Ayat ini adalah bagian dari nas Alkitab dalam Matius 1 terutama ayat Matius 1:1–17 yang memuat Silsilah Yesus Kristus dari garis keturunan Abraham dan Daud sampai ke Yusuf. Matius menetapkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud yang sah dengan merunut garis keturunan Yusuf yang berasal dari keluarga Daud. Walaupun Yesus dikandung oleh Roh Kudus, secara resmi Ia tetap dicatat sebagai anak Yusuf dan menurut hukum adalah anak Daud.[1]
Injil Matius dimulai dengan suatu daftar "silsilah", yang merunut garis keturunan Yesus melalui Yusuf, "ayah"-nya, sebagaimana kebiasaan Yahudi ketika itu (Matius 1:16). Walaupun Yusuf bukan merupakan ayah Yesus secara biologis (Matius 1:20), ia tetap merupakan ayah Yesus secara hukum.[1]
Biblos geneseos
Kata pertama pada Injil Matius dalam bahasa Yunani adalah "Biblos" yang berarti: "kitab, buku". Dari kata inilah diturunkan istilah Inggris "Bible" yang dipakai untuk menyebut "Alkitab". Kata pertama dan kedua berurutan adalah "Biblos geneseōs" ("kitab silsilah" atau "kitab keturunan") yang diterjemahkan menjadi "Inilah silsilah" dalam Terjemahan Baru. Oleh sejumlah pakar, pembukaan Injil Matius ini dihubungkan dengan teori "Prioritas Markus" ("Markan priority"), di mana para sarjana itu percaya bahwa penulis Injil Matius mengutip dari Markus 1:1 "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah" dan mengganti "Anak Allah" dengan permulaan silsilah.[2]
Frasa "(kitab) silsilah" atau biblos geneseos dapat memiliki beberapa makna. Paling umum dilihat hanya merujuk kepada daftar leluhur yang berurutan, dan kebanyakan sarjana sepakat bahwa penafsiran ini yang paling masuk akal. Namun, frasa itu dapat juga diterjemahkan lebih luas sebagai "kitab kedatangan", sehingga merujuk kepada seluruh kitab Injil itu. Frasa pembuka yang merangkum seluruh karya semacam ini biasa ditemukan pada zaman sebelum buku-buku mempunyai judul untuk tujuan tersebut. Hieronimum (=Jerome) menggunakan terjemahan ini untuk karyanya, Vulgata. Davies dan Allison berpendapat bahwa inilah yang lebih dimaksudkan oleh frasa itu. "Kitab silsilah" bukanlah frasa yang biasa dipakai untuk memperkenalkan suatu silsilah. Frasa ini muncul pada Kejadian 5:1, tetapi tampaknya untuk memperkenalkan daftar keturunan, bukan daftar leluhur. Frasa ini juga muncul pada Kejadian 2:4, dan tidak berkaitan dengan silsilah, melainkan suatu "riwayat". Baik Kejadian 2:4 maupun 5:1 memperkenalkan elemen-elemen kisah penciptaan, sehingga Davies dan Allison merasa lebih mungkin Matius 1:1 ini berkaitan dengan suatu ide "penciptaan baru". Mereka juga menunjukkan bahwa kata "kitab" (biblos) dalam Perjanjian Baru selalu berkaitan dengan seluruh karya. Alternatif lain adalah frasa ini dapat sengaja diciptakan dengan tujuan ganda memperkenalkan seluruh karya dan sekaligus silsilah itu.[3]
Brown menyebutkan terjemahan ketiga sebagai "kitab penciptaan (genesis) yang dibawa oleh Yesus" menyiratkan penciptaan baru dunia ini oleh Yesus. Namun, terjemahan ini membutuhkan pengembangan luas dari segi gramatik. Istilah genesis pada waktu penulisan Injil sudah dilekatkan pada kitab pertama dari Taurat (yaitu Kitab Kejadian), sehingga penggunaan istilah itu di sini dapat disengaja untuk merujuk ke sana. Kata geneseos juga muncul pada Matius 1:18, tetapi di sana hampir selalu diterjemahkan sebagai "kelahiran" (birth).[4]
Mengapa penulis Injil Matius memulai karyanya denga suatu silsilah panjang, merupakan pertanyaan penting. Fowler mengamati bahwa daftar nama yang panjang tidaklah menarik bagi para pembaca modern dan berpotensial menghalangi orang untuk mau membaca lebih jauh kitab Injil ini. Banyak edisi Injil secara esensial memulai dengan Matius 1:18 dengan alasan ini. Hal ini tidak benar jikalau Injil ini ditujukan kepada para pembaca dari kalangan orang Yahudi zaman itu, di mana pembuktian keturunan Daud dan Abraham merupakan hal penting untuk dapat menerima Yesus sebagai Mesias. Nama-nama ini, paling sedikit bagian pertama silsilah ini, sangat dikenal oleh para pembaca. Sejumlah sarjana feminis berpendapat bahwa posisi prominen dalam silsilah ini secara implisit merupakan penekanan hakikat masyarata patriarkal (yaitu mengikuti garis ayah). Mereka berargumen bahwa permulaan Injil dengan deretan panjang "X ayah dari Y" jelas menunjukkan dominasi kaum laki-laki. Fowler berpendapat bahwa silsilah ini juga dimaksudkan oleh segera me-manusia-kan Yesus, dengan menempatkan-Nya jelas dalam keluarga garis laki-laki (family of men).[5]
Kristus
Kata "Kristus" (bahasa Yunani: Christos) berarti "yang diurapi"; kata ini merupakan padanan dari kata "Mesias" dalam bahasa Ibrani (Daniel 9:25–26).
