Kitab Bhagawatapurana, Dewibhagawatapurana,[1] dan Garudapurana[2] memuat Yadnya dalam daftar awataraWisnu atau Adinarayana. Yadnya diklasifikasikan sebagai salah satu dari 14 awatara utama Manwantara (awatara dalam Manwantara bersangkutan dan yang mendukung Indra bersangkutan dan para dewa lainnya untuk mempertahankan prinsip-prinsip agama) yang disebut Waibhawa-awatara. Yadnya juga dikategorikan sebagai Kalpa-awatara (suatu awatara yang turun dalam suatu aeon yang disebut Kalpa) dari Wisnu.[3]
Wisnupurana mengatakan bahwa Yadnya memiliki saudara kembar bernama Daksina ("sumbangan"). Kemudian, Yadnya dan Daksina menikah dan memiliki dua belas anak. Kedua belas dewa tersebut disebut para Yama.[1]Bhagawatapurana mengidentikkan Yadnya dengan Wisnu dan Daksina dengan Dewi Laksmi, dewi keberuntungan dan permaisuri Wisnu.
Mitologi
Dalam berbagai Purana disebutkan bahwa Yadnya adalah putra Prajapati Ruci dan Akuti, putri Swayambu Manu—Manu yang pertama (leluhur umat manusia).[1] Selama periode kepemimpinan Swayambu Manu (Swayambuwa Manwantara), tidak ada Indra (pemimpin para dewa) yang cakap. Jadi, Wisnu menjelma sebagai Yadnya dan menjabat sebagai Indra.[1][4]
Setelah lahir, Yadnya tinggal di rumah Swayambu Manu. Anak-anak untuk Yajna dan Dakshina diberi nama sebagai Tosa, Pratosa, Santosa, Badra, Santi, Idaspati, Idma, Kawi, Wibu, Swahna, Sudewa dan Rocana. Mereka disebut sebagai para Tusita. Kemudian Yadnya diangkat menjadi Indra.[1][5]Garudapurana mengatakan bahwa dia melakukan banyak upacara pengorbanan.[2]
Cerita lain dari Wisnupurana mengatakan bahwa pada saat penghancuran upacara yang dilakukan Daksa, Yadnya, penguasa upacara pengorbanan, melarikan diri sebagai rusa. Kepala Yadnya dipenggal oleh Wirabadra, inkarnasi Siwa yang mengerikan. Kemudian catatan dari Hariwangsa dan Linggapurana menghubungkan cerita tersebut dengan asal mula rasi bintang (Naksatra) Mergasirsa (arti: "berkepala rusa"). Dewa Brahma mengangkat kepala Yadnya menuju ke lapisan planet-planet sebagai Mregasirsa.[6][7]
Mani, Vettam (1975). Puranic Encyclopaedia: A Comprehensive Dictionary With Special Reference to the Epic and Puranic Literature. Delhi: Motilal Banarsidass. ISBN 0-8426-0822-2.
Svāmī Harshānanda. Deva-Devī Hindu. Diterjemahkan oleh I Wayan Maswinara. Surabaya: Penerbit Pāramita. ISBN 979-9257-10-7.
*Anggapan bahwa Buddha dan Baladewa sebagai awatara Wisnu kesembilan tergantung tradisi. Buddha lebih diutamakan di India Utara, sementara Baladewa lebih diutamakan di India Selatan.