Di bawah Republik Demokratis Azerbaijan, sistem pemerintahan berkembang, dengan parlimen terpilih berdasarkan perwakilan semesta, bebas, dan proporsional. Parlimen ini merupakan organ tertinggi kekuasaan negara dan dewan Menteri yang memegang tanggung jawab. Fatali Khan Khoyski menjadi perdana menteri pertama[5]. Di samping mayoritas nasionalis Musavat Azerbaijan, Ahrar, Ittihad, Muslim Sosial-Demokrat, ada juga perwakilan Armenia (21 dari 120 kursi[6]), bangsa Rusia, bangsa Polandia, Yahudi dan minoritas bangsa Jerman[7]. Beberapa anggota menyokong ide Pan-Islamis dan Pan-Turki[8].
Keberhasilan parlimen dalam memberikan perluasan hak memilih kepada kaum wanita membuat Azerbaijan menjadi negara Muslim pertama di dunia yang memberi wanita hak politik yang sama dengan Lelaki[6]. Azerbaijan bahkan mendahului negara seperti Britania Raya dan Amerika Serikat. Pencapaian penting lainnya adalah didirikannya Universitas Negara Baku, yang merupakan universitas modern pertama yang pernah didirikan di Azerbaijan.
Etimology
Nama Azerbaijan berasal dari perkataan Atropates, satrap (gubernur) Iran, yang menguasai daerah Azarbaijan Iran modern yang disebut Atropatene.[9] Nama Atropates dipercayai berasal dari akar kata Persia Kuno yang berarti "dilindungi oleh api."[10] Nama Atropates juga disebut di Frawardin Yasht yang tertulis dalam bahasa Avesta: âterepâtahe ashaonô fravashîm ýazamaide, yang diterjemahkan menjadi: 'Kami memuja Fravashi dari Atare-pata yang suci.[11]
Pendirian 1917-1918
Setelah Revolusi Februari seperti banyak kaum minoritas etnis Transkaukasia, Azerbaijan mengarah menuju pemisahan dari Rusia. Di provinsi dan distrik, di mana orang Azerbaijan membentuk populasi penting, Dewan Nasional Muslim lokal didirikan. Revolusi Oktober menyebabkan terpisahnya Kaukasus selatan, yang menurunkan Tsar Nicholas II dari tahta Rusia. Viceroyalti Kaukasus dihapuskan oleh Pemerintahan Sementara Rusia pada tanggal 18 March1917, dan semua kekuasaan, kecuali di zona angkatan bersenjata aktif, dipercayakan kepada pemerintahan sipil yang disebut Komite Transkaukasus Spesial atau Ozakom (singkatan dari Osobyi Zakavkazskii Komitet, Особый Закавказский Комитет). Pada tanggal 27 Maret1917, delegasi KTS berkumpul dan memilih komite pusat. Mammad Hasan Hajinski, Mammed Amin Rasulzade, Alimardan Topchubashev, Fatali Khan Khoyski, dan pendiri lainnya terpilih yang merupakan masa depan Republik Demokratik Azerbaijan.
Pembantaian 31 Maret-2 April terjadi di Baku dan Tbilisi, yang menjadi markas besar Pergerakan Nasional Azerbaijan. Setelah Republik Federatif Demokratik Transkaukasia jatuh pada tanggal 26 Mei1918, dan tubuh pemerintahannya hancur. Faksi Azerbaijan dinamai menjadi Dewan Nasional Azerbaijan. Dewan ini segera mengambil fungsi parlimen dan menyatakan didirikannya Republik Demokratik Afganistan pada tanggal 28 Mei1918. Dewan Nasional Azerbaijan mendapat perlawanan dari kaum ultra-nasionalis yang menuduh Dewan Nasional Azerbaijan terlalu condong pada sayap kiri. Dewan Nasional Azerbaijan sepenuhnya dibubarkan setelah dibukanya parlimen pada tanggal 7 Desember1918.
Policy
Walaupun hanya berada selama dua tahun, republik parlementer multi parti Azerbaijan dan koalisi pemerintah mampu mencapai beberapa hal dalam bangunan nasional dan negara, pendidikan, pembuatan angkatan bersenjata, keewangan bebas dan sistem ekonomi, pengakuan internasional sebagai negara de facto dan pengakuan de jure yang belum diputuskan, pengakuan resmi dan hubungan diplomasi dengan beberapa negara, persiapan konstitusi, hak asasi untuk semua, dan lain-lain. Hal ini merupakan dasar penting untuk merdekanya kembali Azerbaijan tahun 1991.
Politik dalam negri
Kehidupan politik Republik Demokratik Azerbaijan didominasi oleh parti Musavat, pemenang pemilihan dewan konstituen tahun 1917. Parlimen pertama Republik ini dibuka pada tanggal 5 Desember1918. Musavat memiliki 38 anggota di parlimen, yang terdiri dari 125 wakil, dan dengan beberapa parti Musavat bebas membentuk faksi terbesar. Republik ini diperintah oleh lima kabinet, semua dibenuk oleh koalisi antara Musavat dan parti lainnya, termasuk Blok Muslim Sosialis, Ahrar, dan Parti Muslim Sosial Demokrat. Parti Ittihad merupakan parti oposisi utama dan tidak ikut serta dalam pembentukan kabinet, kecuali anggotanya adalah Inspektur Jendral dalam kabinet terakhir. Perdana Menteri tiga kabinet pertama adalah Fatali Khan Khoyski; perdana menteri dua kabinet yang terakhir adalah Nasibbek Usubbekov. Pembentukan kabinet selanjutnya ditugaskan ke Mammed Hasan Hajinski, tetapi ia tidak mampu membentuk kabinet, kerana kekurangan waktu dan kurang dukungan mayoritas di parlimen, dan juga invasi Bolshevik. Ketua parlimen, Alimardan Topchubashev, diakui sebagai kepala negara. Ia mewakili Azerbaijan di Persidangan Perdamaian Versailles, Paris tahun 1919.
Politik luar negri
Antara tahun 1918 dan 1920, Republik Azerbaijan memiliki hubungan diplomatik dengan beberapa negara. Perjanjian hubungan ditandatangani dengan beberapa negara; enam belas negara mendirikan kedutaan besarnya di Baku [12]. Pemerintah Republik Demokratik Azerbaijan selalu tetap netral dalam masalah Perang Saudara Rusia dan tidak pernah bersampingan dengan Merah maupun tentara Putih.
5. Departemen Perang Amerika Serikat memberikan bantuan militer kepada Azerbaijan, dan
6. Didirikannya hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Republik Azerbaijan [13].
Presiden Wilson memberi delegasi Azerbaijan audiensi, dan ia menunjukan sifat yang dingin dan tidak simpatik. Seperti yang dilaporkan delegasi Azerbaijan kepada pemerintahnya, Wilson menyatakan bahwa konferensi tidak ingin adanya pembagian dunia menjadi kepingan-kepingan kecil. Wilson menyarankan orang-orang Azerbaijan bahwa akan lebih baik untuk mereka agar mengembangkan jiwa konfederasi, dan konfederasi untuk seluruh rakyat Transkaukasia akan menerima perlindungan dari beberapa kekuatan dengan basis mandat yang didapat oleh Liga Bangsa-Bangsa. Masalah Azerbaijan seperti disimpulkan oleh Wilson, tidak dapat diselesaikan terlebih dahulu dari masalah Rusia secara umum[14].
Meskipun Wilson bersifat seperti itu, pada tanggal 12 Januari1920, Allied Supreme Council mengakui secara de facto Azerbaijan, bersama dengan Georgia dan sebelum Armenia.[15]Bulletin d'information de l'Azerbaidjan menulis: "Dewan tertinggi mengakui secara de facto kemerdekaan republik Kaukasia: Azerbaijan, Georgia, dan Armenia. Delegasi Azerbaijan dan Georgia diberi tahu oleh M. Jules Cambon di Departemen Luar Negeri pada tanggal 15 Januari 1920" [16].
Selanjutnya, di dewan [Inggris], di bawah Sekretaris Luar Negeri, Hamar Greenwood, dipertanyakan mengenai tanggal pengakuan sudah diberikan ke Georgia, Azerbaijan, dan Armenia, dan apakah "sesuai pengakuan seperti itu, wakil resmi telah bertukar, dan batas Republik Transkaukasia menegaskan" [17]. Hamar Greenwood menjawab:
“
"Perintah dikirim kepada Komisaris Kepala Britania untuk pemerintah Georgia dan Azerbaijan yang diwakili oleh kekuasaan sekutu di dewan tertinggi sudah memutuskan untuk memberi pengakuan de facto Georgia dan Azerbaijan, tetapi bahwa keputusan ini tidak menentukan masalah batas masing-masing negara..." Sudah tidak ada perubahan dalam wakil akibat pengakuan; terlebih dahulu, Pemerintah memiliki Komisaris Kepala Britania untuk Kaukasus dengan Markas Besar di Tiflis, dan ketiga Republik mempunyai wakil terpercaya mereka di London..."[18]
”
Sekutu mengakui republik-republik Transkaukasia kerana ketakutan mereka akan Bolshevisme, tetapi aktivitas mereka yang terpimpin melawan Bolshevisme, sedikitnya di Transkaukasia, tidak lebih dari kata-kata, dengan yang paling kuat di antaranya adalah pengakuan 'status quo', demarkasi, dan daftar standar remonstransi (pemrotesan) diplomatik.[19]
Liga Bangsa-Bangsa
Akibat dari pendudukan dan penghentian eksistensi Republik Demokratis Azerbaijan pada tanggal 27-28 April 1920, penerapan untuk pengakuan de jure dan keanggotaan di Liga Bangsa-Bangsa yang dibuat tanggal 1 November 1920, tidak disetujui pada tanggal 24 November 1920.[20]
Persia
Pilihan untuk menggunakan nama Azerbaijan, menyebabkan protes di Iran. Menurut Tadeusz Swietochowski[21]:
“
Walaupun proklamasi membatasi klaimnya ke utara wilayah Araxes, penggunaan nama Azerbaijan segera menyebabkan keberatan dari Iran. Di Teheran, muncul kecurigaan bahwa Republik Azerbaijan yang digunakan sebagai alat Utsmaniyah untuk memisahkan provinsi Tabriz dari Iran. Seperti itu, gerakan revolusioner nasional Jangali di Gilan, sementara menyambut baik kemerdekaan setiap negara Muslim sebagai "sumber kegembiraan," meminta di korannya jika pilihan nama Azerbaijan mengatakan secara tidak langsung hasrat republik baru untuk bergabung dengan Iran. Jika seperti itu, mereka mengatakan, sebaiknya diberitahukan secara jelas, jika tidak, orang Iran akan menolak untuk menyebut negara itu Republik Azerbaijan. Untuk menghilangkan ketakutan Iran, pemerintah Azerbaijan secara akomodatif akan menggunakan kata Azerbaijan Kaukasia di dokumennya untuk penyebaran di luar negeri.
”
Pada tanggal 16 Juli 1919, Dewan Menteri [Republik Demokratik Azerbaijan] mengangkat Adil Khan Ziatkhan, yang sampai saat itu menjabat sebagai Asisten Menteri Luar Negeri, wakil diplomatik Azerbaijan di Istana Raja dari para Raja Persia [22]. Delegasi Persia yang dikepalai oleh Seyed Ziaed-Din Tabatai datang ke Baku, untuk menegosiasikan transit, tarif, surat, adat-istiadat, dan persetujuan lainnya. Pidato dibuat di mana keterikatan bersama antara Azerbaijan Kaukasia dan Iran ditekankan [23].
Kota Baku menjadi ibukota Republik Demokratik Azerbaijan hanya pada September 1918 (sampai saat itu, pemerintah nasional Azerbaijan terlebih dahulu di Tblisi, lalu di Ganja); sebelumnya, kota ini dikuasai oleh berbagai golongan yang berbeda. Pada saat Revolusi Oktober, pemerintah Soviet lokal didirikan di Baku: yang disebut komune Baku (November 1917 - 31 Juli 1918).
Komune dibentuk oleh 85 revolusionaris sosial dan revolusionalis sosial kiri, 48 Bolshevik, 36 Dashnak, 18 Musavatis dan 13 Menshevik. Stepan Shaumyan, seorang Bolshevik, dan Prokopius Dzhaparidze, seorang revolusionalis sosial kiri, dipilih sebagai kepala Dewan Komisioner Rakyat Komune Baku. Soviet Baku kala itu bermasalah dengan munculnya Federasi Transkaukasia dan mendukung pemerintah Bolshevik di kebanyakan bidang, kecuali perjanjian perdamaian dengan Kesultanan Utsmaniyah. Gencatan senjata yang tidak nyaman wujud di antara beberapa faksi yang berbeda, sampai Persetujuan Brest-Litovsk membongkar kelemahan koalisi.
Pada Maret 1918, ketegangan hubungan etnis dan religius bertambah dan konflik Armenia-Azerbaijan di Baku dimulai. Parti Musavat dan Ittihad dituduh memiliki paham Pan-Turkisme oleh kaum Bolshevik dan sekutunya. Milisi Armenia dan Muslim mulai ikut dalam konfrontasi bersenjata, dengan kaum Bolshevik yang netral mendukung Armenia. Semua kelompok politik non-Azerbaijan di kota bergabung dengan Bolshevik melawan kaum Muslim: Bolshevik, Dashnak, Revolusionaris Sosial, Mensheviks, dan bahkan Kadet yang anti-bolshevik berada pada sisi yang sama kerana mereka semua bertempur "untuk Rusia". kerana menyamakan Azerbaijan dengan Turki Utsmaniyah, Dashnaks melakukan pembantaian di kota-kota Azerbaijan untuk membalas genosida Armenia di Kesultanan Utsmaniyah.[24][25] Akibatnya, sekitar 3.000 dan 12.000 Muslim terbunuh, yang kini disebut Hari-hari Maret.[26][27][28][29] Orang-orang Muslim diusir dari Baku, atau dipenjarakan. Pada saat yang sama, komune Baku ikut serta dalam pertempuran berat dengan pasukan Kaukasia Utsmaniyah Islam di sekitar Ganja. Pertempuran utama terjadi di Yevlakh dan Agdash, tempat Turki berbalik dan ditaklukan oleh pasukan Dashnak dan Rusia.[30]
Pada musim panas tahun 1918, Dashnak, bersama dengan kaum revolusioner sosialis dan Menshevik, mengusir kaum Bolshevik, yang menolak untuk meminta bantuan Britania Raya, dan mendirikan Kediktatoran Kaspia Sentro (1 Agustus 1918 - 15 September 1918). Kediktatoran Kaspia Sentro didukung oleh Britania Raya yang mengirim pasukan ekspedisi ke Baku untuk menolong Armenia dan Menshevik.
26 Komisaris Baku komune Soviet yang melarikan diri dari kudeta ditangkap oleh tentara Britania di Turkmenistan dan dieksekusi oleh pasukan penembak. Tujuan pasukan Britania (dipimpin oleh Mayor JendralLionel Dunsterville, yang tiba dari Enzeli, Kekaisaran Persia, di kepala 1.000 pasukan elit yang kuat) adalah untuk menguasai ladang minyak di Baku sebelum pasukan Turki (Angkatan Bersenjata Islam), dipimpin Enver Pasha yang sedang bergerak, atau pasukan JermanKaiser (yang ada di Georgia) dan untuk menghentikan konsolidasi Bolshevik di Kaukasus dan Asia Tengah.
kerana tidak mampu melawan pasukan Turki yang maju selama Pertempuran Baku, Dunsterville memerintahkan evakuasi kota pada tanggal 14 September, setelah enam minggu pendudukan, dan mundur ke Iran; kebanyakan populasi Armenia melarikan diri dengan pasukan Britania. Angkatan Bersenjata Islam Utsmaniyah dan sekutu Azerbaijannya, dipimpin oleh Nuri Pasha, memasuki Baku pada tanggal 15 September dan membantai sekitar 10.000 - 20.000 orang Armenia sebagai pembalasan pembantaian Muslim pada saat Hari-Hari Maret. [28][31][25] Ibukota Republik Demokratik Azerbaijan dipindah dari Ganja ke Baku. Namun, setelah Gencatan Senjata Mudros antara Britania Raya dan Turki tanggal 30 Oktober, tentara Turki diganti oleh Sekutu Perang Dunia I. Jendral Britania, W. Thomson, mengangkat dirinya sebagai gubernur militer Baku, 5.000 tentara negara persemakmuran tiba di Baku tanggal 17 November 1918. Jendral Thomson memerintahkan untuk menetapkan darurat militer di Baku.
Pertempuran untuk eksistensi
Republik Demokratik Azerbaijan berada pada posisi yang sulit, dikelim dari utara oleh pasukan Denikin yang maju, Iran yang tidak bersahabat di selatan; pemerintah Britania Raya tidak bermusuhan, tetapi acuh terhadap usaha kaum Muslim. Jendral Thomson tidak mengakui republik ini [32], tetapi bekerja sama secara erat dengan republik ini[32]. Pada tanggal 25 April1919, protes yang dilaksanakan oleh pekerja Talysh yang pro-Bolshevik terjadi di Lankaran dan memberhentikan pemerintahan teritorial Mughan, kediktatoran militer yang dipimpin oleh kolonel Rusia, Sukhorukov. Pada 15 Mei, kongres "Dewan Pekerja' dan Wakil Petani" distrik Lankaran memproklamasikan Republik Mughan Soviet. Pada pertengahan tahun 1919, situasi di Azerbaijan sedikit lebih stabil, dan pasukan Britania Raya meninggalkan Azerbaijan pada tanggal 19 Agustus1919.
Hal ini menyebabkan Republik Demokratik Azerbaijan mengikuti kebijakan netral terhadap Perang Saudara Rusia. Pada 16 Juni1919, Republik Demokratik Azerbaijan dan Georgia menandatangani pakta pertahanan melawan tentara Putih pimpinan Jendral Anton Denikin yang mengancam akan menyerang pada perbatasan mereka. Denikin membuat pakta militer rahasia dengan Armenia. Republik Armenia dengan pasukannya membentuk korps ke-7 pasukan Denikin dan mendapat dukungan militer dari Gerakan Putih. Fakta ini menyebabkan meningkatnya ketegangan hubungan antara Republik Demokratik Azerbaijan dengan Armenia. Namun, perang tidak pernah terjadi kerana pada Januari 1920, tentara Denikin seluruhnya ditaklukan oleh tentara Merah XI, yang nantinya mulai menaruh pasukannya di perbatasan Azerbaijan.
Armenia dan Azerbaijan mulai terlibat dalam pertempuran di Karabakh untuk beberapa wilayah pada tahun 1919. Intensitas pertempuran meningkat pada Februari 1920, dan darurat militer diberlakukan di Karabakh, yang dipaksakan oleh tentara Nasional yang baru dibentuk, dipimpin oleh jendral Samedbey Mehmandarov.
Sovietisasi Azerbaijan
Pada bulan March 1920, terlihat jelas bahwa Rusia Soviet akan menyerang Baku yang sangat dibutuhkan. Vladimir Lenin menyatakan bahwa invasi diakibatkan oleh fakta bahwa Rusia Soviet tidak dapat selamat tanpa minyak bumi Baku. Menurut opini di Moskwa, Bolshevik Rusia membantu kaum proletariat Baku dalam menggulingkan kaum "nasionalis kontra-revolusioner."
Setelah krisis politik utama, kabinet kelima Republik Demokratik Azerbaijan mengundurkan diri pada tanggal 1 April1920. Pada 25 April 1920, tentara Merah XI menyeberangi perbatasan Azerbaijan dan memasuki Baku pada 27 April. Mereka menuntut pembubaran parlimen (Majelis) Azerbaijan dan mendirikan pemerintahan Bolshevik sendiri yang dikepalai oleh Nariman Narimanov. Wakil diminta untuk menghindari pertumpahan darah, dan pada 28 April 1920, Republik Demokratik Azerbaijan secara resmi dinyatakan bubar. Tentara Merah mendapat perlawanan yang sangat kecil dari pasukan Azerbaijan di Baku, yang terikat pada front Karabakh. Berkat inisiatif Narimanov, pemerintah komunis pertama Azerbaijan hampir seluruhnya terdari dari orang pribumi Azerbaijan dari faksi kiri parti Hummat dan Adalat.[33]
Pada Mei 1920, terdapat pemberontakan melawan pendudukan pasukan XI Rusia di Ganja, yang merupakan usaha untuk mengembalikan Musavatis ke dalam kekuasaan. Pemberontakan ini dapat dipatahkan oleh tentara pemerintah pada 31 Mei. Pemimpin Republik Demokratik Azerbaijan melarikan diri ke GeorgiaMenshevik, Turki dan Iran, atau ditangkap oleh Bolshevik, seperti Mammed Amin Rasulzade (yang nantinya boleh beremigarsi), atau dieksekusi (seperti Jendral Selimov, Jendral Sulkevich, Jendral Agalarov, dari jumlah total yang sekitar 20 jendral)[34], atau dibunuh oleh kaum militan Armenia, seperti Fatali Khan Khoyski dan Behbudagha Javanshir.[35]
Kebanyakan pelajar dan penduduk yang sedang bepergian ke luar negeri tetap berada di negara tersebut dan tidak pernah kembali lagi ke negaranya. Figur militer Republik Demokratik Azerbaijan penting lainnya, seperti mantan Menteri Pertahanan, Jendral Samedbey Mehmandarov dan wakil Menteri Pertahanan, Jendral Ali-Agha Shikhlinski (yang dijuluki "Dewa Artileri" ) awalnya ditangkap, tetapi lalu dilepaskan dua bulan kemudian kerana usaha Nariman Narimanov. Jendral Mehmandarov dan Jendral Shikhlinsky menghabiskan tahun terakhir mengajar di sekolah militer Republik Soviet Sosialis Azerbaijan.
Akhirnya, "Orang Azerbaijan tidak menyerahkan kemerdekaan mereka yang pendek antara tahun 1918-20 dengan cepat atau mudah. Sekitar 20.000 orang tewas melawan penaklukan Rusia." [36] Namun, pendirian Republik Soviet Sosialis Azerbaijan dibuat lebih mudah oleh fakta bahwa terdapat beberapa dukungan untuk ideologi Bolshevik di Azerbaijan, secara khusus di antara para pekerja industri di Baku.[37]
^Musavat Party (Azerbaijan) Pan-Turkism: From Irrendentism to Coopersation by Jacob M. Landau hal. 55 On the Religious Frontier: Tsarist Russia and Islam in the Caucasus by Firouzeh Mostashari hal. 144 Ethnic Nationalism and the Fall of Empires by Aviel Roshwald, page 100 Disaster and Development: The politics of Humanitarian Aid by Neil Middleton and Phil O'keefe hal. 132 The Armenian-Azerbaijan Conflict: Causes and Implications by Michael P. Croissant hal. 14
^Historical Dictionary of Azerbaijan by Tadeusz Swietochowski and Brian C. Collins, ISBN 0-8108-3550-9 (diakses 7 Juni2006).
^The Azerbaijani Turks: Power and Identity under Russian Rule by Audrey Altstadt, ISBN 0-8179-9182-4 (diakses 7 Juni2006).
^Bulletin d'Information de l'Azerbaidjan, No. I, September 1, 1919, hal. 6-7
^Report of the Delegation, No. 7, June, 1919, Fund of the Ministry of Foreign Affairs, Dossier No. 3, hal. 7, as cited in Raevskii, Английская интервенция и Мусаватское правительство, hal. 53
^Prof. Avtandil Menteshashvili, "From the history of relations of Georgian democratic Republic with Soviet Russia and Entente". 1918-1921. Tbilisi State University: October 1989.
^Bulletin d'information de l'Azerbaidjan, No. 7, January, 1920, hal. 1
^Firuz Kazemzadeh. Struggle For Transcaucasia (1917-1921), New York Philosophical Library, 1951, hal. 269
^125 H.C.Debs., 58., February 24, 1920, hal. 1467.
^Firuz Kazemzadeh. Struggle For Transcaucasia (1917-1921), New York Philosophical Library, 1951, hal. 270.
^Michael G. Smith. Anatomy of a Rumour: Murder Scandal, the Musavat Party and Narratives of the Russian Revolution in Baku, 1917-20. Journal of Contemporary History, Vol. 36, No. 2 (Apr., 2001), hal. 211-240