Kereta api Batu Bara Rangkaian Panjang (KA Babaranjang) |
---|
KA Babaranjang dihela CC205 |
|
Jenis | Kereta api Barang |
---|
Sistem | Cost Insurance Freight (CIF) |
---|
Status | Beroperasi |
---|
Lokasi | Divisi Regional III Palembang Divisi Regional IV Tanjungkarang |
---|
Terminus | Tarahan Tanjungenim Baru |
---|
Stasiun | 57 |
---|
Layanan | 1 |
---|
|
Dibuka | 1 Oktober 1986; 38 tahun lalu (1986-10-01)[1] |
---|
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (Persero) PT Bukit Asam Tbk |
---|
Operator | KAI Logistik |
---|
Depo | Lokomotif: Tanjungkarang (TNK) Tarahan (THN) Gerbong: Muaragula (MRL) Rejosari (RJS). |
---|
Rangkaian | CC202, CC205 |
---|
|
Panjang lintas | 406 km (252 mi) |
---|
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
---|
Kecepatan operasi | 45 km/h (13 m/s) (Tarahan - Tanjungkarang) 55 km/h (15 m/s) (Prabumulih Baru X6 - Tanjung Enim) 60 km/h (17 m/s) (Tulung Buyut - Prabumulih Baru X6) 70 km/h (19 m/s) (Tanjungkarang - Tulung Buyut) |
---|
Jumlah rute | 3000 - 3049 (TMB - PBR X6 - THN), KA isian 3050F - 3099 (THN - PBR X6 - TMB), KA kosongan |
---|
Kereta api batu bara rangkaian panjang (Babaranjang) atau Baratarahan adalah kereta api jenis barang yang mengangkut batu bara milik PT Bukit Asam Tbk, sebagai wujud kerja sama antara Bukit Asam dengan PT Kereta Api Indonesia.
Sejarah
Sejarah kereta api Babaranjang yang sebenarnya dimulai pada masa Hindia-Belanda tahun 1920-an berupa rangkaian kereta api pengangkut gula pasir sepanjang 670 meter (98 gerbong) yang ditarik lokomotif uap NIS 81 (4-6-0) dan dioperasikan oleh NIS di daerah Vorstenlanden (Yogyakarta-Solo).[2]
Kereta api ini diluncurkan sebagai realisasi proyek Kelompok Proyek Pengembangan Pengangkutan Batu Bara Kereta Api (KP3BAKA), dan pada akhirnya, kereta api disepakati sebagai angkutan utama batu bara relasi Tanjung Enim Baru-Tarahan yang sekarang dikenal dengan sebutan Babaranjang.[3]
Angkutan kereta api dari Tanjung Enim dan Baturaja menuju Pelabuhan Tarahan menggunakan sistem cost insurance freight (CIF). Artinya, batu bara yang diangkut merupakan tanggung jawab PT Kereta Api Indonesia.
Karena kondisi jalan lintas Sumatra dan angkutan sungai di Sumatera Selatan tidak layak yang terutama pada Sungai Musi, transportasi dapat terhambat karena sedimentasi sungai tersebut, sehingga kereta api menjadi pilihan utama untuk mengangkut batu bara produksi dari PT Bukit Asam.[4]
Fungsi
Adapun KA Babaranjang ini berguna untuk memasok batu bara untuk PLTU Suralaya di Banten yang merupakan salah satu pemasok listrik utama di Pulau Jawa. Sebab, batu bara sebagai bahan bakar PLTU tersebut, selama ini memang sepenuhnya dipasok Bukit Asam. Dari Tanjung Enim, batu bara diangkut Babaranjang ke Tarahan, seterusnya dibawa dengan kapal ke Suralaya.
Diperkirakan, KA Babaranjang ini menjadi tambang uang PT Kereta Api Indonesia (KAI), karena kabarnya, laba yang diraup oleh PT.KAI dari angkutan batu bara di Sumatra ini setiap tahunnya dapat menutup biaya operasional KA-KA penumpang di Pulau Jawa.[4]
Frekuensi rata-rata Kereta Babaranjang adalah 50 kali dengan relasi Tanjungenim Baru-Tarahan pergi-pulang (pp) per hari berdasarkan Gapeka 2023. Namun dengan alasan adanya perbedaan alur penomoran KA dari arah Tanjung Karang dan Kertapati yang menyebabkan terjadinya persilangan KA sesama nomor ganjil/genap dengan arah berbeda, sehingga sangat berpotensi menyebabkan kebingungan PPKA stasiun pada jalur Simpang X5 - Stasiun Tanjungenim Baru yang melayani perjalanan KA dari arah Tanjung Karang dan Kertapati. Sehingga sejak Gapeka 2015 ditetapkan penomoran parsial perjalanan KA babaranjang dengan perubahan ganjil ke genap atau sebaliknya terjadi di pos simpang X6 sebagai berikut, dan mulai Gapeka 2021, alur penomoran KA ini berubah:[5]
- Nomor ganjil untuk arah KA dari Prabumulih Baru X6 menuju Tarahan.
- Nomor genap untuk arah KA dari Tanjung Enim Baru menuju Prabumulih Baru X6.
- Nomor ganjil untuk arah KA dari Prabumulih Baru X6 menuju Tanjung Enim Baru.
- Nomor genap untuk arah KA yang dari Tarahan menuju Prabumulih Baru X6.
Setiap satu rangkaian Kereta Babaranjang ini biasanya memerlukan dua atau tiga lokomotif untuk menggerakkan rangkaian sebab panjang dan beratnya. Sejak akhir 2021, seiring dengan beroperasinya seluruh Lokomotif CC205 angkatan 2021, KA ini lebih sering ditarik lokomotif CC205 dan hanya sedikit perjalanan saja yang ditarik Lokomotif CC202. Berdasarkan jumlah gerbong yang ditarik dalam satu rangkaian, babaranjang dapat dibedakan menjadi dua jenis [6] yaitu:
Jenis KA |
Lokomotif penarik |
Estimasi jumlah gerbong per rangkaian
|
BBR Suralaya (Historis) |
Tiga buah lokomotif BB203 |
Tidak diketahui.
|
BBR reguler (Historis) Tidak beroperasi lagi |
Dua buah lokomotif CC202 Dua buah lokomotif CC204 Satu buah lokomotif CC205 |
±40 hingga ±50 gerbong terbuka (GB)
|
BBR super |
Dua buah lokomotif CC205 Tiga buah lokomotif CC202 |
60-61 gerbong terbuka (GB)
|
Akan tetapi sejak pertengahan tahun 2016, semua perjalanan BBR reguler dengan rangkaian 48 gerbong (SF48) resmi dihapuskan, dan saat ini KA Babaranjang beroperasi dengan rangkaian super 60-61 gerbong (SF60/SF61).
Galeri
-
KA Babaranjang, 2014
-
KA Babaranjang melintas langsung.
-
Kereta api Babaranjang dengan traksi tiga lokomotif
CC204
-
CC 205 21 17 dan CC 205 21 19 dengan KA Babaranjang di Stasiun Labuan Ratu
-
CC 205 13 15 dan CC 205 13 26 menggandeng CC 205 13 03 menarik KA Babaranjang
Referensi