Merti bumi tunggul arum adalah upacara adat tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Tunggul Arum, Turi, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.[1] Upacara ini dilakukan setiap bulan Sapar (dalam bahasa Jawa) dan sebelum musim panen.[1] Upacara merti bumi tunggul arum sebagai rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.[2] Rasa syukur itu keberhasilan panen dan masyarakat dapat hidup tenteram, aman, dan damai.[2] Upacara merti bumi tunggul arum juga memiliki tujuan pelestarian kebudayaan dan kesenian masyarakat pedesaan.[1] Merti bumi tunggul arum merupakan serangkaian kegiatan budaya, yakni prosesi pengambilan air suci 4 penjuru, parade seni dan budaya, pengajian dan mujahadah, pameran potensi masyarakat dan bazar, serta puncaknya berupa kirab pusaka Kyai Tunggulwulung, Kirab Tumpeng Wulu Wetu, Kirab Tumpeng Lanang Wadon, Tari Persembahan, Gunungan Salak, pelepasan burung, gejog lesung, dan Bregada Prajurit “Pager Bumi".[1] Saat merti bumi tunggul arum dilaksanakan, para penonton disuguhi aneka makanan tradisional termasuk dawet dan buah salak pondoh.[1]
Upacara merti bumi tunggul arum mengandung nilai kesatuan dan persatuan, nilai kebersamaan dan gotong-royong, nilai luhur estetika dan etika, nilai luhur kepribadian dan kepercayaan diri.[3]
Pelaksanaan
Tunggul Arum dijadikan sebagai tempat pelaksanaan upacara karena menurut masyarakat setempat, Tunggul Arum banyak menyimpan tempat bersejarah.[2] Sebelum melakukan upacara merti bumi tunggul arum, para tokoh masyarakat Tunggul Arum bermusyawarah.[2] Musyawarah tersebut membahas tentang kepanitiaan, peralatan yang digunakan dan waktu pelaksanaan.[2] Selain itu, sebelum upacara merti bumi dimulai, masyarakat membersihkan lingkungan tempat pelaksanaan upacara.[2] Masyakarakat mempersiapkan perlengkapan upacara berupa tumpeng (diletakan pada ancak bambu) dan salak (disusun pada kerangka kayu yang akan diarak dari tempat awal kirab hingga ke tempat upacara).[2] Pihak-pihak yang mengikuti upacara ini adalah penduduk setempat (Wonokerto) termasuk aparat pemerintah dan para simpatisan dari luar daerah.[2]
Referensi
|
---|
|
Arsitektur bersejarah | | |
---|
Candi | |
---|
Monumen dan museum | |
---|
Transportasi | |
---|
Objek wisata alam | |
---|
Tempat ibadah | |
---|
Wisata belanja, hiburan, hotel, dan kuliner | |
---|
Pendidikan | |
---|
Olahraga | |
---|
Militer dan kepolisian | |
---|
Kebudayaan | |
---|
Makanan dan minuman tradisional khas Yogyakarta | |
---|
Festival dan pesta rakyat | |
---|
Media | |
---|
Topik lainnya | |
---|
|