Pemeriksaan senjata api forensik adalah proses forensik untuk memeriksa ciri-ciri senjata api atau peluru yang tertinggal di tempat kejadian perkara. Para ahli di bidang ini mencoba menghubungkan peluru dengan senjata dan senjata dengan individu. Mereka dapat memunculkan dan mencatat nomor seri yang dilenyapkan dalam upaya menemukan pemilik terdaftar suatu senjata dan mencari sidik jari pada senjata dan selongsong peluru.
Dengan memeriksa guratan-guratan unik yang terdapat pada peluru dari laras senjata, amunisi yang dikeluarkan dapat dihubungkan kembali ke senjata tertentu.[1] Guratan-guratan ini disebabkan oleh adanya ulir di dalam laras senjata api. Ulir memutarkan peluru saat ditembakkan keluar dari laras untuk meningkatkan presisi.[2] Meskipun guratan peluru merupakan bukti unik yang bersifat individual, guratan mikroskopis pada laras senjata dapat sedikit berubah setelah setiap peluru ditembakkan.[1] Oleh karena itu, pemeriksa balistik forensik tidak boleh melepaskan lebih dari lima tembakan dari senjata yang ditemukan di suatu tempat kejadian.[3] Contoh yang diketahui yang diambil dari senjata yang disita dapat dibandingkan dengan sampel yang diambil dari suatu tempat kejadian menggunakan mikroskop perbandingan serta teknologi pencitraan 3-D yang lebih baru. Gambar guratan juga dapat diunggah ke basis data nasional. Selain itu, penandaan tersebut dapat dibandingkan dengan gambar lain dalam upaya menghubungkan satu senjata dengan beberapa tempat kejadian perkara.
Seperti semua spesialisasi forensik, pemeriksa senjata api forensik harus dipanggil untuk bersaksi di pengadilan sebagai saksi ahli. Namun, keandalan beberapa teknik pemeriksaan senjata api forensik mendapatkan kritikan.[4][5]
Referensi