Gereja Latin, Gereja Barat atau Gereja Katolik Rom ialah gereja sui iuriscode: la is deprecated terbesar Gereja Katolik, menggunakan upacara liturgi Latin. Ini merupakan salah satu dari 24 gereja seperti itu, 23 yang lain membentuk Gereja Katolik Timur. Ia diketuai oleh uskup Rom, paus - yang secara tradisional juga disebut sebagai patriark Barat - dengan katedranya dalam peran ini di Archbasilica Saint John Lateran di Rom, Itali. Gereja Latin menelusuri sejarahnya hingga zaman awal agama Kristian melalui kepemimpinan langsungnya di bawah Takhta Suci, yang didirikan oleh Petrus dan Paulus menurut tradisi Katolik.[1][2][3][4][5][6][7]
Peristilahan
"Gereja" dan "ritus"
Kitab Hukum Kanonik Gereja Timur tahun 1990 mendefinisikan penggunaan dalam Kitab tersebut (in hoc Codice) mengenai istilah "Gereja" dan "ritus" sebagai berikut:
Gereja: Sekelompok umat beriman Kristiani yang dipersatukan oleh suatu hierarki menurut norma hukum di mana otoritas tertinggi Gereja secara tegas atau tersirat mengakui sebagai sui iuris apa yang disebut dalam Kitab ini sebagai suatu Gereja sui iuris.[8]
Ritus: keadaan, budaya, warisan liturgik, teologi, rohani dan disipliner yang menjadi sebahagian dari sejarah suatu masyarakat yang berbeda, di mana cara tersendiri dalam menghidupi iman mereka itu terwujud dalam masing-masing Gereja sui iuris.[7]
Selaras dengan definisi-definisi di atas mengenai penggunaan istilah dalam Kanon yang mengatur Gereja-Gereja Katolik Timur, Gereja Latin dapat didefinisikan sebagai salah satu kelompok umat beriman Kristiani yang dipersatukan oleh suatu hierarki dan diakui oleh otoritas tertinggi Gereja Katolik sebagai suatu Gereja partikular yang otonom. Sedangkan Ritus Latin adalah seluruh warisan dari Gereja partikular yang berbeza tersebut, yang dengannya mewujudkan caranya sendiri dalam menghidupi imannya, termasuk liturgi, teologi, spiritualitas, tradisi, dan hukum kanon yang tersendiri.
Seseorang menjadi sebahagian umat sebuah Gereja tertentu serta mewarisi ritus atau warisan dipakai gereja tersebut.[9] Karena suatu ritus memiliki elemen-elemen liturgis, teologis, spiritual dan disipliner, maka seorang umat juga beribadat, menerima katekisasi, berdoa dan diatur berdasarkan ritus partikularnya.
Gereja-Gereja partikular yang mewarisi dan melanggengkan suatu warisan tertentu diidentifikasikan oleh metonimia dengan warisan tersebut. Dengan demikian, "ritus" didefinisikan sebagai "suatu pembahagian dalam Gereja Kristian menggunakan suatu liturgi yang khas",[10] atau cukup disebut sebagai "sebuah Gereja Kristian".[11] Dalam pengertian ini istilah "ritus" dan "Gereja" dianggap sama, sebagaimana tercantum dalam glosarium yang dibuat oleh Sidang Uskup Katolik Amerika Syarikat dan dikemaskini pada tahun 1999 yang menyatakan bahwa masing-masing "Gereja ritus Timur (Oriental) ... dipandang sejajar dengan ritus Latin di dalam Gereja".[12] Demikian pula Konsili Vatikan II menyatakan bahwa "merupakan pemikiran dalam Gereja Katolik bahwa masing-masing Ritus atau Gereja individual harus mempertahankan tradisinya secara utuh dan seluruhnya dan juga harus menyesuaikan cara hidupnya untuk menjawab kebutuhan dalam waktu dan tempat yang berbeda",[13] dan membahas tentang para patriark dan "uskup agung besar yang memimpin secara keseluruhan dari beberapa ritus atau gereja individual".[14] Maka "ritus" digunakan sebagai "suatu sebutan teknis atas apa yang saat ini dapat disebut sebagai Gereja partikular".[15] "Gereja atau ritus" juga digunakan sebagai sebuah judul tunggal dalam klasifikasi koleksi Perpustakaan Kongres Amerika Serikat.[16]
"Katolik Latin" dan "Katolik Roma"
Terkadang Takhta Suci menggunakan istilah "Katolik Roma" (ataupun "Katolik" saja) untuk merujuk pada keseluruhan Gereja Katolik yang dalam persekutuan penuh dengan Uskup dan Gereja Roma.[17][18] Pada ensikliknya tanggal 26 Juli 1755, Allatae sunt, Paus Benediktus XIV menggunakan istilah Gereja "Roma" setara dengan "Latin".[19]Adrian Fortescue, pada Catholic Encyclopedia tahun 2010, membuat perbezaan antara "Gereja Roma" (Roman Church) dan "Gereja dari Roma" (Church of Rome). Ia mengatakan bahwa ungkapan "Gereja dari Roma" biasa digunakan oleh non-Katolik untuk merujuk Gereja Katolik tetapi, menurutnya, ungkapan tersebut hanya dapat digunakan secara tepat untuk merujuk Keuskupan Roma; dan istilah "Gereja Roma", dalam konteks patriarkat, dapat digunakan setara dengan "Gereja Latin": "Seorang Katolik Jerman, sesungguhnya, bukanlah umat Gereja dari Roma tetapi Gereja dari Cologne, atau Munich-Freising, atau apa pun itu, dalam persatuan dengan dan di bawah ketaatan pada Gereja Roma (meskipun, tanpa diragukan lagi, dengan suatu perluasan lebih jauh [istilah] Gereja Roma dapat digunakan sebagai ekuivalensi Gereja Latin untuk patriarkat)".[20]