Ia "diurapi" sebagai "Nabi" untuk membawa pengetahuan dan kebenaran (Ulangan 18:15), sebagai "Imam" untuk mempersembahkan korban penghapus dosa (Mazmur 110:4; Ibrani 10:10–14) dan sebagai "Raja" untuk memerintah, menuntun, serta menegakkan kerajaan kebenaran (Zakharia 9:9).
Istilah yang umum dipakai sekarang, "Yesus Kristus", dipakai sebagai pembuka oleh penulis Injil Matius. Ada perdebatan mengenai makna sesungguhnya. Kata "Kristus" maupun "Mesias" pada zaman modern dipakai hanya untuk Yesus, tetapi dalam Injil Matius tidak jelas apakah Yesus adalah "sang Kristus" atau sekadar "seorang Kristus" (seorang yang diurapi). Di sini Injil Matius menggunakan bentuk kata "Kristus" sebagai gelar, sesuatu yang tidak lazim karena penggunaannya dianggap baru terjadi beberapa waktu setelah kematian Yesus. Di bagian lain, Injil Matius menggunakan "sang Kristus" (the Christ).[3]
Anak
Kata "Anak" disini diterjemahkan dari kata Yunani "uiou" yang berarti "anak laki-laki" atau "putra". Dalam bahasa Ibrani: "ben", yang dapat dialihaksarakan menjadi kata "bin", yang juga dipakai untuk nama-nama yang menyertakan nama ayah dalam bahasa Indonesia. Jadi nama-nama dalam ayat ini dapat ditulis "YesusKristus (atau YesusMesias; dalam bahasa Arab: "Isa Al-Masih") bin Daud, bin Abraham".
Anak Daud
Injil Matius menyatakan bahwa YesusKristus adalah keturunan Daud yang sah dengan merunut garis keturunan Yusuf yang berasal dari keluarga Daud. Walaupun Yesus dikandung oleh Roh Kudus, secara resmi Ia tetap dicatat sebagai "anak Yusuf" dan menurut hukum adalah "anak Daud" ("anak" disini adalah "anak laki-laki" atau "putra"; dalam bahasa Ibrani: "ben", yang dapat dialihaksarakan menjadi kata "bin" pada suatu nama dalam bahasa Indonesia).[1]
Davies dan Allison menyatakan bahwa baik "anak (=putra) Daud" maupun "anak Abraham" adalah gelar-gelar yang dipakai pada zaman tersebut. "Anak Daud" merupakan gelar mesianik umum, sedangkan "Anak Abraham" adalah sebutan untuk setiap orang Yahudi.[3] Menurut Brown ada teori bahwa nama Daud muncul sebelum nama Abraham karena penulis Injil Matius berusaha untuk menekankan Yesus sebagai keturunan Daud. Brown meragukan hal ini, karena dirasanya urutan ini hanyalah sebagai pengantar untuk silsilah yang mengikuti kalimat itu.[4]Gundry menyatakan bahwa struktur nas ini berusaha menggambarkan Yesus sebagai titik puncak (kulminasi) silsilah-silsilah dalam Perjanjian Lama.[6]
Anak Abraham
Karena Allah sudah berjanji bahwa Mesias akan berasal dari keturunan Abraham (Kejadian 12:3; 22:18; Galatia 3:16) dan Daud (2 Samuel 7:12–19; Yeremia 23:5), maka Matius merunut silsilah Yesus sampai ke kedua tokoh ini untuk membuktikan kepada orang Yahudi bahwa Yesus mempunyai silsilah yang tepat sehingga memenuhi syarat sebagai Mesias.[1]
* Naskah-naskah kuno menyalin nama "Daud" ini umumnya berupa Δαβίδ ("Dabid"; "David"), meskipun beberapa juga dengan ejaan Δαυείδ ("Daueid") atau Δαυίδ ("Dauid")
Transliterasi (dengan pranala konkordansi Strong):
BiblosgeneseōsIēsouChristouhuiouDavidhuiouAbraam
Terjemahan harfiah:
Kitab silsilah Yesus Kristus bin Daud bin Abraham.
Ayat ini diyakini aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, meskipun ada catatan mengenai beredarnya versi bahasa Ibrani/Aram.
Sejumlah naskah tertua yang memuat salinan ayat ini dalam bahasa Yunani antara lain adalah
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.[8]
BIS (1985)
Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, keturunan Daud, keturunan Abraham. Dari Abraham sampai Daud, nama-nama nenek moyang Yesus sebagai berikut:[9]
^ abcDavies, W.D. and Dale C. Allison, Jr. A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to Saint Matthew. Edinburgh: T. & T. Clark, 1988-1997.
^ abBrown, Raymond E.The Birth of the Messiah: A Commentary on the Infancy Narratives in Matthew and Luke. London: G. Chapman, 1977.
^Fowler, Harold. The Gospel of Matthew: Volume One. Joplin: College Press, 1968
^Gundry, Robert H.Matthew a Commentary on his Literary and Theological Art. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1982.