Syawar bin Mujir al-Sa'di (bahasa Arab: شاور بن مجير السعدي, translit. Syāwar bin Mudjīr as-Saʿdī; meninggal 18 Januari 1169) adalah penguasa de facto Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Ia menjabat sebagai wazir pada masa kekuasaan Khalif al-Adid dari Desember 1162 hingga ia dibunuh pada tahun 1169[1] oleh jenderal Syirkuh, paman Salahuddin Ayyubi. Ia memperebutkan kekuasaan di Fatimiyyah dengannya dan juga dengan Raja Amaury I dari Yerusalem.[2] Syawar dikenal karena sering bergonta-ganti sekutu[3] dan bahkan pernah memerintahkan pembakaran ibu kotanya sendiri di Fustat agar tidak dapat direbut musuh.[4]
Biografi
Pada pertengahan abad ke-12, Kekhalifahan Fatimiyah mengalami kekacauan dan terancam bubar. Kepala negara resminya adalah seorang khalif, tetapi kekuasaan yang sesungguhnya berada di tangan wazir, dan berbagai gubernur di Mesir saling berebut kekuasaan untuk memperoleh jabatan tersebut, dan sering kali mereka menggunakan kekerasan. Pada tahun 1150-an, Syawar merupakan gubernur Mesir Hulu selama lima tahun, tetapi ia lalu membuat persetujuan dengan Sultan Damaskus Nuruddin Zengi dan bergabung dengan Seljuk di Suriah. Syawar awalnya menolak bantuan Sultan,[5] mengambilalih Kairo dan kemudian membunuh pendahulunya beserta seluruh anggota keluarganya.[6] Sembilan bulan kemudian, Syawar dijatuhkan oleh salah satu letnannya sendiri yang bernama Dirgham. Ia lagi-lagi meminta bantuan dari Sultan Nuruddin, dan ia mengirim salah satu jenderalnya, Syirkuh. Dirgham dibunuh dan Syawar kembali berkuasa, tetapi ia lalu berselisih dengan Syirkuh dan kemudian bersekutu dengan Raja Tentara Salib Amaury I dari Yerusalem yang menyerang Syirkuh di Bilbeis[7] pada Agustus-Oktober 1164. Pengepungan ini berakhir tanpa hasil yang jelas dan Syirkuh dan Amalrik lalu bersedia untuk mundur dari Mesir.
Pada tahun 1166, Syirkuh mencoba menyerang lagi, tetpai Syawar meminta bala bantuan dari Amalrik yang tiba pada Januari 1167. Di al Babayn (di sebelah selatan Kairo) pasukan Syirkuh berhasil memperoleh kemenangan besar atas Amalrik pada bulan Maret. Pada akhirnya Syirkuh dan Amalrik kembali mundur pada Agustus 1167, sehingga Syawar tetap berkuasa, walaupun Amalrik meninggalkan garnisunnya di Kairo dan Mesir harus meningkatkan pembayaran upeti kepada pemerintahan Amalrik di Yerusalem.
Pada musim dingin tahun 1168, Amalrik menyerang Mesir, dan Syawar kali ini bersekutu dengan Syirkuh yang sebelumnya ia khianati pada tahun 1164. Syirkuh dan Syawar mencoba mengusir garnisun Tentara Salib dari Mesir, tetapi Amalrik terus menyerang hingga pasukannya berkemah di sebelah selatan Fustat (sisa-sisa kota yang kini dikenal dengan nama Kairo Kuno). Setelah melihat bahwa Amalrik akan segera menyerang, Syawar memerintahkan agar ibu kotanya dibakar supaya tidak jatuh ke tangan Amalrik.[4] Syirkuh lalu berhasil memaksa Amalrik untuk mundur dan lalu menaklukkan Mesir. Pada Januari 1169, Kairo jatuh ke tangan Syirkuh dan Syawar dihukum mati. Syirkuh menjadi wazir yang baru, tetapi masa kekuasaannya hanya berlangsung selama dua bulan. Ia kelebihan berat badan dan meninggal akibat "gangguan pencernaan", dan kemudian digantikan oleh keponakannya, Salahuddin Ayyubi.[8]
Referensi
Pranala luar
|
---|
Imam-khalifah | |
---|
Sejarah | Awal dan kemajuan (909–973) | |
---|
Puncak dan krisis (973–1073) | |
---|
Pemulihan dan kejatuhan (1073–1171) | |
---|
|
---|
Pemerintahan dan militer | |
---|
Isma'ilisme | Doktrin | |
---|
Cabang dan pecahan | |
---|
Pendakwah dan teolog | |
---|
Gerakan anti-Fathimiyah | |
---|
|
---|
Budaya | |
---|