. ^ a b c (English) E.A.Wallis Budge. 1969. The Gods of Egyptians: Studies Egyptian Mythology. Chicago:The Open Court Publishing Company.Hlm 501-503.
  9. ^ a b c d e (English) John Bright. 1965. The Anchor Bible: Jeremiah. New York:Doubleday & Company.
  10. ^ a b c d (English) James D.G.Dunn. 2003. Eeerdmans Comentary on The Bible. Grand Rapids: Wm.B.Eerdmans. Hlm 400.
  11. ^ (English) Ton Van Prooijen. 2004. Limping but blessed: Jurgen Moltmann's Seacrh for a liberating theology. Rodopi B.V.:Amsterdam.Hlm 243.
Kembali kehalaman sebelumnya