Penambangan fosfat di Nauru pernah menjadi tulang punggung ekonomi negara Nauru dan membuat negara tersebut menjadi negara yang kaya. Namun, Nauru terlalu bergantung pada sektor ini, sehingga terjadi bencana ekonomi begitu kandungan fosfat di pulau ini sudah habis pada tahun 2000. Selain itu, 80% permukaan Nauru telah dijadikan tambang terbuka, sehingga terjadi juga bencana lingkungan di negara pulau tersebut.
Sejarah
Pada tahun 1896, seorang petugas kargo di Perusahaan Kepulauan Pasifik yang bernama Henry Denson menemukan batu yang tampak aneh di Nauru saat ia sedang singgah di pulau tersebut. Ia menduga bahwa benda tersebut adalah kayu yang telah mengeras. Denson konon hendak membuat kelereng anak-anak dari benda ini, tetapi kemudian ia memutuskan untuk menjadikannya penahan pintu di kantor perusahaannya di Sydney.[1]
Pada tahun 1899, Albert Ellis yang tergabung dalam divisi fosfat di perusahaan yang sama ditugaskan ke kantor Sydney untuk menganalisis sampel bebatuan dari Kepulauan Pasifik. Ellis menemukan batu itu dan menduga bahwa batu tersebut adalah fosfat, tetapi Denson menjawab bahwa itu hanyalah kayu. Tiga bulan kemudian, Ellis memutuskan untuk menguji batu tersebut, dan ternyata terbukti batu tersebut adalah bijih fosfat dengan kualitas tinggi.[1][2]
Penemuan ini membuat John T. Arundel kegirangan dan Perusahaan Kepulauan Pasifik memutuskan untuk meminta hak untuk mengeksploitasi sumber daya fosfat di Nauru. Perundingan untuk memperoleh hak tersebut melibatkan empat pihak: pemerintah Britania dan Jerman, Perusahaan Fosfat Pasifik yang baru didirikan, dan Jaluit-Gesellschaft (perusahaan penambangan Jerman yang sudah mengeksploitasi fosfat di Nauru sejak akhir abad ke-19).[2] Pada tahun 1906, mereka sepakat bahwa hak-hak Jaluit-Gesellschaft akan diberikan kepada Perusahaan Fosfat Pasifik dengan pembayaran sebesar 2.000 pound sterling, saham senilai 12.500 pound sterling di Perusahaan Pasifik Fosfat, dan pembayaran royalti untuk setiap ton fosfat yang diekspor.[1]
Setelah Nauru merdeka pada tahun 1968, pemerintah Nauru memutuskan untuk membeli hak atas bisnis fosfat dari Australia dengan harga A$21 juta. Pembelian ini mendorong ekonomi Nauru karena keuntungan dari operasi penambangan diperkirakan mencapai A$100–120 juta setiap tahunnya.