Gabon (pengucapan bahasa Prancis: [ɡabɔ̃]), secara resmi bernama Republik Gabon (bahasa Prancis: République gabonaise), adalah sebuah negara di pesisir barat Afrika Barat. Terletak di garis khatulistiwa, Gabon berbatasan dengan negara Guinea Khatulistiwa di sebelah barat laut, Kamerun di sebelah utara, Republik Kongo di sebelah timur dan selatan, dan Teluk Guinea. Negara tersebut memiliki luas wilayah hampir 270.000 kilometer persegi (100.000 sq mi) dan perkiraan populasinya berada pada angka 2.3 juta penduduk. Terdapat juga tiga wilayah-wilayah yang berbeda, yaitu: dataran pantai, pegunungan (Pegunungan Kristal dan pengunungan Chaillu yang berada di tengahnya), dan wilayah sabana yang terletak di bagian barat negara tersebut. Wilayah dataran pantai tersebut merupakan bagian dari kawasan ekologihutan pantai Khatulistiwa AtlantikDana Dunia Untuk Alam. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Libreville, serta bahasa resmi negara tersebut adalah bahasa Prancis.
Pada tahun 1910, Gabon menjadi 1 dari 4 wilayah Afrika Khatulistiwa Prancis, federasi yang bertahan sampai tahun 1959. Wilayah ini merdeka pada tanggal 17 Agustus1960. Presiden pertama adalah Léon M'ba yang dipilih tahun 1961, dengan Omar Bongo Ondimba sebagai WaPres. Kepentingan Prancis amat menentukan dalam kepemimpinan di Gabon setelah merdeka; kepentingan penebangan Prancis melimpahkan dana untuk kampanye pemilihan M'ba, 'evolué' dari daerah pesisir.
Setelah naiknya Gabriel Leon M'ba ke puncak kekuasaan, pers ditekan, demonstrasi politik dilarang, kebebasan berekspresi dibatasi, ParPol lain dikeluarkan secara bertahap dari kekuasaan dan konstitusi berubah dengan tuntunan Prancis untuk memberi kekuasaan di kepresidenan, jabatan yang diduduki Leon M'ba sendiri. Namun, saat Gabriel Léon M'ba membubarkan Majelis Nasional pada bulan Januari1964 untuk membentuk kekuasaan 1 partai, kudeta militer muncul untuk mendepaknya dari kekuasaan dan memulihkan demokrasi parlementer. Zaman kediktatoran M'ba dikenal sebagai "Kepentingan Prancis" yang kemudian secara mencolok menjadi nyata ketika prajurit terjung payung Prancis terbang dalam waktu 24 jam untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan.
Setelah pertempuran beberapa hari, kudeta itu berakhir dan oposisi dipenjara tanpa menghiraukan protes dan keributan yang meluas. Pemerintah Prancis tidak gentar akan kecaman internasional; dan paralayang tetap di Camp de Gaulle, di luar ibu kota Gabon. Ketika M'Ba meninggal pada tahun 1967, Bongo menggantikannya sebagai presiden, dan terus menjadi kepala negara hingga kematiannya pada tahun 2009, memenangi setiap pemilu dengan suara mayoritas.
Sungai terbesar di Gabon adalah Ogooué yang panjangnya mencapai 1200 km. Gabon memiliki 3 daerah karst yang di situ terdapat ribuan gua yang berada di cadas dolomit dan batu kapur. Beberapa gua itu termasuk Grotte du Lastoursville, Grotte du Lebamba, Grotte du Bongolo, dan Grotte du Kessipougou. Banyak gua yang belu dijelajahi. Sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh National Geographic mengunjungi gua-gua itu di musim panas2008 untuk mendokumentasikannya (Expedition WebsiteDiarsipkan 2009-04-20 di Wayback Machine.).
Gabon juga dikenal akan usaha melestarikan lingkungan alamnya. Pada tahun 2002, PresidenOmar Bongo Ondimba meletakkan Gabon di peta dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan ekowisata penting pada masa depan dengan menunjuk lebih dari 11% wilayah nasionalnya sebagai bagian sistem taman nasional (semuanya ada 13 taman), salah satu dari proporsi terbesar taman alam di dunia. Gabon memiliki sumber daya alam seperti minyak bumi, magnesium, besi, uranium, dan hutan.
Gabon bersistem presiden. Presiden pertama Gabon adalah Léon Mba. Presiden ke-2 adalah Omar Bongo Ondimba yang sudah berkuasa sejak tahun 1967 hingga kematiannya pada tahun 2009. Antara tahun 1968-1990, kekuasaannya didasarkan pada sistem partai tunggal, Partai Demokrasi Gabon (PDG). Setelah kekacauan politik yang melanda sebagian besar Afrika setelah dirobohkannya Tembok Berlin, Bongo mengubah haluan ke multipartai sejak tahun 1990.
Perjanjian internasional
Gabon menandatangani konvensi tahun 1951 berkaitan dengan status pengungsi, protokol tahun 1967, dan konvensi tahun 1969 yang mengatur segi spesifik mengenai permasalahan pengungsi di Afrika.[6]
Gabon merupakan negara yang kaya akan barang tambang. Gabon mengekspor mangan, minyak bumi, gas alam, besi, kayu dan juga bahan lainnya sejak lama. Eksploitasi tambang uranium di Mounana, yang berada 90 km dari Franceville, dihentikan sejak tahun 2001 karena datangnya pesaing baru di pasaran dunia. Berkembangnya eksploitasi uranium tetap berlangsung hingga kini. Sejak tahun 1980-an, kereta apiFranceville-Libreville mengekspor mineral tambang seperti mangan, uranium, dan besi yang berada di Moanda. Cadangan besi di Bélinga yang berada di timur laut Makokou masih belum dieksploitasi. Eksploitasinya diharapkan terealisasi pada tahun 2012.