Beberapa umat Katolik Timur menggunakan ungkapan "Katolik Roma" dalam arti "Katolik Latin",[21] sementara lainnya "bangga menyebut diri mereka Katolik Roma",[22] dan ungkapan "Katolik Roma" terkadang tampak dalam nama gabungan beberapa paroki dan Gereja Katolik Timur.[23]
Ciri membezakan
Warisan liturgi
Pada tanggal 24 Oktober 1998 KardinalJoseph Ratzinger berbicara mengenai ritus-ritus liturgi Latin: "Berapa bentuk ritus Latin selalu ada selama ini dan hanya perlahan-lahan dilepaskan, sebagai suatu dampak berkumpulnya [umat dari] berbagai bagian Eropa. Sebelum Konsili telah ada berdampingan bersama Ritus Roma iaitu Ritus Ambrosia, Mozarabik dari Toledo, Braga, Kartusian, Karmelit, dan yang paling terkenal dari semuanya, Ritus Dominika, dan mungkin masih ada ritus-ritus lain yang tidak saya ketahui."[24] Saat ini ritus liturgi Latin yang paling umum adalah Ritus Roma (baik dalam bentuknya yang "biasa" ataupun yang "luar biasa" seperti versi tahun 1962 yang penggunaannya telah disahkan untuk zaman sekarang), Ritus Ambrosian, Ritus Mozarabik dan beberapa variasi Ritus Roma seperti Penggunaan Anglikan. Ke-23 Gereja Katolik Timur memiliki 5 keluarga besar ritus liturgi: Ritus Iskandrani (3 Gereja), Ritus Antiokhia atau Suriah Barat (3 Gereja), Ritus Armenia (1 Gereja), Ritus Bizantium (14 Gereja), dan Ritus Suriah Timur atau Kaldea (2 Gereja). Ritus liturgi Latin, seperti juga Ritus Armenia, hanya digunakan dalam satu Gereja partikular otonom.
Warisan disiplin
Hukum kanon untuk Gereja Latin dikodifikasikan dalam Kitab Hukum Kanonik, yang telah ada 2 edisi, yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XV pada tahun 1917, dan yang kedua oleh Paus Ioannes Paulus II pada tahun 1983. Gereja Katolik Timur, yang masing-masingnya memiliki hukum kanon tersendiri, memiliki kesamaan kanon-kanon yang mana dikodifikasi dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja Timur pada tahun 1990.[25]
Dalam Gereja Latin, norma untuk pemberian Krisma adalah orang yang menerimakannya, selain dalam bahaya kematian, harus "dapat menggunakan akal, dituntut telah menerima pengajaran secukupnya, berdisposisi baik, dan dapat membarui janji-janji baptis",[26] dan supaya "Perjamuan Maha Kudus dapat diterimakan kepada anak-anak, dituntut bahwa mereka memiliki pemahaman cukup dan dipersiapkan secara saksama sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai kapasitas mereka dan mampu menyambut Tubuh Kristus dengan iman dan bakti".[27] Dalam Gereja-Gereja Timur, sakramen-sakramen tersebut biasanya diberikan segera setelah pembaptisan, bahkan untuk bayi.[28]
Selibat, sebagai suatu konsekuensi dari panggilan untuk mempraktikkan pantang yang sempurna, merupakan kewajiban bagi para paderi dalam Gereja Latin.[29] Pengecualian yang langka dimungkinkan bagi para pemuda yang bergabung dengan Gereja Katolik setelah sebelumnya melayani sebagai klerus dalam gereja lain.[30] Hal ini berbeza dengan disiplin pada sebagian besar tahbisan dalam Gereja Katolik Timur, di mana Imamat (selain episkopat) dapat diterimakan bagi pemuda yang telah menikah. Sedangkan dalam Gereja Latin seorang pemuda yang telah menikah tidak dapat ditahbiskan, bahkan untuk diakonat, kecuali ia ditetapkan secara sah untuk menjadi seorang diakon tetap dan bukan menjadi seorang imam.[31] Baik Gereja Latin maupun Gereja-Gereja Katolik Timur sama-sama tidak memperbolehkan perkahwinan setelah tahbisan.[32] Selain itu juga tidak ada perbezaan disiplin antara Gereja-Gereja tersebut terkait mereka yang telah mengikrarkan kaul religius untuk hidup selibat.
^Istilah 'Gereja Roma' dan 'Gereja Katolik Roma' setidaknya bermula dari awal Abad Pertengahan, tetapi penekanan atas istilah-istilah ini mengemuka setelah Reformasi Protestan. Alasannya untuk menekankan pembedaan dari bukan sekadar menjadi seorang Kristen, karena baptisan, tetapi menjadi seorang Katolik karena dalam persekutuan dengan sang Paus. ((Inggeris)John Hardon, Modern Catholic Dictionary).
^"Ditengah-tengah umat Muslim, kaum skismatik, dan kalangan bidah, mereka bangga menyebut diri mereka Katolik Roma" ((Inggeris)Catholic Encyclopedia, article Maronites).