Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan.[1] Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik.[1] Dalam bahasa Yunani, kabar baik ini disebut Yunanieungalion.[2] Alkitab sebagai sumber pemberitaan Firman Tuhan melalui proses.[2] Sehingga khotbah yang disampaikan bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah.[2] Pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi inti khotbah.[2]
Pesan yang diberitakan itu di dalam bahasa Yunani disebut Kerygma.[1] Kerygma merupakan pesan dari teks Alkitab yang telah ditafsirkan sebelumnya.[3] Cara mengkomunikasikan khotbah juga berbeda dengan cara komunikasi yang lain.[1] Khotbah di Bukit merupakan salah satu contoh khotbah yang dilakukan oleh Yesus.[1] Khotbah di Bukit juga menjadi salah satu rujukan di dalam etika Perjanjian Baru.[2]Yesus di dalam pemberitaan-Nya tersebut berisi tentang Kerajaan Allah yang akan datang.[2] Khotbah itu pun berisi panggilan atau seruan Yesus kepada setiap orang untuk bertobat.[2] Selain Yesus, tokoh yang terkenal dengan khotbahnya di dalam Perjanjian Baru adalah Paulus.[1] Pemberitaan berita kesukaan dari Paulus terpusat pada kematian dan kebangkitanKristus menurut Kitab Suci.[2] di dalam berkhotbah ada cara-cara tertentu di dalam ilmu berkhotbah.[3]Ilmu Khotbah juga dikenal dengan istilahhomiletika.[3] Homiletika merupakan alat yang harus dikuasai oleh seorang pengkhotbah.[3] Di dalam penyusunan khotbah juga diperlukan proses hermeneutik.[3] Proses Hermeneutik ini membantu pengkhotbah dalam menafsir teks sehingga kontekstual.[4]
Khotbah di dalam tradisi Kekristenan
Khotbah dalam kekristenan pertama kali muncul dari praktik Yahudi.[5] Kemudian, praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen.[5] Khotbah di dalam gereja zaman Perjanjian Baru bersifat Injili, yaitu pidato dari perkembangan komunitas dan sebuah perluasan perkembangan misionaris.[5] Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus.[5] Pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru, pemimpin spiritual, dan apologetis.[5] Gereja-gereja awal juga tidak membedakan khotbah dengan pengajaran.[5] Dengan kata lain pengajaran adalah khotbah.[5]
Fungsi khotbah
Khotbah memiliki fungsi yang bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis.[5] Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas.[5] Pengkhotbah, yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalam komunitasnya.[5] Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran.[5] Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat.[5] Khotbah pun membantu umat Krtisten dalam memahami kehendak Allah. Injil yang menjadi inti dari pengajaran ini.[5]
Sistematika khotbah
Secara umum, sistematika khotbah dapat dibagi sebagai berikut:[6]
Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang teks. Pendahuluan sebuah khotbah memiliki fungsi untuk membawa pendengar menuju pesan atau inti khotbah yang hendak disampaikan. Pendahuluan yang disampaikan ini disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mengungkapkan sedikit permasalahan.
Isi
Isi khotbah adalah bagian yang sentral dari struktur khotbah. Pada bagian ini, yang disampaikan adalah Firman Tuhan atau kerygma dari sebuah teksAlkitab. Bagian ini membutuhkan waktu yang panjang dalam mempersiapkannya. Isi sebuah khotbah harus melewati proses penafsiran.
Penutup
Bagian terakhir adalah penutup khotbah. Kesimpulan dari isi atau pesan dari khotbah disampaikan pada bagian ini. Hal ini mempermudah pendengar dalam menarik pesan dari nas khotbah. Pada bagian ini, aplikasi yang menjadi penekanan. Pendengar pun dapat dengan mudah memahami pesan yang hendak disampaikan. Aplikasi yang relevan dengan kehidupan pendengar akan lebih membuat pendengar memahami khotbah yang disampaikan. Bagian ini juga dapat diisi dengan sebuah ilustrai.