Ekonomi Gabon didominasi oleh minyak. Pendapatan minyak menjadi 46% dari anggaran pemerintah, 43% dari produk domestik bruto (PDB), dan 81% dari ekspor. Produksi minyak saat ini menurun dengan cepat dari titik tertinggi 370.000 barel per hari pada tahun 1997. Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa minyak Gabon akan habis pada tahun 2025. Meskipun pendapatan minyak menurun, perencanaan baru telah dimulai untuk menghadapi kehabisan minyak.[7]Ladang Minyak Grondin ditemukan di kedalaman air 50 m (160 ft) 40 km (25 mi) lepas pantai pada tahun 1971 yang dihasilkan dari batupasir Batanga tua Maastricht yang membentuk perangkap struktural garam Antiklin dengan kedalaman sekitar 2 km (1,2 mi).[8]
Pendapatan minyak bumi, yang menjadi penting sejak tahun 1970-an, namun hanya sebagian yang digunakan untuk modernisasi negara dan mendiversifikasi ekonomi Gabon. Kenyataannya, hanya sedikit penduduk yang menikmati kekayaan Gabon, sehingga standar hidup kebanyakan penduduknya tetap moderat meskipun PDB relatif tinggi. Hidrokarbon menyumbang separuh PDB.
Gabon memiliki populasi sekitar 2,1 juta.[9][10] Faktor sejarah dan lingkungan menyebabkan populasi Gabon menurun antara tahun 1900 dan 1940.[11] Gabon menjadi salah satu negara dengan kepadatan penduduk terendah dibandingkan dengan negara mana pun di Afrika,[7] dan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi keempat di Sub-Sahara Afrika.[5]
Suku
Gabon terdiri atas sekitar 50 suku. Di antaranya yang terpenting adalah Fang, Myene, Teke dan Punu. Suku lain tak dihitung berjumlah sekitar ratusan. Secara budaya, beberapa suku telah bergabung secara bertahap sehingga kehilangan bahasa dan ciri khasnya.
Sulit mendapatkan data lengkap suku karena beberapa suku hanya bagian kelompok lain dan semuanya bergantung pada tingkat rincian yang hendak dicapai.
Agama utama yang dianut di Gabon adalah Kristen (Katolik Roma dan Protestan), Islam, dan kepercayaan asli tradisional.[13] Banyak penduduk yang mempraktikkan unsur Kristen dan kepercayaan asli tradisional.[13] Sekitar 73% penduduk, termasuk warga asing setidaknya mengamalkan beberapa unsur Kristen; 12% mengamalkan Islam (80-90% adalah orang asing); 10% hanya mempraktikkan kepercayaan asli tradisional; dan 5% penduduk tak beragama atau ateis.[13] Mantan presiden El Hadj Omar Bongo Ondimba adalah anggota minoritas Muslim.[13]
Sebagai negara yang utamanya bertradisi oral hingga naiknya tingkat melek huruf pada abad ke-21, Gabon kaya akan cerita rakyat dan mitologi. "Raconteurs" sedang bekerja untuk menjaga tradisi semacam mvett tetap hidup di antara suku Fang dan ingwala di antara suku Nzebi.
Topeng
Gabon juga menampilkan topeng yang banyak dikenal secara internasional, seperti n'goltang (Fang) dan tokoh keramat Kota. Setiap kelompok memiliki setelan topeng sendiri yang digunakan untuk berbagai alasan. Topeng tersebut biasa digunakan dalam upacara tradisional seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisionalis terutama bekerja dengan kayu lokal yang jarang dan bahan berharga lainnya.
Film
Seperti negara Afrika lainnya, perfilman Gabon mengalami kekurangan sumber dana, jumlah ruang proyeksi yang amat sedikit (yang lebih suka mendistribusikan produk komersial besar) dan kurangnya penonton. Namun, di pusat budaya Prancis di Libreville (yang memiliki 1 ruang proyeksi), orang banyak memiliki kesempatan untuk menonton film Gabon.
Akan tetapi, beberapa film, terutama film pendek, telah diproduksi sejak tahun 1970-an. Di samping itu, sejumlah sineas Gabon menyelenggarakan Festival Film dan Televisi Panafrika Ouagadougou (FESPACO). Philippe Mory menyutradarai film panjang Gabon yang pertama pada tahun 1971, Les Tam-tams se sont tus. Diangap sebagai pendahulu dan bapak perfilman Gabon, ia memainkan peran utama dalam film On n'enterre pas le dimanche yang disutradarai Michel Drach (1958) yang menjadikannya bintang internasional. qui fait de lui une vedette internationale. Ialah aktor kulit hitam pertama Afrika yang menjadi pemeran uama di film Prancis. Pierre-Marie Dong bermain di film pendek pada tahun 1972 dan 1973, Imunga Ivanga untuk filmnya Dolè pada tahun 2001, dan pada tahun yang sama, Henri Joseph Koumba Bibidi bermain di film Les Couilles de l'élephant. Imunga Ivanga juga menerima tanit dalam Festival Film Karthago untuk Dolè. CENACI (Pusat Film Gabon Nasional), dipimpin oleh Charles Mensah, berupaya mendukung produksi film Gabon.
^Vidal, J., "Geology of Grondin Field, 1980", in Giant Oil and Gas Fields of the Decade: 1968–1978, AAPG Memoir 30, Halbouty, M.T., editor, Tulsa: American Association of Petroleum Geologists, ISBN0891813063, pp. 577–590
^"Gabon". U.S. Department of State. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2021. Diakses tanggal 24 May 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)