Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namucode: ms is deprecated
Kuala Namu International Airportcode: en is deprecated Bandar Udara Internasional Kualanamucode: id is deprecated குவாளா நாமு பன்னாட்டு வானூர்தி நிலையம்code: ta is deprecated
Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu (Indonesia: Bandar Udara Internasional Kualanamu) (IATA: KNO, ICAO: WIMM), sering dieja sebagai Kuala Namu dan tidak rasmi disingkatkan KNIA[1], adalah lapangan terbang antarabangsa yang melayani Medan, Indonesia, dan bahagian lain di Sumatera Utara.Ia terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 kilometer (14 batu) ke timur pusat bandar Medan. Kualanamu adalah lapangan terbang ketiga terbesar di Indonesia selepas Lapangan Terbang Antarabangsa Soekarno-Hatta.[2] dan Lapangan Terbang Antarabangsa Kertajati, dan lapangan terbang kelima tersibuk di Indonesia setakat 2018, serta lapangan terbang pertama di Indonesia yang menerima penarafan empat bintang daripada Skytrax.Lapangan terbang ini dibuka kepada orang ramai pada 25 Julai 2013, mengendalikan semua penerbangan dan perkhidmatan dari Lapangan Terbang Antarabangsa Polonia, sebuah lapangan terbang yang terletak di tengah-tengah Medan dan dianggap berisiko. Lapangan terbang ini dibina di bekas tapak ladang kelapa sawit milik syarikat Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.
Etimologi
Nama lapangan terbang ini dilaporkan sebagai cadangan dari suku Karo kepada pemerintah dan kemudian disetujui oleh Kementerian Perhubungan.[3] Nama ini terdiri dari dua kata: 'Kuala,' kata dalam bahasa Indonesia yang berarti 'muara sungai;[4] dan 'Namu' atau 'Namo,' yang dalam bahasa Karo berarti 'laut dalam.' Oleh karena itu, 'Kualanamu' berarti 'titik pertemuan.' Kualanamu adalah salah satu dari sedikit lapangan terbang di negara ini yang tidak dinamai berdasarkan pahlawan Indonesia.[5]
Latar belakang pembangunan
Pemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dicadang sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahawa demi keselamatan penerbangan, lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.[6]
Persiapan pembangunan diawali pada tahun 1997, namun krisis kewangan yang bermula pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu khabar mengenai lapangan terbang ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah berlepas dari Polonia. Kecelakaan yang merungut nyawa Gabenor Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah lapangan terbang meninggal dunia akibat letak lapangan terbang yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar lapangan terbang di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Selain itu, kapasiti Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Pembebasan lahan
Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Jun 2006, baru 1,650 hektar lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dirundingkan, namun pada November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.[7]
Proses pembangunan
Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap.[8] Tahap I dimulai pada 29 Jun2006 dan selesai pada tahun 2009 atau paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat (misalnya terminal, kawasan parkir) dibangun Angkasa Pura sementara sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1.3 trilion dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2.3 trilion sehingga jumlahnya adalah Rp. 3.6 trilion.[9]
Prasarana awal berupa pemagaran panel beton, pemulihan jalan, dan pembuatan pos jaga senilai Rp 6 juta dilakukan dari November 2006 hingga Februari 2007.[8] Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk pasukan perancang lapangan terbang. Dari 18 peserta, tujuh telah melewati proses prakelayakan dan akan bersaing hingga dipilih tiga peserta terbaik, dan seterusnya hanya satu yang terpilih. PT. Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender perancangan lapangan terbang pada Januari 2007.[10] Setelah itu, pemenang diberi waktu lapan bulan untuk merancang lapangan terbang (hingga Ogos 2007). Setelah proses ini selesai, tender pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadual, maka pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan diselesaikan dalam dua tahun.[11]
Tahap II yang direncanakan dibangun bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.
Pengangkutan
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta apiRailink dari Stesen Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke lapangan terbang yang berjarak sekitar 450 meter. Stesen Aras Kabu sendiri terhubung ke Stesen Medan dengan jarak 22.96 km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 minit.[12][13]
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namu sebagai usaha pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke lapangan terbang. Namun pelaksanaan pembangunan selama waktu pembangunan jalan tol tahun 2005-2010 belum dikabulkan oleh pemerintah pusat.
Luas lapangan terbang dan kapasiti
Tahap 1 lapangan terbang diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10,000 pergerakan pesawat pertahun,[9][14] sementara setelah selesainya Tahap II lapangan terbang ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6.5 hektar dengan kemudahan kawasan komersil seluas 3.5 hektar dan kemudahan kargo seluas 1.3 hektar. Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu memiliki panjang landasan pacu 3,750 meter, dan boleh didarati oleh pesawat berbadan lebar.
^"Arti kata kuala". Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Diarkibkan daripada yang asal pada 28 December 2020. Dicapai pada 10 July 2020.
^Jim Liu (29 Oktober 2024). "Garuda Indonesia Adds Jakarta Halim Service From Nov 2024". www.aeroroutes.com (dalam bahasa Inggeris). Aeroroutes. Dicapai pada 7 November 2024. Garuda Indonesia during Northern winter 2024/25 season is launching service at Jakarta Halim (HLP), where it schedules 3 routes with 737-800 aircraft. Jakarta Halim – Medan Kualanamu eff 01NOV24 1 daily 737-800. Jakarta Halim – Padang eff 01NOV24 1 daily 737-800. Jakarta Halim – Surabaya eff 01NOV24 1 daily 737-800.
^Jim Liu (8 Ogos 2024). "Super Air Jet Adds Medan – Surabaya From mid-August 2024". www.aeroroutes.com (dalam bahasa Inggeris). Aeroroutes. Dicapai pada 30 Ogos 2024. Indonesian carrier Super Air Jet from mid-August 2024 is launching new domestic route, as the airline opened reservations for Medan Kualanamu – Surabaya route. From 15AUG24, Airbus A320 aircraft operates this route on daily basis.