M. Shadiq Pasadigoe dilahirkan di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada 8 Januari 1960. Ia merupakan putra dari pasangan Mohamad Saleh Kari Sutan (alias Pakiah Saliah) dan Asiah binti Syekh H.M. Said. Ayahnya merupakan seorang pejuang perlawanan kolonial Belanda asal Nagari Rao-rao yang dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Digoel, Pulau Papua pada 1932.[4] Nama Pasadigoe di belakang nama Shadiq merupakan akronim dari nama ayahnya, Pakiah Saliah Digoel.[5] Saat Shadiq lahir, ayahnya berusia 62 tahun. Pakiah Saliah meninggal dunia setelah 3 bulan Shadiq menamatkan kuliah pada 1986.[6]
Shadiq mengenyam pendidikan di SD Negeri 4 Batusangkar (1972), SMP Negeri 1 Batusangkar (1976), dan SMA Negeri Batusangkar (1980). Ia meraih gelar Insinyur dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas (1986), Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Ekasakti (2000), dan Magister Manajemen dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (2003–2011).[7][8]
Karier birokrat
Shadiq memulai karier birokrat dari bawah sebagai staf Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar pada 1988. Pada 1989, ia dimutasi menjadi Staf Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Provinsi Sumatera Barat. Pada 1990, ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan DLLAJ Provinsi Sumatera Barat. Pada 1991, ia dirotasi menjadi Kepala Seksi Perawatan Pembuatan Karoseri DLLAJ Provinsi Sumatera Barat dan menjabat hingga 1996. Pada 1997, ia menjabat Kepala Sub Dinas Teknik Sarana DLLAJ Provinsi Sumatera Barat hingga 2001. Seiring pergantian nomenklatur, pada 2001 jabatannya berganti nama menjadi Kepala Sub Dinas Keselamatan dan Teknik Sarana Angkutan Darat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat hingga 2005. Pada 2005 itu pula, ia dipromosikan menjadi Wakil Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat.[7]
Karier bupati
Dalam pemilihan Bupati Tanah Datar 2000 yang digelar oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanah Datar pada 6 September 2000, Masriadi Martunus yang menggandeng Masnefi menjadi salah satu calon bupati-wakil bupati dalam pemilihan tersebut. Mereka bersaing menghadapi calon lainnya, yakni Asraruddin–Wahyu Iramana Putra, M. Shadiq Pasadigoe–Sutan Yusri Tanjung, Baridjambek–Syafruddin, dan Arkadius–Supadria. Meskipun Asraruddin–Wahyu Iramana Putra menjadi calon yang diunggulkan oleh masyarakat, tetapi Masriadi–Masnefi berhasil memenangkan pemilihan bupati tersebut dengan 20 suara. Asraruddin–Wahyu Iramana Putra kalah dengan 14 suara, sedangkan calon lainnya tidak memperoleh suara.[9]
Ketika Tanah Datar menggelar pemilihan kepala daerah secara langsung pertama pada 25 September 2005, Shadiq mencoba bertarung dengan menggandeng Aulizul Syuib sebagai wakil bupati. Pasangan ini diusung oleh Partai Golongan Karya dan berhasil memenangkan kontestasi pemilihan.[10]
Berpasangan dengan Hendri Arnis pada periode keduanya, mereka memenangi Pilkada Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2010.[11]
Karier setelah bupati
Selesai menjabat bupati 2 periode, Shadiq sebenarnya ingin maju menjadi Gubernur Sumatera Barat untuk pemilihan umum 2015 dan mendapat dukungan dari beebagai pihak,[12] tetapi ia tidak mendapatkan kendaraan politik.[13]
Shadiq menikahi Betti Zulfina yang kini lebih dikenal sebagai Betti Shadiq Pasadigoe yang pernah menjadi anggota DPR-RI periode 2014–2019 dari partai Golkar.[15] Istrinya masuk DPR-RI melalui pertarungan di daerah pemilihan Sumatera Barat I.[16] Betty menamatkan S1 di Jurusan Akuntansi Universitas Andalas[17] lalu melanjutkan S2 di Magister Manajemen di universitas yang sama.
Dari hasil pernikahan Shadiq dan Betty, pasangan ini memperoleh lima orang anak, yaitu Picer Nikander Muhammad,[18] Nabila Mira Miranda (wafat pada 2021 dalam usia 24 tahun),[19] Nadiah Firzana Muti, Naura Ghassani Muti,[20] dan Nausilla Hasanah Muti[13]