Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Pembalut wanita

Pembalut wanita

Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya tidak meleleh ke mana-mana. Selain saat menstruasi, perangkat ini juga digunakan setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah aborsi, maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut ini untuk menyerap setiap cairan yang berupa pendarahan pada vagina.

Pembalut wanita tidak sama dengan popok yang digunakan baik pria atau wanita yang mengidap masalah buang air kecil. Namun pembalut wanita dapat juga digunakan oleh mereka, karena daya serap yang hampir sama dengan popok yang demikian.

Sejarah

Pembalut wanita sudah muncul dalam catatan tertulis sejak abad ke-10. Sepanjang sejarah, wanita menggunakan berbagai macam perlindungan menstruasi.[1][2] Beberapa contoh di Museum Menstruasi antara lain adalah sejenis bantalan yang dijahit dan celemek menstruasi.[3] Orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sementara di Uganda yang dipakai adalah papirus. Cara yang cukup umum adalah dengan menggunakan potongan kain tua.

Pembalut wanita sekali pakai yang pertama kali didistribusikan di dunia adalah produk dari Curads and Hartmann’s. Ide untuk produk ini berawal dari para perawat yang memakai perban dari bubur kayu untuk menyerap darah menstruasi. Bantalan jenis ini dianggap cukup murah untuk dibuang setelah dipakai dan bahan bakunya gampang didapat. Beberapa pembuat pembalut wanita sekali pakai pertama adalah juga produsen perban (pembalut wanita modern dapat digunakan untuk pertolongan pertama pada luka jika tidak ada perban karena pembalut wanita kemampuan menyerapnya tinggi dan steril). Butuh beberapa lama untuk produk baru itu dipergunakan secara luas oleh wanita. Hal ini terutama disebabkan masalah harga.

Pembalut wanita sekali pakai awalnya terbuat dari wol, katun, atau sejenisnya, berbentuk persegi dan diberi lapisan penyerap. Lapisan penyerapnya diperpanjang di depan dan belakang agar bisa dikaitkan pada sabuk khusus yang dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model begini merepotkan karena sering selip ke depan atau belakang. Kemudian, desainer pembalut punya ide memberi perekat pada bagian bawah pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam. Pada pertengahan 1980-an pembalut bersabuk lenyap dari pasaran digantikan pembalut berperekat.

Sejalan dengan perkembangan ergonomika, desain pembalut juga ikut berkembang sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Dulu, pembalut tebalnya bisa sampai dua sentimeter dan karena bahan penyerapnya kurang efektif, sering bocor. Untuk mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya menambahkan sayap, mengurangi ketebalan dengan memakai bahan tertentu dan sebagainya. Desain pembalut yang tadinya cuma persegi dibuat menjadi lebih berlekuk-liku, jenis pembalut pun jadi beragam. Jenis-jenis pembalut sekali pakai mencakup panty liner, ultra thin, regular, maxi, night, dan maternity. Beberapa pembalut bahkan diberi deodoran untuk menyamarkan bau darah dan ada beberapa jenis panty liner yang dirancang agar dapat dipakai bersama G-string.

Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari kain (tentu saja dengan desain yang lebih baik, bukan sekadar potongan-potongan kain yang disumpalkan) kembali muncul sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita memilih memakai kain dengan alasan kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah karena memungkinkan untuk dicuci.

Jenis

Berdasarkan ketebalan

Bantalan biasa menawarkan daya serap sedang, yang sempurna untuk saat aliran menstruasi tidak terlalu deras (umumnya mulai sekitar hari ketiga dan seterusnya).

Bantalan super menawarkan daya serap tinggi, yang sempurna untuk hari-hari yang berat (biasanya beberapa hari pertama haid).

Bantalan malam umumnya lebih tebal dan lebih panjang dari bantalan biasa. Panjang ekstra menawarkan daya serap yang lebih besar selama berjam-jam saat tidur dan membantu tetap tertutup, apa pun posisi tidurnya.

Pembalut wanita dengan berbagai jenis ukuran berbeda

Bantalan bersalin Setelah melahirkan, perempuan akan mengalami masa nifas, yakni pendarahan pascapersalinan atau postpartum. Darah nifas yang keluar dari vagina pada masa itu disebut lochia. Darah nifas sendiri adalah campuran lendir, darah, dan jaringan dari tempat plasenta yang menempel pada dinding rahim. Sama seperti menstruasi, pendarahan pascapersalinan terjadi karena proses alami tubuh dalam meluruhkan lapisan rahim. Pendarahan pascapersalinan dapat berlangsung selama 2-6 pekan. Tidak berbeda dengan pendarahan menstruasi, pendarahan pascapersalinan juga disertai dengan perubahan warna, konsistensi, dan jumlah aliran pendarahan seiring berjalannya waktu. Pada masa tersebut, perempuan memerlukan pembalut bersalin yang disebut sebagai postpartum pad. Penggunaan tampon tidak direkomendasikan pada masa nifas. Pembalut bersalin dirancang untuk kenyamanan dan kemudahan usai bersalin. Pembalut jenis ini umumnya lebih lembut, besar, dan tebal dari pembalut lainnya.[4]

Liner berguna untuk perlindungan 'berjaga-jaga' jika mengharapkan menstruasi dan saat berada di akhir periode serta juga dapat menggunakannya jika hanya ingin menjaga kesegaran celana dalam. Perlu diperhatikan bahwa ada berbagai tingkat ketebalan di antara liner. Beberapa produk tipis wafer, memberikan daya serap yang sangat sedikit (hingga tidak ada sama sekali).

Berdasarkan kebutuhan

Sekali Pakai

Meski produsen umumnya enggan membeberkan komposisi pasti dari produknya, bahan utama pembalut sekali pakai biasanya adalah rayon ( selulosa yang terbuat dari bubur kayu ) yang diputihkan , kapas , dan plastik . Selain itu, pewangi dan agen antibakteri dapat dimasukkan. Bagian plastiknya adalah backsheet dan bubuk polimer sebagai tambahan penyerap kuat ( superabsorbent polymers ) yang berubah menjadi gel saat dibasahi.[5]

Dapat digunakan kembali

Pembalut wanita berbahan kain yang bisa dicuci dan dipakai ulang

Beberapa wanita menggunakan pembalut kain yang dapat dicuci atau digunakan kembali . Ini terbuat dari beberapa jenis kain — paling sering katun flanel, bambu, atau rami (yang sangat menyerap dan tidak sebesar kapas). Sebagian besar model memiliki sayap yang dipasang di sekitar celana dalam, tetapi beberapa hanya dipasang di tempatnya (tanpa sayap) di antara badan dan celana dalam. Beberapa (terutama gaya lama) tersedia dalam gaya berikat. Pembalut menstruasi berbahan kain muncul kembali sekitar tahun 1970-an, dengan popularitasnya meningkat pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Alasan wanita memilih untuk beralih ke pembalut kain meliputi kenyamanan, penghematan seiring waktu, dampak lingkungan dan alasan kesehatan.

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya