Dibangun tahun 1841, Masjid Nurul Abrar yang lebih dikenal dengan nama Masjid Mangga Dua telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Ibukota pada 1972.[1]
Masjid ini didirikan tahun 1841 oleh Sayyid Abubakar bin Alwi Bahsan Jamalullail atau yang akrab disapa Syekh Abubakar. Masagus Hamdi, pengurus masjid sekaligus keturunan Syekh Abubakar menuturkan, dulu bangunan masjid merupakan rumah milik pejabat kolonial Belanda.[2][3] Selain itu, dua pohon mangga yang tumbuh di depan masjid ini menjadi cikal bakal kawasan Mangga Dua.[4]
Keadaaan fisik
Masjid Nurul Abrar baru satu kali direnovasi, yakni pada 1986. Sayangnya, kondisi masjid kuno tersebut tidak terawat dengan baik. Di antaranya adalah tiang penyangga masjid yang mulai rusak.[5]
Makam Keramat Mangga Dua
Di dalam masjid ini terdapat makam keramat pendiri masjid ini, Sayyid Abubakar bin Alwi Bahsan Jamalullail atau Syekh Abubakar. Selain itu, di masjid ini terdapat makam ulama dari Hadramaut, makam Sultan Bone, makam kerabat keraton dari Jawa Tengah, seperti Raden Tumenggung Anggakusumah Dalam, pemakaman warga Tionghoa, termasuk makam Kapiten Souw Beng Kong.[5]